Kalian pasti kerap mendengar cerita bahwa pengguna Facebook merasa lebih baik setelah mereka keluar dari jejaring sosial, tetapi apakah benar cerita-cerita tersebut terbukti? Katakanlah harus dibuktikan secara ilmiah. Bukan sekedar testimoni satu dua orang yang mungkin sangat subyektif.
Menurut sebuah studi dengan populasi yang cukup representatif menunjukan bahwa pengguna Facebook yang menggunakan jejaring sosial ini lebih pada batasan yang sangat minimal menjadi bahagia, lebih puas dengan kehidupan dan sedikit cenderung merasa cemas, tertekan atau kesepian.
Menurut peneliti dari New York University dan Stanford dalam sebuah dokumen penelitian (PDF, http://web.stanford.edu/~gentzkow/research/facebook.pdf) juga menyebutkan bahwa pengguna Facebook ini lebih sedikit beraktifitas di jejaring sosial lainnya. Intinya tidak hanya saat menggunakan Facebook saja.
Mereka yang tidak aktif di Facebook menemukan sejumlah kegiatan lain yang seharusnya dilakukan dari dulu kala dengan sewajarnya. Seperti bertemu teman dan keluarga atau menonton TV. Mereka tidak menghabiskan banyak waktu untuk mengonsumsi berita dari feed Facebook atau jejaring sosial lain yang tak pernah habis.
Riset ini memang tidak menganjurkan kalian untuk buru-buru menghapus akun. Seperti yang diamati oleh TechCrunch, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Pasalnya laporan tersebut hanyalah data kuantitatif saja, hanya pendapat secara umum yang tidak mewakili lanskap lengkap emosional subjek.
Tidak jelas apa yang akan terjadi jika seseorang istirahat lebih lama, dalam hal ini. Juga, para peneliti melakukan penelitian ini menjelang pemilihan presiden AS 2016, tepat ketika ketegangan politik tinggi. Mungkin lebih menyenangkan meninggalkan Facebook hanya dikarenakan membantu sesorang pengguna menghindari perdebatan dan retorika politik yang memanas.
Jadi bisa dibilang klaim bahwa istirahat bahwa mungkin membantu seseorang menemukan kembali ketenangan dan kepercayaan diri mereka. Masih belum jelas bagaimana jejaring sosial mempengaruhi kesehatan mental, meskipun ada indikasi potensi masalah. Di antara diskusi politik yang sengit dan momen-momen interaksi sosial yang menyenangkan, kalian tidak akan benar-benar mendapatkan gambaran lengkap tentang kehidupan seseorang di sosial media.