Tahun 2017 lalu, Google mencatat ayam geprek sebagai salah satu makanan yang seing dicari orang Indonesia di mesin pencariannya. Sebab, makanan ini kian populer di kalangan penggemar makanan pedas.
Karena popularitasnya, ayam geprek kini mulai dikreasikan demi memanjakan lidah penggemarnya. Kreasi untuk kuliner pedas ini semakin beragam, mulai dari jenis sambalnya hingga balutan keju mozarella di atasnya.
Popularitas ayam geprek tidak terlepas dari kerja keras Ruminah (56). Ia adalah pembuat pertama hidangan ini yang kemudian mendirikan Warung Ayam Geprek Bu Rum di daerah Papringan, Yogyakarta.
Sebelumnya, Ruminah adalah penjual makanan dengan menu seperti lotek, soto, dan lain-lain. Selain menu-menu tadi, Ruminah mengaku iseng menjual ayam goreng tepung seperti yang dijual di restoran cepat saji.
Suatu kali pada tahun 2003, seorang pelanggan meminta agar ayam goreng tepungnya diberi aneka sambal. Ruminah ingat bahwa pelanggannya ini adalah seorang mahasiswa asal Kudus, Jawa Tengah. Ternyata penggemarnya banyak, mulai dari mahasiswa, pekerja kantoran, hingga wisatawan.
Ruminah akhirnya memberi nama menu itu sebagai ayam geprek lantaran disebut banyak orang sebagai ayam gejrot atau ayam uleg. Sejak saat itu, perempuan yang akrab disapa Rum ini telah membuka enam cabang warungnya yang tersebar di Yogyakarta. Untuk menjalankan bisnisnya, Rum dibantu oleh 23 pegawai dan anak-anaknya.
Karena kepopulerannya pula, semakin banyak warung yang menghadirkan menu ini. Mengetahui hal itu, Ruminah mengatakan bahwa ia akan tetap bertahan sembari mulai berinovasi dan menghadirkan aneka sambal untuk menunya.
Warungnya yang terletak di Papringan diklaim sebagai yang pertama hadir di Indonesia. Namun hanya sedikit yang tahu, dan mereka adalah pelanggan-pelanggan lamanya. Anda hanya perlu membayar Rp 15.000 saja untuk seporsi nasi, sayur, dan sepotong ayam geprek serta minumnya.
Warung itu juga tak membatasi jumlah cabai yang diuleg untuk ayam geprek, kecuali jika harga cabai sedang naik.