Episode sebelumnya --> Part 3
Kenapa pak ustadz bisa bicara begitu? Harus yasinan dirumah, sepertinya ada yang janggal, yuk kita simak kelanjutanya.
Sudut pandang bik minah.
Hari itu bikminah melakukan tugasnya seperti biasa , saat dia selesai masak tiba-tiba kak mutia dateng.
"Bikk masak apa hari ini ?"
"Masak balado ayam kak , udang goreng sama tumis kangkung, mau makan kak ?" Tanya bik Minah.
Eee gaada rendang bik? Aku pengen bgt makan daging bik" kata kakak gue.
"Lah bukanya kakak gabisa makan daging ya kak ? Tumben minta masakin rendang," tanya bik minah.
"Plis bik masakin dong," rayu kak mutia.
Akhirnya bikminah masak rendang 1kg daging , kebetulan stock santan di kulkas habis, ohya buat yg gatau kalo masak rendang trs belom dikasih santan bearti belum masak dagingnya masih setengah mateng.
Pergilah bikminah kewarung, saat kembali betapa kagetnya dia liat kak mutia menjilati wajan daging rendang td , padahal daging nya baru setengah mateng, cara makannya juga aneh, langsung dari kuali nya pake tangan, saat itu bikminah langsung bilang.
Ya tuhan kak, kan belom masak? Kan masih keras-keras kata bikminah.
"Gatahan, aku sudah sangat lapar" jawab kak mutia dengan suara berat....
Saat mami liat kak mutia renang malem malem, itu sebetulnya bikminah juga liat, karena kamar bikminah gajauh dari kolam. Namun yg dilihat bikminah beda , saat mami liat yang renang itu aku.
Ternyata bukan, bikminah saat itu melihat kak mutia lagi berenang dengan sosok lelaki, besar, dan sangat tinggi, disana bikminah hanya bisa berdoa sambil ketakutan.
Esoknya saat dia lagi beres beres , lalu kak mutia nyamperin bikminah
"Gue tau lo pasti liat kita kan malem tadi, awas kalo lo sampe ceritain ke orang , lo gue bunuh, dasar manusia bodoh," ancem kaka gue.
Bikminah takut sekali pada saat itu, karena dia yakin pasti ada yang gak beres sama kakak gue, karena kakak gue ga pernah ngomong kasar kesiapapun.
Sudut pandang pemilik warung.
Gue lupa cerita, kalo setiap malem jumat kakak gue selalu keluar rumah , dengan berbagai alesan agar bisa lolos dari papi.
Untungnya gue pernah ngikutin kakak kewarung itu , jd seenggaknya gue akan dapet inforrmasi sesuatu
"Permisi bukk,"
"Iya mbak, pesen apa ?," kata bu lastri.
Enggak buk saya cuma mau nanya , orang ini (sambil liatin foto kk gue ) sering ke sini kan buk ?," tanya gue.
Seketika bu lastri langsung diem dan bicara.
"Maaf saya banyak kerjaan, permisi."
Bukk tolong dong, tolong kami buk , aku adik dia , niaatku kesini pengen pecahin teka-teki yang menimpa kakak ku, " akhirnya gue ceritain semua ke ibuk itu, lalu dia bilang.
Awalnya dia dateng pesen 2 porsi sate, namun dia bilang satenya setengah mateng aja, yaudah di turutin, dia makan disini, dan dia selalu pesen kopi hitam tanpa gula 2 gelas, karena ga curiga yaudah selesai dibuat, dia makan sate nya, sambil ketawa ketawa entah sama siapa.
selesai dia makan saat pegawaiku mau ngambil bekas piring dia, pegawaiku kaget , kok sate nya yang satu porsi ga dimakan, dan anehnya daging sate tersebut belatungan, padahal saya ga pernah beli daging yang ga seger, kejadian ini terulang hampir 6x, saat itu saya ga tahan.
Saya panggil tetangga saya yang indigo , saat liat dia makan , tetangga saya kaget , dia bilang kakak gue makan sama genderuwo, saking ketinggi genderuwo itu yang keliatan cuma kaki nya doang.
Dan dia juga liat perut kakak gue gede, ya mereka ketawa ketiwi layaknya suami istri gitu , terakhir itu pas bayar di lebihin banyak harusnya total 60 ribu dia bayar Rp. 500 ribu, uang nya ga saya tolak takut dia tersinggung, tapi uangnya saya kasih ke anak jalanan, setlah itu saya gak Liat dia lagi kesini" tutur bu lastri.
Gue nangis lagi denger cerita bu lastri , akhirnya gue pamit pulang.
Pengen tahu lagi dari sudutr pandang yang lainya? kita simak di part berikutnya ya gengs~
Episode selanjutnya --> Part 5