Foto Horor Setan: Pengalaman Pribadi Yang Mengerikan Part 7 (Bertemu Hantu)

Foto Horor Setan: Pengalaman Pribadi Yang Mengerikan Part 7 (Bertemu Hantu)

Cerita Foto Horor Setan: Pengalaman Pribadi Yang Mengerikan Part 6

Mata Nia terbelalak menyaksikannya, tepat seperti dugaan Nia disana ada tali gantung yang masih tersampul.

Si pemilik kamar ini mati gantung diri. 

semakin lama didalam ruang ini Nia merasa bahwa dirinya semakin terancam ia berlari meski harus menyeret kakinya Nia menuju pintu namun pintu terkunci.

Dengan nafas memburu Nia menggebrak pintu berteriak-teriak namun tak ada satupun yang menjawab.

Ilustrasi (mbahmijan.com)

Perlahan-lahan terdengar suara tawa ringkih menyerupai suara bayi yang tergelak suara itu terdengar dari bawah ranjang Nia yang benar-benar mendengarnya tak berniat untuk memeriksanya ia harus keluar dari tempat ini Nia terus menerus berteriak sembari menggebrak pintu.

Cerita foto horor setan Nia

Frustasi karena tak kunjung mendapat jawaban Nia mengintip dari lubang kunci tempat biasa Nia melihat pintu dari bawah anak tangga siapa sangka kini Nia ada didalam ruang itu dan darisana Nia melihat sesuatu.

Silvi tengah ada dibawah anak tangga melihat pintu sendirian.

"SILVI!! SILVI!!" bentak Nia namun gadis kecil itu melangkah pergi "SILVI BUKA!! BUKA!!"

Nia terdiam tidak mengerti sampai pandanganya tertuju pada sisi bawah ranjang Nia mendekatinya.

Rasa nyeri di kaki Nia semakin menyiksa namun suara-suara mengerikan itu memancing rasa penasaran bagi Nia.

Seakan suara itu ingin menunjukkan eksistensinya kini Nia berjongkok menahan perih menekuk kakinya Nia menyentuh kain putih yang menutup ranjang perlahan membukanya 

tidak ada apapun disana kecuali ruang kosong dibawah ranjang.

Tidak ada sampai Nia merasakan sentuhan di kakinya perlahan hanya ada satu sentuhan namun semakin lama tangan-tangan asing seperti berebut menyentuhnya. Apakah ini efek foto horor setan?

Nia melirik sosok itu... Nia melihat dengan mata kepala sendiri sosok kecil merangkak dengan lendir merah darah berebut menjilat kaki Nia mengerumuninya ada puluhan lebih memenuhi sisi ruang lain mereka seakan-akan memenuhi tubuh Nia jeritan Nia memutus malam itu.

Nia terbangun tepat di bawah kamar ia seperti gadis yang kosong tidak tahu apa yang terjadi dan bagaimana semua berlangsung secepat itu namun Nia hanya ingat satu hal kakinya bernanah semakin nyeri manakala Nia mencoba untk bangun ia terjatuh dengan kepala menghantam lantai.

Setiap Nia memaksa untuk bangun kakinya seperti kehilangan tenaga Nia akan tersungkur wajahnya terus menerus menghantam lantai sampai darah terus mengalir dari hidung Nia mulai menangis berteriak meminta tolong kepada siapapun.

Dengan perasaan kacau balau Nia hanya bisa menggunakan kedua tangannya ia merangkak dan terus meminta tolong sampai seorang anak memergokinya ia tampak shock melihat Nia lantas mendekatinya dan bertanya apa yang terjadi.

"AKU TERJEBAK DI KAMAR ITU!!" 

aneh wajah anak itu tampak kebingungan.

"PANGGIL NI IKA DAN SEMUA PAMONG"

Anak itu masih memandang Nia kebingungan apa anak itu seperti tidak mengerti apa yang dikatan oleh Nia sampai anak lain datang dan bertanya anak itu lantas menjawabnya.

"Nia tidak bisa bicara" 

di ruang kecil Nia terduduk lemas matanya kosong menerawang jauh entah kemana.

Ilustrasi (today.line.me)

Ni Elin dan ni Eva hanya menatapnya prihatin mereka melihat kaki Nia yang semakin dilihat semakin membuat mereka berdua bingung bagaimana luka sepele tiba-tiba menjadi seperti ini.

Tak beberapa lama ni Ika melangkah masuk ia menatap Nia seakan tahu apa yang menimpa gadis malang itu ia berbisik pada Nia "ikut saya ya nak".

Detik itu juga Nia dibawa pergi. Selama diperjalanan Nia masih menatap kosong ia tidak mau berbicara dan memang tidak akan ada yang bisa mengerti apa yang ia ucapkan bahkan saat ni Elin membujuknya untuk bercerita Nia enggan menuliskannya ia hanya terbayang Silvi kecil kenapa dan apa yang ia lakukan.

Tak beberapa lama sampailah mereka disebuah rumah duku dengan pohon besar familiar Nia dibantu oleh ni Elin ia dituntun menuju pintu rumah mengetuknya dari dalam terdengar suara serak yang menyuruh mereka masuk.

Saat pintu dibuka, terlihat seorang wanita tua duduk di kursi roda di belakangnya ada seseorang yang gaya berbusananya sama persis seperti busana milik para Pamong namun dilihat dari usianya tampaknya ia masih sangat muda.

Sementara si wanita tua di bibirnya ia menggigit gambar dengan rambut disanggul menyerupai wanita jawa ia menatap Nia matanya picing seakan tidak suka dengan kehadiran Nia pun dia meludahi Nia seakan tidak sudi dan tahu apa yang akan ni Ika sampaikan.

Si wanita dengan nada marah berujar "Ka melok aku" (ikut aku) ni Ika mengambil alih kursi roda mendorong si wanita tua itu masuk ke dalam kamar sementara Nia, ia duduk dengan tatapan kosong. 

Ia mencoba mencari tahu dimana ia dibawa oleh para pamong sebelum Nia tahu jawabannya ni Elin mendekati Nia ia berbisik 

"gadis yang ada di depanmu itu dia juga mengalami hal yang sama seperti kamu".

Nia yang mendengarnya lantas terperanjat ia baru menyadari gadis muda di depan Nia mungkin usianya tidak terlalu jauh dari dirinya tepat di kakinya Nia menemukan bekas luka yang sama. 

Gadis itu mendekati Nia ia tersenyum lantas bertanya pada Nia "kamu sudah melihatnya Momok" ucapnya Nia yang sedari tadi tidak mau bicara lantas menjawabnya membuat ni Elin mengangkat alis pertanda tidak mengerti namun si gadis ia mengerti apa yang Nia katakan ia mengangguk.

Terdengar suara perdebadan antara ni Ika dengan wanita tua itu Nia merasa bersalah mendengar bagaimana ni Ika di cerca dengan kalimat yang menghina.

Si gadis itu menenangkan Nia bahwa ia akan baik-baik saja hanya saja ia akan sedikit terkejut dengan apa yang akan ia terima 

tak beberapa lama si wanita keluar bersama ni Ika ia memperkenalkan dirinya sebagai pemilik yayasan itu ia biasa di panggil Asih.

Ni Asih meminta Nia mengikutinya ia membawa Nia masuk jauh kedalam rumah yang memiliki bangsal yang sama persis dengan rumah yang Nia tinggali.

Dibantu si gadis Nia dituntun untuk ikut namun ada kejadian menarik Nia juga menemukan foto wanita dengan pose menimang anak sama persis dengan yang ada di yayasan itu dan bila ditelisik lebih jauh ni Asih menyerupai wanita dalam foto itu namun Nia tidak mau berspekulasi.

Disebuah kamar kayu ada sebuah ranjang tepat ditengah-tengah dengan meja dipenuhi congkak dari tanah liat debu dan asap dari kemenyan serta air dalam caruk Nia dipaksa berbaring diatas ranjang itu sementara ni Asih membuang gambir di bibirnya ia berdiri dari kursi rodanya.

Cara ni Asih berjalan nyaris seperti melihat diri Nia sendiri ia pincang di sebelah kakinya ia mengambil beberapa dedauan dan kembang yang ada di sekitaran ruang rempah-rempah dan bebauan yang bahkan tidak dapat Nia kenali.

Si gadis muda menutup pintu menguncinya dengan pasak. Si gadis muda mencoba menenangkan Nia sementara kedua tangan dan kakinya di ikat dengan jabrak tali dari sulur yang dikeringkan saat Jabrak sudah melilit rasa nyeri akan terasa menyiksa bila Nia memaksa untuk menariknya.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"