Foto Horor Setan: Pengalaman Pribadi Yang Mengerikan~

Foto Horor Setan: Pengalaman Pribadi Yang Mengerikan~

Kali ini ada kisah dari akun Twitter fenomenal Simpleman yang menceritakan kisah tentang sesorang yang memiliki pengalaman ghaib dengan foto horor setan. Kayak apa ceritanya? Kuy kita simak di mari~

Cerita yang akan saya bawakan malam ini adalah cerita masa kecil seseorang yang dulu pernah tinggal disebuah yayasan panti asuhan yang didirikan oleh sebuah keluarga dimana dalam pengalamannya dia menemukan keganjilan-keganjilan, sebuah rahasia besar yang tersembunyi dibalik dinding. Katanya sih ada foto horor setannya gengs.

Sebuah cerita, yang akan membawa kita, melihat kilas balik dari rangkaian peristiwa yang ia pernah alami, satu pesan saya, jangan pernah membandingkan cerita ini dengan cerita lain, karena saya sendiri percaya, setiap cerita memiliki warnannya sendiri, dan mari kita mulai.. 

Ilustrasi (Cumicumi.id)

14 juni, 2004

Siang terik itu, lebih tenang dari biasanya, seorang wanita bungkuk yg tengah bersusah payah dalam berjalan itu tengah menyusuri lorong rumah, wajahnya lelah, namun, masih tersirat sebuah semangat dari balik keriput kulitnya, lantas, ia duduk seorang diri, merenung .

"Nduk" teriaknya, suaranya lembut, lebih terdengar sumbang dari biasanya....

Datang, seorang gadis kecil, menatapnya, si wanita tua itu, tersenyum lalu mengatakannya, "Nia, panggil adik-adik kamu, mbok mau bicara sama kalian semua ya."

Tanpa bertanya, Nia menuntaskan tugasnya, 

ruang tamu yang sepi itu, kini ramai, ada lebih dari 6 anak, mereka duduk, menatap si mbok yang selama ini sudah merawat mereka, menjaga mereka, memberikan perlindungan didalam rumahnya, namun, hari ini, terdengar sebuah berita, bahwa si mbok, sepertinya, tidak akan ada lagi. 

 

Tidak untuk bisa menjadi figur yang akan menemani mereka, karena seminggu yang lalu, Nia mendengar bisik-bisik, bahwa yayasan yatim piatu milik mbok Sarni, akan dijual, meski berat, Nia yang pertama tahu, bahwa bisa saja hari ini, ia akan berpisah dengan adik-adik kecilnya. 

"Mbok sayang kalian, itu yg harus kalian tahu ya, le, nduk" ucapnya, "tapi sepertinya, mbok tidak bisa lagi, menjaga kalian, jadi, mbok mau langsung bilang saja, esok, pak Ridwan, akan mengantar kalian, ketempat baru, kerumah baru, dan mbok berharap, kalian tetap jadi anak baik." 

Gak ada suara yang menjawab ucapan mbok Sarni, tidak bahkan Nia sekalipun, rasa sedih seperti berputar diruangan itu, semua anak, kemudian pergi, satu persatu, bermain, mencoba melupakan luapan kesedihan itu.

Mbok Sarni melihat Nia, lantas memanggilnya lagi, "Nia kesini nduk." 

"Dari adik-adikmu, kamu yg paling besar, paliang kuat, paling ngerti, si mbok cuma mau bilang, semoga, ditempat yg baru, kamu temukan keluargamu, mbok cuma berpesan, jangan lupa sama mbok ya."

Ilustrasi (independentaustralia.net)

"Nia mau dibawa kemana memang mbok?" tanya Nia, ia sudah mendengar, bahwa, hanya Nia, 

yang akan dibawa pergi, paling jauh, berpisah dengan semua adik-adiknya disini, karena, untuk usia Nia, tidak ada yg mau menerimanya, kecuali, yayasan Su******, yang ada jauh, di ja*****g**, mbok mencium kening Nia untuk terakhir kalinya, sebelum, hari itu tiba, Nia pergi.

 

12 jam sudah dilalui dengan mobil, pak Ridwan berkali-kali menghibur Nia, ia akan suka dengan keluarga barunya, di yayasan yang baru ini, banyak anak yang mungkin sesusianya, meski ucapan pak Ridwan cukup menghibur Nia, ia merasa, berpisah dengan adik-adik angkatnya, sangat berat.

 

sampailah Nia disebuah rumah besar, namun gaya bangunannya tua, halamanya luas dipenuhi oleh rimbun berbagai macam tanaman, Nia digandeng oleh pak Ridwan melintasi pagar besi yang berkarat. Ia mengguncang lonceng didepan pintu, tiba-tiba, pintu terbuka, dan seorang melintas.

 

Sebuah mobil ambulance terparkir didepan rumah itu awalnya pak Ridwan tidak mengerti kenapa ada mobil ambulance disana namun, pertanyaanya terjawab, dari balik pintu, 2 orang petugas, tengah membopong seseorang tidak terlalu tinggi, mungkin setinggi Nia, ia ditutup kain putih.

 

Dari saat mereka melintas, tercium amis darah, Nia, bisa melihat dengan jelas, ada yang ganjil dari siapapun yang dibawa oleh petugas itu.

Kemudian, mata Nia dan pak Ridwan, teralihkan pada sosok yang tengah berdiri, tersenyum kepada mereka.

Selamat datang, di yayasan kami, seperti yang Nia duga saat ia melihat rumah itu bangunanya tua mungkin sudah dibangun sejak lama. Lantainya masih menggunakan bahan tegel selain itu ornamen didalam rumah hanya diisi oleh foto-foto tu, dengan rak-rak buku dan kayu jati ukir. 

Tidak ada yang menarik kecuali sebuah foto, ukurannya lebih besar dari ukuran foto lain seorang wanita tengah duduk memandang ke kamera. 

Foto itu tidak berwarna seperti foto tua kebanyakan namun, bila dilihat lebih teliti si wanita dalam foto tampak berpose tengah menggendong sesuatu layaknya seorang ibu.

 

"Namanya Nia, seharusnya, tahun ini, ia menginjak kelas 1 smp, saya sudah mendapat amanat dari mbok Sarni, untuk mengantarkannya, semoga, ia diterima dengan baik disini" ucap pak Ridwan....

si wanita tersenyum menatap Nia, suaranya dingin, "tentu saja, disini, kami siap menerimanya" 

sore itu, pak Ridwan memberikan salam perpisahan kepada Nia, ia mengatakan, salah satu pamong (pengurus) di yayasan ini adalah teman baik mbok Sarni, untuk itu, beliau percaya, bahwa Nia akan diurus dengan baik.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"