Cerita Istri Didemeni Hantu Part 1
"Kamu yakin dan sama dia?"
"Insyaallah rud. Aku gak peduli pekerjaan dan latar belakangnya. Aku cuma butuh orang yang bisa bikin nyaman"
"Aku kasih tau, karena kamu pegawai baru disini, dan belum tau dia siapa. Dia itu cewe aneh. Suka ngomong sendiri.
Suka nangis tiba-tiba di ruang OG tuh"
"Ah masa, boong kan lu ?"
"Serius, emang kamu pernah liat dia waktu di pantry sendirian? Enggak kan? Kita yang sudah lama kerja disini sudah tau semua"
Memang sih, saat jam istirahat makan siang, Reni kalo aku chat gak pernah bales. Aku telpon gak pernah ngangkat juga. Dan dia selalu bilang sih, kalo mau nemuin dia chat atau telpon dulu. Karena takutnya lagi banyak kerjaan di kantor.
Keesokan harinya jam makan siang, aku yang kelaparan berinisiatif ke pantry untuk sekedar membuat mie instan. Jalanlah aku ke pantry. Dan mendengar suara perempuan sedang menangis tersedu-sedu. Aku mengintip lewat celah pintu. Aku kaget setengah mati.
Reni menangis dengan menghadap ke atap, seperti memohon maaf kepada seseorang yang didepannya tidak ada siapapun.
Tanpa pikir panjang aku langsung kembali ke ruanganku.
Dan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Bingung, cemas, dan perasaan campur aduk yang tidak bisa aku jelaskan.
Keesokan harinya, aku memberanikan diri melihat apa yg terjadi. Tanpa pikir panjang aku langsung saja membuka pantry.
Dan benar saja, Rani dengan mata sembab, seperti orang baru menangis dan menatapku.
"Kamu ngapain kesini ? Kan aku udah bilang, kalo mau ketemu hubungi aku dulu"
"Aku cuma mastiin kamu baik baik aja"
"Mas, ada hal yang mau aku omongin ke kamu"
"Soal?"
"Hubungan kita mas"
"Kenapa ? Ada yang salah sama sikap aku ?"
"Bukan mas, ada yang gak suka kamu Deket sama aku, udah sebulan ini aku di gangguin terus"
"Udah udah, tenang aja, aku bakal jagain kamu"
Selang beberapa hari, kejadian aneh itu kembali terulang. Aku menguping apa yang keluar dari mulut reni.
"Udah, cukup. Aku punya kehidupan ku sendiri, kamu punya alam mu sendiri. Aku berhak bahagia sama makhluk seperti ku juga"
"Bukan, bukan kamu, aku tau kamu yang nemenin aku dari kecil, tapi kamu ngga bisa nikah sama aku, kita beda dunia. Kita beda alam. Kita gak bakal bisa bersatu. Udah lah biarin aku bahagia sama makhluk sepertiku" tambah Reni sambil menangis makin kencang
Jujur saja, aku baru pertama mendengar orang berbicara sendiri seperti itu. Untuk memastikan aku pergi ke rumah Reni, untuk memastikan keadaan Reni ke orang tuanya. Sampai di rumah Reni, Reni sedang keluar. Entah kemana. Tapi aku tetap memaksakan masuk dan bertemu ibunya.
"Masuk nak," sambut Bu Harti kepadaku
"Iya Bu, terimakasih" sahutku sambil masuk kedalam rumah.
Aku sudah beberapa kali kesini dan sudah akrab dengan Bu Harti. Ayah Reni seorang pekerja serabutan.
Pantas, Reni setelah lulus SMA langsung mencari kerja untuk membantu perekonomian keluarganya.
"Bu, Reni sakit atau kenapa ?" Tanyaku pada Bu Harti yang sedang membuatkan secangkir kopi untukku
"Kamu sudah lihat ? Reni sebenarnya seperti apa ?"