Cerita sebelumnya: Part 3
"Gak papa woles aja" jawabku ke rudi
"Opo Rudi gak weroh ya ?" (Apa Rudi gak liat ya ?) Kataku dalam hati.
Dengan santainya, Rudi merebus air untuk membuat kopi, dan sosok itu tepat di sebelah Rudi. Sosoknya tidak seperti "mereka" pada umumnya.
Penampakan (Boombastis.com)
Wajahnya mirip manusia, dan dia tersenyum padaku. Aku sedikit takut, karena hanya aku yang bisa melihat nya tersenyum. Daaaaaaann
"Praaaang" piring di rak tiba-tiba terjatuh. Rudi kaget dan melihat ke arah rak.
"Anjing, cuk pulang cuk, tempat ini udah gak aman" teriak rudi. Rudi langsung mematikan kompor dan langsung keluar bersamaku dari pantry dan menuju ke ruangan kami.
"Sumpah balik sekarang dan, kalo gak gua tinggal nih" kata Rudi tergesa gesa.
"Iya iya, ini balik kok"
Dalam sekejap kutinggalkan pekerjaan ku, dan kubawa ke rumah.
"Sangaji" tiba tiba aku teringat nama itu. Aku berpikir apa itu Sangaji atau bukan. Sampai berbuat sejauh itu untuk mencegah ku bersama dengan Reni.
Singkat cerita, ayah ibuku datang ke Bandung untuk melamar Reni. Dan saat itu juga, kita melakukan "rembug tua" untuk membahas rencana pernikahan aku dan Reni.
Tibalah saat ijab qobul. Ada hal yang membuatku tidak fokus. Sangaji (mungkin) berdiri tepat di depan pintu. Sosoknya sama dengan yang di pantry saat itu. Saat ijab di mulai tiba-tiba Reni. Diam dan berteriak. Suaranya berat seperti lelaki paruh baya.
"Bubar...Bubar Kabeh, Reni wekku, gak ono seng oleh ndueni. Reni mung siji, mung nggo aku" (bubar. Bubar semua. Reni punyaku. Tidak ada yang boleh memilikinya. Reni cuma satu dan untuk aku" teriak Reni yang sebenarnya bukan reni.
Bu Harti yang memang sudah menyiapkan semuanya termasuk orang pintar untuk menangkal itu semua.
Dan pada akhirnya ijab qobul ku diundur 2 hari karena masalah yang di sebabkan oleh Sangaji.
Setelah kami menikah pun Sangaji masih sedikit banyak 'menjahili' rumah tangga kami.
Dia selalu menunggu di depan pintu rumah kami. Melempari rumah kami dengan telur busuk yang bau nya sangat menyengat.
"Sayang Sangaji itu siapa sebenarnya?"
"Dia itu pria idamanku dari kecil. Sejak kecil dia udah nemenin aku.
Dia selalu melindungi ku dari makhluk-makhluk sepertinya yang mau menjahili aku. Tapi aku sadar. Dia berbeda dari aku, dan dia tidak terima itu."
"Oh ngono to mas, Alhamdulillah Saiki wes gak ono opo opo ta ? (Alhamdulillah sekarang sudah tidak ada apa apa kan ?)
"Iyo Alhamdulillah. Wong let pirang Minggu aku rabi, aku njaluk di ruqyah, bojoku Yo di ruqyah, omah ku diresiki. Terus ku njaluk mata batin ku di tutup."
(iya Alhamdulillah, orang selang beberapa Minggu aku nikah, aku minta di ruqyah, begitupun istri ku. Rumahku dibersihkan (dari hal ghaib) terus aku minta mata batin ku di tutup)
"Tapi mas aku meh takok" (tapi mas, aku mau tanya)
"Tako'o wae"
"Iku seng neng sebelahmu nggendol wae mbe koe sopo mas ? Kok ngganteng putih ? Seng njogo koe ya ?"