Suara Kritik dari Pesisir
Suasana Sidang Doktoral Anisti (Foto: Doc. Pribadi)
Nelayan kecil, menurut Anisti, bukan hanya bergelut dengan badai laut atau hasil tangkapan yang tak menentu. Mereka juga terbentur akses minim terhadap kebijakan, informasi, dan ruang representasi. Persoalan inilah yang coba dibedah dalam risetnya.
“Komunikasi gerakan sosial adalah praktik dialog kolektif. Di sanalah tercipta solidaritas, konsensus, dan partisipasi berkelanjutan yang mendorong transformasi sosial,” tegasnya.
Dengan begitu, percakapan bukan sekadar obrolan ringan, melainkan senjata untuk menegosiasikan ketimpangan yang menjerat komunitas pesisir.
Dari Teori Menuju Aksi
Suasana Sidang Doktoral Anisti (Foto: Doc. Pribadi)
Lebih jauh, Anisti menekankan bahwa disertasinya tidak berhenti pada tataran akademik. Ia menawarkan model komunikasi praktis yang dapat diterapkan oleh komunitas nelayan kecil agar suara mereka lebih terdengar dalam proses pengambilan keputusan. Bagi Anisti, komunikasi bukan sekadar alat penyampai pesan, melainkan ruang untuk resistensi sekaligus pemberdayaan.
Sidang doktoral yang dipimpin oleh Prof. Dr. Sofyan Sjaf (Dekan FEMA IPB) itu dihadiri oleh sejumlah penguji. Momen ini menandai babak baru dalam perjalanan akademiknya. Namun, bagi Anisti, gelar doktor hanyalah langkah awal untuk misi yang lebih besar: membawa ilmu komunikasi kembali ke masyarakat, menyalakan solidaritas, dan memastikan suara dari dermaga Indramayu tidak tenggelam oleh arus besar zaman.
