Penasaran sama bebek betutu yang otentik? Silakan datang ke Ubud, Gianyar. Di sana ada pemasak ulungnya, namanya I Ketut Rimpin.
Ketut telah memasak hidangan ini sejak 1975. Ia belajar dari kakaknya. Bahkan keluarganya telah memasak hidangan ini sejak 90 tahun lalu.
Awalnya, keluarga Ketut biasa memasak bebek betutu untuk istana atau kebutuhan puri. Lantas semenjak pariwisata di Ubud berkembang, ia dan keluarganya mulai menjual bebek betutu kepada wisatawan serta memasok ke restoran-restoran di Bali.
Sebelum memasaknya, Ketut mengambil bebek yang bulunya telah dibersihkan. Kemudian, bebek itu dibaluri garam, kecap asin, minyak kelapa dan asam. Setelah itu, campuran bumbu yang terdiri dari bawang merah dan putih, jahe, laos, kencur, kunyit, sereh, cabe rawit, kemiri dan berbagai rempah-rempah lainnya yang disebut base genep dibalurkan kembali.
Ia menuturkan bahwa bebek yang digunakan sebaiknya bebek lokal, sebab kalau pakai bebek peking rasanya akan berbeda. Ia juga menjelaskan bahwa bebek lokal sudah mulai sulit didapat.
Setelah proses tadi, bebek harus dibungkus. Bungkusnya adalah pelepah pinang. Tidak bisa menggunakan daun pisang, sebab prosesnya memakan waktu 12 jam. Bahkan pelepah pinang pun mulai langka di Bali.
Setelah dibungkus, bebek dimasak dengan meletakkannya di alat memasak tradisional. Ketut menggunakan kulit ari beras dan penutup dari tembikar atau logam. Ia tidak memerlukan kompor atau kayu bakar. Kira-kira, bebek yang terbungkus tadi dikubur dalam kulit ari beras dan sabut kelapa, sebelum kemudian di bakar selama 12 jam. Dengan begitu, semua bumbu terserap sempurna.
Ketut mengaku hanya bisa memasak lima hingga enam bebek betutu sehari, kecuali pada hari raya hingga 30 bebek betutu. Seekornya dihargai Rp 130 ribu.