Kisah teror hantu pocong sebelumnya Part 5
Sembari menunggu kopi, mas Ilham duduk di teras depan rumahnya sembari menikmati angin malam yang cukup sejuk.
"Mas kopinya"
"Makasi ya mah, kamu mau tidur ?"
"Ah engga mas, aku mau disini dulu nemenin mas. Udah lama kita ga ngobrol begini mas"
"Iya juga sih, ah mudah-mudahan aja besok cepet selesai deh" glek, mas Ilham keceplosan.
"Hah ?! Maksud mas ?"
"Eh..engga mah. maksud aku cepet selesai kerjaan saya biar bisa pulang sore"
"Oo..kirain apaan, mas tau ga? Ternyata ga cuma pocong itu loh yang ganggu tapi ada yang lain juga"
"Maksud kamu?"
Mba Kirana bercerita kalau anak kecil di sebelah rumahnya tiap malam hari nangis terus, anak itu seperti punya kelebihan indra ke 6 jadi bisa lihat.
Penyebabnya adalah anak itu selalu diganggu sosok mulai dari kunti, nenek, anak kecil yang mengajak main hingga pocong.
Namun hanya beberapa orang saja yang tahu karena dilarang oleh pak RT untuk cerita ke warga lain, bisa heboh lagi nanti.
"Loh terus kok kamu tau?"
"Iya pas kamu pulang malam, aku bantu nenangin"
"Kok aku ga tau ?"
"Ya jelas aja, kamu pulang malam udh keburu tidur anaknya mas"
Makin malam perbincangan makin intim, mas Ilham perlahan mengantuk sementara mba Kirana masih terlihat segar.
"Mah tidur yuk, ngantuk aku"
"Yah mas, aku masih seger nih"
"Yaudah kita ngobrol dikamar aja ya"
"Huh padahal enak disini mas"
Saat mas Ilham dan mba Kirana beranjak dari tempat duduknya, mereka berdua terdiam sejenak karena mendengar suara tangisan samar-samar. Tangisan itu terdengar seperti suara wanita, namun dengan frekuensi yang kadang tinggi dan juga kadang rendah.
"Mas denger juga ?"
"Iya mah, darimana itu ya? Anak sebelah ga mungkin kan cowo. Ini suara cewe loh, bukan suara anak kecil juga"
"Iya mas, duh kok aku merinding ya mas"
Karena tidak ingin membuat mba Kirana makin ketakutan, mas Ilham ajak dia untuk masuk ke dalam.
Suara itu berasal dari kebun samping rumah mas Ilham, kebun kecil yang di urus oleh istrinya untuk mengisi waktu lenggang di siang dan sore hari.
Untung saja suara tangisan itu tidak terdengar sampai ke dalam rumah, mas Ilham cukup lega rasanya.
"Mas..mass bangun, kamu gak kerja? Udah jam 7 ini mas"
"Engga mah, aku ada urusan ama bapak-bapak nanti dirumah pak ustad"
"Urusan apa sih ?"
"Bukan apa-apa mah"
Kali ini mas Ilham tidak mau keceplosan lagi, bisa berabe nanti urusannya.
Karena pak haji datang ke rumah pak ustad sore nanti, mas Ilham bantu-bantu istrinya untuk membersihkan rumah dan mencuci bajunya.
Mba Kirana curiga, ada apa dengan mas Ilham yang tumben sekali mau bantu-bantu. Alasan tidak kerja pun sebenarnya mba Kirana tidak percaya gitu aja.
"Jujur mas kamu mau ngapain ke rumah pak ustad ? Pasti sosok pocong itu kan ?"
"Bukan mah"
"Aku marah ya sama kamu kalau tidak jujur !"
Mendengar pernyataan itu, mas Ilham pun akhirnya mengalah dan jujur ke istrinya.
Setelah di jelaskan tujuan mas Ilham ke rumah pak ustad, mba Kirana sedikit kesal karena tidak diberitahu sejak awal. Namun tujuan mas Ilham itu tidak memberitahu dia adalah supaya istrinya tdk terbayang-bayang lagi sosok hantu pocong itu.
"Aku ikut"
"Loh jangan, nanti kamu kena lagi mah. Aku ga mau ambil resiko"
"Tapi aku takut dirumah sendirian!"
Benar juga, dalam kondisi ingin membasmi sosok itu bisa jadi ada sosok lain yang mengganggu warga.
Mas Ilham berpikir keras bagaimana caranya agar sang istri tidak ikut namun tetap aman
"Kamu dirumah pak Rury ya, disana sama istrinya sampai aku pulang"
"Ya ampun mas, yaudah deh"
Untung saja mas Ilham mempunyai istri yang penurut.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30, mas Ilham terlihat bersiap2 untuk kerumah pak ustad. Ini akan jadi malam yang panjang, akan ada kebenaran yang terungkap, semoga malam ini semuanya akan berakhir.
Setelah mengantar istrinya ke rumah pak Rury, mas Ilham langsung menuju ke rumah pak ustad dan sesampainya disana ternyata sudah ada beberapa bapak-bapak yang hadir. Jelas saja, mereka semua penasaran ingin tahu siapa pelakunya.
"Eh mas Ilham, masuk mas"
"Iya pak ustad, ramai sekali. Ga ada yang mau mutualan apa?" Hehehehehehe
Serius amat tong.
"Jam berapa pak haji datang pak ?"
"Sebentar lagi mas, mungkin jam 5 beliau sudah sampai"
Tak lama pak haji datang, dia bersama seseorang yang terlihat masih cukup muda.
Ternyata dia adalah orang yang tubuhnya akan dijadikan media komunikasi dengan sosok pocong tersebut.
"sudah siapa bapak-bapak semuanya?"
"Siap pak"
Udah seperti ingin berperang, bukan tanpa alasan bapak-bapak tersebut ingin ikut. Mumpung ada pak haji jadi ada sedikit keberanian dalam diri mereka masing-masing.
Gelap perlahan datang, lampu-lampu didesa satu persatu menyala seakan menyambut kedatangan sosok pocong tersebut.
Banyak warga yang keluar rumahnya untuk bermain selepas isya, mereka tak tahu bahwa ditempat lain ada yang sedang berusaha membuat desa itu kembali damai.
Sebuah ruang berukuran sedang dipersiapkan oleh pak ustad, anak muda yang dijadikan media komunikasi sudah duduk diantara bapak-bapak dan pak haji.
Tak butuh lama untuk pak haji mendatangkan sosok pocong ini, tanda-tanda sosok itu datang adalah adanya angin cukup kencang dari luar.
Perlahan tangan pemuda itu menekuk diperutnya, matanya melotot dan tanpa berkedip sedikitpun.