Pesugihan Cepat Kaya: Kisah Korban Yang Jadi Tumbal (Final)

Pesugihan Cepat Kaya: Kisah Korban Yang Jadi Tumbal (Final)

Sebelumnya: Kisah Pesugihan Cepat Kaya Part 2

Sepulang kerja, Atan ke rumah Mbah jiwo. Niatnya untuk menyudahi derita istrinya. "mbah, mpun mawon...mesake Ani, tapi sido yo mbah, nyowo dibales nyowo"(mbah, sudah saja, kasihan Ani, tapi jadi ya mbah, nyawa dibalas nyawa).

"yo! Aku wes ngiket asune, bakal gampang nek gur mbaleke ala ne"(iya, aku sudah ikat anjingnya, bakal mudah untuk mengembalikan kelakuan jahatnya).

Ilustrasi (Wizarding World)

Esok harinya Atan dan keluarga besar mengantarkan Ani ke peristirahatan yg terahkirnya. Tak disangka, istrinya menjadi korban kegilaan pesugihan cepat kaya tetangganya. Dan tak diduga, pindah kontrakan bisa kehilangan nyawa.

Tak menunggu lama, seusai pemakaman, Atan langsung ke rumah Mabh jiwo. Dengan berbagai macam ubo rampih (seserahan) ritual sudah disiapkan.

Sehari semalam suntuk tak pindah dari posisi pertama duduk. Dan tak henti Mbah jiwo bergumam. Entah apa yang ia ucapkan. Atan hanya disuruh untuk fokus menjaga lilin dan mengganti dupa ketika habis. Dan tak boleh pergi dari lokasi.

Selasa kliwon pukul 2.35 dini hari. Tepat 33 jam bersemedi, Mbah jiwo memuntahkan bulu hitam dari mulutnya. Dan berkata, "jikukno kopi ireng ning mburiku. "(ambilkan kopi hitam di belakangku). Atan yg mendengar itu pun bergegas mengambilkan kopi.

Kopi itu bukan diminum, melainkan buat kumur kemudian disemburkan ke mukan dan badan Atan. "uwes rampung ngger, ngko bar subuh melu aq ning sawah."(sudah selesai nak, nanti setelah subuh ikut aku ke sawah)

Atan menunduk dan menganggukan kepala. Seolah paham bawasannya nanti pagi-pagi buta akan diperlihatkan sosok asli sang pelaku pesugihan. Atan pun langsung membersihkan peralatan ritual dan membasuh diri dengan air bertabur kembang.

"ayo le.. Tak dudohi wujud e"(ayo nak, tak kasih tau wujud aslinya). "njih mbah"(iya mbah). Berdua berjalan menuju persawahan di dekat rumah kontrakan Atan. "wes tak obong omahe, wes tak pateni asu wedok e, kari koe pie? Anak karo bojone sisan? Hahaha.. "(sudah saya bakar rumahnya,

Sudah saya bunuh anjing wanitanya, tinggal km gimana? Anak dan suaminya sekalian? -tertawa puas-). "mboten mbah, ben sing urip ngrasake opo sing tak rasake. "(ga usah mbah, biarkan yang idup ngerasain apa yang aku rasakan.)

Ilustrasi (CrowdVoice)

Dari kejauhan tampak kerumunan petani di tengah sawah. Mereka berdua pun mendekat, dan memastikan. Sosok manusia setengah anjing tergeletak mati ditengah sawah. "iki wujud pelaku pesugihan ning ndeso kene, omahe wes tak obong, ayo podo diusir seko ndeso kene, SAIKI! "

(ini wujud pelaku pesugihan di desa sini, rmhnya sudah saya bakar, ayo bareng-bareng kita usir penghuninya, SEKARANG!). Seruan mbah Jiwo ke petani2 yang berkerumun. Mereka pun mengikuti perintah dukun itu, dan menuju rumah megah yang sudah gosong terbakar api ghoib(konon api goib membakar,tapi Tak nampak) hanya dampaknya yang bisa di lihat mata telanjang. 

Suami dan anak-anak Bu Asih sudah di depan rumah. Mereka hanya terdiam kosong tak bergeming sedikitpun. Ketika di teriaki salah seorang warga "minggat koe seko kene! "(pergi kamu dari sini). Tanpa suara keluarga Bu asih jalan

Menjauhi kerumunan warga. Ada yang memukul, ada yang meludahi, ada yang sekedar mencela. Tapi seolah kebal, keluarga itu hanya jalan kosong menuju sawah dan menggendong ibunya yang sudah tak berwujud manusia itu pergi,dan pergi begitu saja. Itulah hukuman bagi yang mencoba pesugihan cepat kaya pikir warga.

3 bulan setelah pengusiran itu, temen gue si Atan masih syok. Dia tak mau kerja, hanya melamun di depan teras rumahnya. Dan gue sebagai temen hanya bisa support untuk move on, jangan terbelenggu. Yang sudah terjadi menjadi pelajaran untuk jangan diulangi kesalahan.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"