Kumpulan Cerita Seram dan Menakutkan: Wanita Penunggu Rumah Nomor 13 Part 4 (Mantra)

Kumpulan Cerita Seram dan Menakutkan: Wanita Penunggu Rumah Nomor 13 Part 4 (Mantra)

Kali ini ada kumpulan cerita seram dan menakutkan nih gengs di perkotaan. Ini adalah cerita yang diambil dari akun Facebook @Cerita Horor.

Daripada penasaran mending langsung kita lihat aja yuk gimana kisah dari "Wanita Penunggu Rumah Nomor 13" ini.

  • Kumpulan Cerita Seram dan Menakutkan: Wanita Penunggu Rumah Nomor 13 Part 3

Waktu mendekati maghrib. Kata orang, sebaiknya gak cari perkara dengan waktu ini. Tapi gue seolah gak peduli. Gue gak mau semua takhayul ini membuat lemah. Gue pun melangkah mendekati sebuah sumur tua, gak berapa jauh dari rumah rusak. Sekitar lima langkah lagi gue sampai ke bibir sumur, tiba-tiba di atas kepala gue ada yang jatuh. Gue ambil, 3 helai rambut yang panjangnya setinggi badan gue. 

Ilustrasi (jogja.tribunnews.com)

Seketika gue langsung lemes, bulu kuduk gue udah gak karuan. Padahal langit sore masih terang, tapi di dalam lahan seolah ada kegelapan yang gue gak bisa jabarkan. Rambut itu pun gue buang ke tanah, bersamaan dengan timbul wangi melati. 

Shit! Mending gak dilanjutin deh kalo begini. Gue pun bergegas balik arah. Sumur itu urung gue dekati. Gue bermaksud kembali menjelajahi tempat ini esok paginya.

Sabtu siang ceria, wilayah sekitar situ rame. Apalagi sedang ada festival burung yang digelar dekat lahan. Matahari udah paling menyengat. 

Harusnya gue gak ada kekhawatiran, tapi entah, lahan itu memang misterius. Gak terlalu banyak angin, tapi memasuki perkebunan itu, hawa dingin mulai menyergap. Gue liat orang-orang bersorak-sorai di arena pertandingan burung, gak ada yang peduli dengan lahan ini.

Oia, gue lupa cerita. Pak RT setempat sempat mencegah gue membeli lahan tersebut, tapi setelah gue cerita kalo gue siap menanggung risikonya, beliau jadi angkat tangan. Entah kenapa sore itu gue pengen ketemu pak RT yang puluhan tahun tinggal di wilayah tersebut. Gue minta ditemenin ngeliat sumur dan kuburan.

Namun aneh, Pak RT gak mau dan menyuruh gue untuk ke sana sendiri aja. Usut punya usut, Pak RT ternyata sudah pernah menantang penghuni situ dan satu-satu keluarganya meninggal secara misterius. Aduh, mampus, lho. Saya saranin mas J mending cari yang tersakti di antara yang sakti karena penghuni situ gak main-main, tutur pak RT.

Duh, gue udah mulai berpikir kalau membeli lahan itu adalah kesalahan. Itu gue belum mulai ngebangun, lho. Okelah, coba besok gue datengin buldozer untuk ngeratain pepohonan. Gue minta izinnya sama pak RT dulu, mungkin warga bakal keributan suara buldozer.

Mending coba tebang satu pohon dulu. Pakai gergaji mesin aja dulu. Hebat kalo bisa. Kalo satu pohon sudah terpotong, silahkan potong pohon lainnya, Pak RT tersenyum penuh arti.

Nyali gue makin ciut. Gue coba ikutin saran Pak RT ketimbang datengin buldozer, sudah bayar mahal tapi mangkrak. 

Esok harinya, Minggu, Mang Aep, tukang bangunan yang sudah puluhan tahun kerja sama bapak gue dan akhirnya gue, membawa gergaji mesin untuk merubuhkan salah satu pohon mangga. Pohonnya paling dekat dengan pagar bambu. Gue ceritakan kepada Mang Aep kalau semua pohon berpenghuni. Hati-hati Mang, kata gue.

Mang Aep cuma bilang kalo dia takutnya sama Tuhan. Gue awalnya agak lega dengan perkataan Mang Aep, apalagi Mang Aep salatnya rajin, gak kayak gue. 

Sampai akhirnya, dia menyalakan mesin gergaji dan mulai memotong batang utama mangga, tak diduga, malah gergajinya yang terpotong jadi dua bagian! Satu bagian mental ke arah tangan Mang Aep dan hampir putus, sementara gergaji yang dekat mesinnya jatuh ke kaki!

Gue histeris karena seumur-umur Mang Aep motong pohon, baru kali ini kejadian yang tak lazim dan hampir merenggut nyawanya. Dalam kepanikan gue disuruh warga menghubungi rumah sakit terdekat. Syukurlah di situ ada rumah sakit yang hanya berjarak 10 menit. Mang Aep cepat mendapat pertolongan pertama.

Gergaji itu langsung rusak parah dan anehnya batang pohon itu sama sekali tak ada yang terkelupas. Mulus kayak pohon yang belum diapa-apain padahal sempat terkena gergaji sedikit. Gue bener-bener gak habis pikir.

Senin, gue mendatangi Pak RT dan memberi tahu insiden tersebut. Pak RT cuma manggut-manggut. Saya sudah gak kaget mas J. Saya kaget kalo pohon itu bisa ditebang. Tapi ternyata gak bisa. Saya sudah kasih tau dari awal. Penunggu situ gak sembarangan. Coba minta izin. 

Malam Jumat, jam 12 malam, bawa aja beberapa benda. Bunga kuburan, kemenyan jumlahnya 3 biji, air mawar, kopi item pahit, ayam cemani yang sudah dipotong tapi ditampung darahnya. Ayam cemaninya biarin aja dalam keadaan bangkai. Darah ayam cemani ditaruh di atas mangkok tanah liat, ya.

Ilustrasi (Jual Ayam Hias)

Taruh semuanya di atas tampah. Dekatkan di sumur. Ingat, jangan ngeliat ke dalam sumur. Bersimpuh depan sumur, pejamkan mata, dan ucapin mantra ini (dia nyebutin mantra tapi gak mau gue tulis karena takut disalah gunakan sama orang lain). Ingat, apa pun yang terjadi, jangan buka mata, ya. Sampai benar-benar azan subuh, ucap Pak RT.

Kalau saya gak ngelakuin, gimana, pak? tanya gue.

a gak masalah, tapi tanah itu terbengkalai begitu saja, sama persis dengan pemilik-pemilik sebelumnya, ucap pak RT. Sia-sia duit yang gue keluarin dong kalau seperti itu. Duh, gue dilema berat. 

Akhirnya gue mencoba menyanggupi syarat Pak RT. Itu pula yang dia lakukan untuk menghentikan kematian misterius kerabatnya gara-gara nantangin penghuni tersebut. Eh, tapi gue kan gak nantangin, yak. Sama saja, kata Pak RT.

Ya sudah, gue ikutin.

Tunggu kumpulan cerita seram dan menakutkan selanjutnya yaa gengs: Part 5



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"