Kali ini ada kumpulan cerita seram dan menakutkan nih gengs di perkotaan. Ini adalah cerita yang diambil dari akun Facebook @Cerita Horor.
Daripada penasaran mending langsung kita lihat aja yuk gimana kisah dari "Wanita Penunggu Rumah Nomor 13" ini.
- Kumpulan Cerita Seram dan Menakutkan: Wanita Penunggu Rumah Nomor 13 Part 2
Mbak, mienya dah jadi? adikku mengagetkanku! Sial, lah. Segera kubereskan membuat makanan untuk adikku. Lalu kami duduk-duduk manja di depan televisi.
Adek, kamu denger gak suara tadi? Bug, gitu. Kayak badan kita kalau digebukin pakai guling, dan jangan nanya, karena aku gak ada perumpamaan lain.
Engga tuh, jawab adikku singkat. What the hell. Pasti dia bohong. Suara sekeras itu harusnya terdengar paling tidak jarak 10 meter. Nah, panjang rumahku ada sekitar segitu. Auto adikku pasti denger, kan.
Adek kamu jangan bohong nanti dosa tau. Denger apa engga?
Ih, dibilangin engga, katanya.
Suara televisi kamu gak kegedean, kan?
Lah, ini TV baru dinyalain, katanya dengan logat agak cadel.
Dia benar. TV baru dinyalakan. Baru ini. Artinya memang cuma aku yang mendengar. Sambil menemani adikku makan. Bulu kudukku merinding. Semoga ayah dan ibu cepat pulang.
-----------------------------
Bangun-bangun aku sudah di atas kasurku sendiri. WTF! Aku segera bergegas keluar sambil deg-degan. Sudah pagi rupanya, matahari meninggi.
Aku kok di dalam kamar? Harusnya depan TV! tanyaku nge-gas kepada ayah dan ibu yang lagi sarapan.
Lah iya, memang depan TV sama adek, ketiduran. Makanya ayah angkat ke kamar. Histeris gitu? ucap beliau.
Aku cuma Oooo, panjang. Ingin kembali rebahan. Tapi kuurungkan karena ibu masak nasi goreng yang kayaknya enak. Tak perlu cuci gigi, langsung kusikat nasi goreng buatan ibu yang lezatnya bisa umroh 7 kali. Enak banget, bu, kataku. Ibu cuma senyum.
Nah, kita skip dulu sampai sini. Lagi enak-enaknya menyantap masakan ibu, ibu cerita pada ayah dalam bahasa Jawa. Mungkin berharap aku tidak ngerti. Tapi percayalah bu, walau dibesarkan di Jakarta, adat Yogyakarta terutama memahami bahasa Jawa kupegang teguh. Langsung aja ke artinya, ya.
Semalam waktu kita sampai, trus kamu mandi, aku mendengar ada orang menangis dari arah rumah belakang, kata ibu ke ayah.
Ayah gak denger apa-apa, kata ayahku.
Ya jelas, keran kamar mandi kamu nyalain. Tangisannya cukup kencang. Kayak habis dianiaya, ujar ibu lagi.
Ayah menangkap kegelisahan ibu. Aku pura-pura cuek sambil melanjutkan baca novel Goosebumps. Anak era 90-an pasti tau banget novel ini. Ceritanya soal hantu-hantuan yang lumayan mengejutkan. Sambil buka-buka Goosebumps, kudengar cerita-cerita ayah dan ibuku lagi.
Nanti coba ayah sama aku bertamu ke sana. Takut ada apa-apa. Kalau memang ada penganiayaan, kita panggil polisi, tutur ibuku.
Ya sudah, nanti kita kesana.
Ayah dan ibuku hendak ke sana sekitar pukul 14.00 WIB berkunjung ke rumah belakang sekaligus membawakan kue-kue. Bagi warga Jogja, bertamu dengan membawa buah tangan itu wajib hukumnya. Kami tak biasa melenggang begitu saja tanpa oleh-oleh, walau itu hanya roti 4 biji sekalipun.
Kulirik jam, masih jam 09.00 WIB. Masih lama. Aku membayangkan ayah dan ibuku berkunjung ke sana dan akhirnya bisa cari tahu mengenai wanita misterius di belakang rumah kami. Penasaran.
Akhirnya jam 14.00 WIB tiba. Aku ingin sekali mengingatkan ayah dan ibu akan janjinya pergi ke rumah tetangga belakang. Tapi stay cool aja, lah. Bisa-bisa disemprot beliau kenapa curi dengar percakapan orangtua. Ya sudah, aku pura-pura main PS dan berusaha gak ngerti apa pun.
Ke luar sebentar, ya Jen, kata ibuku. Aku cuma menjawab he eh, padahal keponya setengah mampus.
Baru pergi sekitar 10 menit, ayah ibu sudah balik ke rumah. Orangnya gak ada, kata ibu. Diteriakin sampai pegel, gak keluar. Tapi lampu teras depannya hidup. Mungkin lagi pergi, kata ibuku lagi.
Kok aku curiga, ya? Sepertinya dia gak pergi tapi memang mengurung diri. Eh, suuzon banget, tapi namanya anak kecil, lagi hobi-hobinya kepo. Gimana caranya untuk investigasi sebenarnya wanita itu di rumah atau tidak. Pura-pura ambil sepeda, ah.
Tunggu kumpulan cerita seram dan menakutkan selanjutnya yaa gengs: Part 4