Menantang sang ratu penunggu sungai siak.
Dan dia tidak mendengar omonganku yang kedua.
"Yaudah, bentar ya aku angkat air ini dulu kerumah. Kau tunggu disini sebentar" ujarnya dan bergegas kerumah sambil membawa ember berisi air tersebut.
Selang saat itu, aku duduk sendirian di tempat itu. Di lapangan luas yang gelap dan tidak ada seorang pun disini. Tiba-tiba saja angin berhembus pelan di kupingku dan secara tidak sadar aku kehilangan sedikit kesadaranku.
Aku seperti terbawa ke alam yang dimana aku belum pernah menyaksikan tempat itu sebelumnya. Tempatnya sangat gelap dan dipenuhi oleh obor yang menyala. Di setiap langkah jalannya terdapat bunga kamboja yang bertaburan. Dan tiba2 temanku datang menempuk pundakku. "Woi mon, woi!" Jawabnya yang ketakukan melihatku dengan bola mata keatas.
Dan dia berkata;
"Kau masih yakin mau lanjut malam ini? Kau liat kondisi kau sekarang udah gak kaya biasanya! Ragu aku mon sumpah" "Enggak put, aku tadi cuma ketiduran aja bentar" jawabku linglung.
"Ketiduran gak ada bola mata keatas! Udahlah gak usah lanjut malam ini serius" jawabnya yang mengkhawatirkan keadaanku. "Eh serius aku, ayok lah kita berangkat lagi" paksa ku yang memaksanya untuk tetap melanjutkan.
"Kau barusan kaya orang kerasukan mon, kau tertawa sendiri sambil menatap keatas dengan bola mata yang putih" jawabnya yang masih memegang pundakku.
Dan tiba-tiba aku tidak sadar berjalan sendiri ke sebuah pohon kamboja dan memakan bunga yang berguguran di tanah sambil tertawa. Dengan posisi tangan dan kaki menyentuh tanah seperti binatang berkaki 4 sedang berjalan.
"Woi mon! Sadar mon sadar! Astagfirullah" menahan tanganku untuk berhenti memunguti bunga kamboja tersebut. Dan sontak aku tersadar kembali dengan pikiran linglung. Dan sontak Aku bertanya kepada putra.
"Ha? Ngapa aku makan bunga kamboja ini?" Jawabku masih dengan pikiran kacau.
Menantang sang ratu penunggu sungai siak.
Selang beberapa lama aku dan temanku duduk sejenak untuk menenangkan fikiran dari kejadian barusan. Aku dan dia masih tidak menyangka hal apa yang terjadi setelah kejadian tersebut. Sampai pada suatu ketika aku meraih kerisku dan meletakkan nya tepat di antara kening untuk meminta izin kepada datuk pusaka.
Aku meminta izin dari alam bawah sadar
"Datuk, lindungi aku dari segala marabahaya yang akan menimpa setelah ini atas kuasa Allah SWT. Dan berikan aku kekuatanmu sejenak untuk melewati ini semua." Ucapku dalam hati.
Setelah itu aku menggenggam erat kerisku seperti panglima dahulu kala dengan keberanian tinggi menghadapi musuh yang akan menyerangnya.
Pada suatu pembicaraan kawanku bertanya kenapa aku meletakkan keris di keningku.
"Mon, kenapa kau letak keris di kening? Kau mau manggil banyak setan?" Ucap kawanku penuh tanda tanya.
"Enggak put, aku meminta pertolongan sama datuk kalau nanti terjadi apa-apa dia bisa turut serta melindungi aku dari serangan yang tidak bisa aku tahan." Ujarku yang masih gemtar setelah kejadian tadi.
"Tapi mon, kalau memang betul2 kau gak kuat udah kita gak usah lanjutkan. Lagian pun kita disini bukan niat mengganggu, tapi cuma membuktikan kebenaran yang ada disana." Ujarnya tegas.
".... Aku pun termenung dan tetap mendengarkan segala celotehan nya tanpa ada sepatah katapun keluar.." Tak terasa setelah kejadian dan pembicaraan tadi hari sudah berganti dan menunjukkan jam 00.30WIB.