Foto Horor Setan: Pengalaman Pribadi Yang Mengerikan Part 2 (Tidak Boleh Keluar Kamar)

Foto Horor Setan: Pengalaman Pribadi Yang Mengerikan Part 2 (Tidak Boleh Keluar Kamar)

Cerita Foto Horor Setan: Pengalaman Pribadi Yang Mengerikan Part 1

Ada yang Nia selalu perhatikan ketika ia melewati pintu-pintu dikoridor terutama dibagian sudut pintu ia melihat disetiap pintu ada lonceng yang terpasang aneh ni Elin berkali-kali mencuri pandang lewat ekor matanya ia selalu tersenyum saat Nia berhasil melihat tatapannya.

"Ada yang ingin saya sampaikan selama tinggal dirumah ini aturan adalah mutlak bila tidak menuruti aturan disini konsekuensi akan menjadi pembelajaran bagi mereka yang melanggarnya" ni Elin membuka pintu "kamarmu nak."

 

Nia melangkah masuk sebuah ruangan yang tidak terlalu besar namun cukup lega untuk menjadi kamarnya. kecuali ia melihat ranjang bertingkat disana.

Ilustrasi (themurky.com)

"Teman sekamarmu nanti akan pulang nanti saya kenalkan sama semua anak yang ada disini istirahat dulu." 

Ni Elin menutup pintu, aroma debu dari tembok tua dan sejumblah perabotan usang Nia melihat setiap detail yang bisa ia amati sukar bila harus tinggal ditempat yang kotor seperti ini.

Sesaat kemudian Nia melihat sesuatu dijendelanya Rumah ini memiliki 2 lantai tempat kamar Nia berada disana.

 

Di jendela Nia bisa melihat langsung ke halaman belakang rumah pemandangan langsung yang bisa Nia nikmati namun dari jendela itu Nia juga bisa memperhatikan sekitar. lingkungan rumah yang dipenuhi pepohonan rimbun dengan area rumput beserta alat bermain untuk anak-anak. 

Karena terlalu penat setelah menempuh perjalanan jauh Nia memutuskan untuk beristirahat ia merebahkan tubuhnya kemudian terlelap dalam tidurnya. 

Mungkin karena terlalu lelah hingga Nia tidak sadar seseorang tengah bernafas tepat diwajahnya hal itu membuat Nia terbangun dan membuka mata ia tersentak saat melihat seorang gadis kecil menempelkan wajahnya mengamatinya lantas tersenyum dengan gigi bugisnya. 

Masih mengenakan seragam sekolah gadis itu terus melihat Nia memperhatikannya dengan seksama seperti mengamati Nia membuat Nia merasa tidak nyaman.

"Ahu inga inini ua," ucap gadis itu.

Nia tidak mengerti ucapannya lantas kemudian melangkah keluar kamar meninggalkan si gadis 

Nia menuruni anak tangga mencari ni Elin saat Nia sedang mencari-cari keberadaan ni Elin Nia bertemu dengan seorang wanita ia berperawakan besar mengamatinya lantas bertanya.

"Nduk kamu yang tadi baru datang"

Nia mengangguk, "kamu cari siapa?"

"ni Elin" 

"memangnya ada urusan apa?" tanya si wanita.

"Dikamar saya ada anak kecil saya tidak mengerti itu siapa dan kenapa cara bicaranya seperti itu," sahut Nia.

"Oh begitu" ucap wanita itu mengantar Nia kembali ke kamar "dia yang akan menjadi teman sekamarmu" "maaf dia tunawicara." 

Nia melihat gadis itu si wanita memperkenalkan nama gadis kecil itu "Silvi namanya Silvi" "kalian yang akrab ya kalau ada apa-apa panggil saja saya nama saya ni Eva."

Ni Eva menutup pintu lantas meninggalkan Nia Silvi ucap Nia ia seakan mengamatinya canggung 

setiap kali Silvi bicara Nia hanya mengangguk ia tidak mengerti tidak memahami maksud setiap ucapannya bahkan ketika Silvi menawari Nia berkeliling rumah Nia hanya mengangguk padahal tidak mengerti maksud ucapannya hingga Silvi menarik Nia mereka keluar dari kamar.

Ilustrasi (cdssunrise.com)

Berjalan melintasi koridor melewati kamar demi kamar sampai akhirnya berhenti dihalaman belakang Nia bisa melihat jendela kamarnya darisini Silvi terus bicara namun Nia tidak mengerti setiap ucapannya sampai mata Nia teralihkan pada sebuah kamar Nia tertuju menatapnya.

 

Dibalik sebuah tirai putih transparan Nia melihat seseorang mengamatinnya wajahnya tersamarkan tirai putih namun Nia yakin sosok itu melihat kearahnya.

Silvi menatap Nia lantas menarik kepalanya ia menggelengkan kepala dengan keras menarik Nia kembali masuk kerumah.

Silvi terus bicara dengan nada suara yang tergopoh-gopoh membuat kalimatnya semakin rancau didengar telinga ia mengatakan "iaaak iaaak iaaak" terus menerus membuat Nia merasa bahwa Silvi ingin mengatakan sesuatu.

Apa itu "iaaaak" 

"gak usah didengerin apa yang diomongin anak itu gak bakalan ngerti juga kamu" seorang anak lelaki mungkin seumuran dengan Nia keluar satu kakinya disanggah menggunakan tongkat kaki.

"Kalau sudah sore gini mending masuk kamar saja cuma saran" kata anak lelaki itu 

Nia mengajak Silvi kembali ke kamar tempat ini sangat berbeda dengan tempat tinggalnya.

Sebelumnya anak-anaknya bahkan tidak terlalu nampak bahkan Nia merasa yayasan dengan rumah sebesar ini terkesan sepi dan menimbulkan perasaan yang mencekam setiap ia berdiri dilantainya.

 

Hal yang membuat Nia tidak nyaman adalah ketika setiap kali ia membuka pintu terdengar suara lonceng yang membuatnya merasa begidik bukan hanya lonceng pintunya namun lonceng dipintu lainpun sama membuat Nia bisa mendengarnya bahkan saat ada didalam kamar sekalipun.

 

Setiap malam suasana sepi semakin membuat Nia merasa merinding pemandangan ke taman tentu berbeda dengan pemandangan ketika Nia melihatnya saat siang hari Nia menyibak tirai.

Sementara Silvi ia terus memandanginya dari ranjang atas hal itu sangat tidak menyenangkan 

seseorang mengetuk pintu memanggil Nia dan Silvi "makan malam" teriaknya Nia melangkah keluar mengikuti Silvi menuruni anak tangga menuju dapur dimana semua anak-anak sudah berkumpul ia melihat anak lelaki itu dan tentusaja anak-anak yang lainnya.

Ada sekitar 7 anak 4 diantaranya adalah perempuan termasuk Nia sisanya anak laki-laki selama mereka makan tidak ada suara apapun tidak ada yang saling bicara hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar bahkan Silvi tidak bersuara sedikitpun mereka seperti terlatih diam.

Dari semua anak yang ada disini Nia mengamati wajah mereka sibuk dengan makanannya sendiri hal itu membuat suasana benar-benar canggung saat Nia membuka percakapan semua mata langsung memandanginnya canggung lalu mereka kembali pada makanannya.

Setiap satu dari mereka sudah selesai makan mereka membawa piring sendok dan gelas mencucinya kemudian meletakkannya diperabotan yang sudah ditentukan tidak ada ucapan tidak ada kalimat pamit mereka pergi berlalu begitu saja bahkan langkah kakinya tidak bersuara.

 

Silvi baru saja selesai Nia melakukan hal yang sama kemudian ia melihat ni Eva ia memanggil Nia mengantarkannya pada sebuah ruangan dimana disana ada ni Elin dan seorang wanita tua.

"Nia ya" "selamat datang sebelumnya maaf saya baru pulang jadi tidak bisa menyambut kamu" 

"Nia sudah tahu peraturan disini saat jam menunjukkan pukul 9 malam tidak boleh ada yang keluar kamar.

Sebenarnya boleh saja bila memang ada keperluan ke kamar mandi namun setelah selesai langsung kembali ke kamar ya. paham" ucap wanita tua itu. Nia mengangguk.

"Nama saya ni Ika saya kepala pamong disini bila ada yang mau Nia tanyakan silahkan tanyakan saja."

Nia menatap ni Ika ia seperti menunggu Nia bicara ada hal yang sangat ingin ia tanyakan namun tampaknya Nia mengurungkannya. ia kembali ke kamarnya. 

Di kamar Silvi sudah ada diranjang atas melihat Nia melangkah masuk saat suara lonceng itu berbunyi Nia langsung pergi ke ranjangnya melihat Silvi menunjukkan kepalanya dari atas melihatnya dengan tatapan seperti biasanya.

"Sudah malam tidur," kata Nia Silvi mengangguk 

Malam semakin larut namun Nia belum juga bisa memejamkan matanya ia melirik jam kecil diatas meja sudah pukul 12 malam ia terbangun lalu duduk diranjangnya mengamati situasi mungkin Silvi sudah tidur tiba-tiba terdengar suara lonceng yang berbunyi dari luar.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"