Hai penggemar horor, apakah kalian pengen baca-baca ceritanya hantu dari pengarang kisah horor legendaris KKN Desa Penari yang ngeri banget itu.
Kali ini di cerita hantu berserinya ada yang berjudul "Padusan Pituh" seperti apa kengeriannya? Yuk kita baca bareng-bareng gengs.
- Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 7
Mira mengangguk
"sepertinya aku mengumpulkan sesuatu, tapi aku lupa ini apa!!" Mira tampak berpikir keras namun semakin keras ia mencoba mengingat, rasa nyeri itu kembali, "mungkin gak sih semua ini pernah terjadi? maksudku di belahan lain ada hal ini, koran ini misalnya, untuk apa ku robek?"
Mira mengambil buku itu lagi, melihat lembar per lembar, hingga terdengar suara pintu di ketuk, Riko dan Mira tercekat.
"tunggu di sini" kata Riko, ia mendekati jendela, mengintip siapa yg sudah datang, rupanya ibu kost, Riko bersiap membuka pintu tapi tiba-tiba Mira menariknya
ia menyeringai lagi, melotot menatap Riko, "ojok di bukak" (jangan di buka) katanya.
Riko terdiam, pintu terus menerus di ketuk, sementara Riko tidak mengerti apa yg terjadi, "nduk bukak nduk" (nak buka nak) teriak ibu kost.
Mira hanya diam berdiri melotot menatap pintu,
Riko bergerak mundur, sementara pintu terus menerus di ketuk, ia tak pernah merasa ada kejadian sejanggal ini, sebelum, hening.
Riko menelan ludah, dan pintu di buka perlahan, hal pertama yg Mira lakukan adalah menerjang wanita itu, ia mencengkram lehernya, berusaha membunuhnya.
"Putuku ra melok urusan iki, culno ben aku ikhlas ra onok nang dunyo iki!!" (cucuku tidak ikut urusan ini, lepaskan biar aku ikhlas tidak di dunia ini lagi).
namun wanita itu tertawa, tawanya begitu aneh, suaranya seperti seorang lelaki, "ra isok, aku butuh putumu" (tidak bisa), (aku membutuhkan cucumu).
Mira berteriak keras sekali, namun wanita itu tertawa semakin keras, Mira mencengkram terus menerus lehernya, Riko yg awalnya diam, menarik Mira mencoba melepaskan cengkraman itu, "Edan!!" (gila) "bisa-bisa mati nih orang."
Namun Mira terus melawan, semua kejadian gila itu membuat semua orang berkerumun sebelum memisahkan mereka.
"mari iki, suwe ta gak, putumu bakal marani aku dewe, ben dek ne sing milih" (sebentar lagi, lama atau tidak cucumu sendiri yg akan mendatangiku, biar dia yg pilih)
wanita itu tersadar, ia menatap semua orang sebelum bertanya apa yg terjadi, Mira pun sama, ia tidak tahu kenapa semua orang berkerumun di sini, hari itu juga Riko membawa Mira pergi.
"nanti ku jelasin apa yg terjadi" kata Riko,
Riko sudah meletakkan papan itu di dalam rumahnya, ia masih tidak dapat berkomentar bagaimana Mira bisa mengumpulkan semua ini, "pantas kamu di terima jadi jurnalis, lha wong ngumpulin ini saja kamu bisa."
Mira tak perduli, ia terus menerus membaca buku tua itu. "dulu ibuk pernah bilang, ada ilmu yg namanya rogo sukmo, dan nenekku katanya bisa itu" kata Mira.
"lha tapi nenekmu sudah lama mati kan?" kata Riko "dia sudah gak butuh ilmu itu lagi, dia bisa masuk sewaktu-waktu."
"bukan nenekku, tapi yg merasuki ibuk itu, dia pasti bisa."
"kadang aku mikir" kata Riko, "ini semua ilmu kejawen ya."
"kayaknya iya."
"bagaimana kamu bisa mengumpulkan ini semua?"
"entahlah" ucap Mira, lembar perlembar sudah Mira baca, semua itu menceritakan Rinjani yg tinggal di sebuah gunung di jawa, namun bukan gunung Rinjani
Mira berdiri mengangkat tas'nya, "kayanya aku harus pulang ke kampungku, ada yg mau aku cari."
"eh goblok" sahut Riko, "gak dengerin aku tadi ngomong apa?"
Mira hanya diam, "dia bilang nanti kamu sendiri yg akan mencari dia, lebih baik jangan Mir, firasatku gak enak"
Mira tidak perduli, ia mendekati sahabatnya itu "aku titip Lindu, sampein ke mbak Stela juga, aku cuti."
Riko tetap tidak setuju, ia mencengkram tangan Mira, namun perempuan itu menatapnya sengit, "ini penting, lepasin."
"aku ikut" kata Riko.
Mira menggeleng menjawab "Gak!!"
"kalau ada apa-apa kabarin saja"kata Mira, ia melangkah ke luar rumah, sudah lama Riko tidak melihat mata Mira seserius ini, Mira memang perempuan yg keras namun justru hal itu yg membuatnya berbeda di antara yg lain.
Riko mencoba mengerti, ia melihat bayangan perempuan itu pergi. Stasiun sangat ramai, sembari menunggu kereta datang Mira duduk sembari beberapa kali ia membolak balik lembaran dalam buku itu, mencoba mengingat detail yg ia lupakan, namun sayangnya tak ada yg ia ingat, Mira tersadar saat ada seorang lelaki mendekatinya, bertanya kepadanya,
"mbak punya korek ndak?" kata lelaki itu, "buat ngerokok."
Mira melihat lelaki itu sengit, tak menjawab pertanyaanya.