Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 7 (Janur Ireng)

Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 7 (Janur Ireng)

Hai penggemar horor, apakah kalian pengen baca-baca ceritanya hantu dari pengarang kisah horor legendaris KKN Desa Penari yang ngeri banget itu.

Kali ini di cerita hantu berserinya ada yang berjudul "Padusan Pituh" seperti apa kengeriannya? Yuk kita baca bareng-bareng gengs.

  • Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 6

"saya kira kamu ndak akan kesini, ibu itu bingung, kenapa kamu masih bayar kost padahal sudah ndak di sini." 

Mira hanya tersenyum, bingung harus menjawab apa, ia melewati ibu itu yg masih menatap Mira heran.

Ilustrasi (detikFood)

"mungkin Mira suka dengan tempat ini buk, jadi dia gak rela kamar bersejarahnya di tempati orang" sahut Riko, si ibuk tampak tidak puas.

"kuncinya mana buk?" tanya Mira tiba-tiba 

"oh iya" sahut si ibuk, ia memberikan kunci pada Mira dan perempuan itu langsung menuju ke sana, Riko segera menyusul, meski si ibuk masih mengawasi namun Mira tak peduli, harga sewa di sini setidaknya cukup untuk membayar ganti rugi ingatannya.

 

"di sini tempatnya" kata Riko, hal pertama yg ia rasakan saat masuk ke dalam kamar kecil ini adalah aroma debu yg menusuk, tak hanya itu, tempat ini benar-benar buruk untuk jadi tempat tinggal, Mira melihat Riko lantas ia bertanya "linggisnya mana?"

Riko menatap heran, "Linggis." Riko kembali dengan 2 linggis di tangan, ia cepat-cepat mengunci pintu, "mau hancurin lantainya, kalau ketahuan, bisa di polisikan kita."

Mira tak menggubris, ia sedang asyik memeriksa lantai keramik, seakan sedang mencari sesuatu. Riko menatap ke sekeliling tiba-tiba dirinya tertuju pada papan tulis di tembok. aneh, pikir Riko, untuk apa papan tulis itu di balik, Riko tersadar saat Mira memanggilnya, ia sudah ada di dapur, meminta Riko memberikan Linggis sebelum ia menghantamkannya di lantai. 

Riko pucat sudah lebih dari setengah jam Mira menghantam lantai-lantai keramik, Riko terus mengawasi pintu, bukan tidak mau membantu, sejak tadi di luar ibu kost mondar-mandir membuat Riko semakin pucat, dan semua terbayar saat Mira mengatakannya, "di sini!!" Riko mendekat.

 

"ini apaan?" hal pertama yg Riko katakan saat melihat sebuah kotak kayu di simpan di dalam lantai berkeramik.

"gak tau" kata Mira.

"kamu yg tanam!! hebat betul nanam beginian di sini, yg ngeramik kamu juga."

Mira tak peduli, ia membuka kotak itu, dan di sana ia menemukannya. 

Lembaran foto-foto tua saat Mira masih kecil, di belakangnya ada seorang lelaki berkumis yg di tenggarai adalah bapak, Mira membuka lembar-per lembar, bapak mengenakan pakaian adat putih seakan menasbihkan dirinya benar-benar seorang kuncen, Mira terus mengamati sampai.

Ilustrasi (food.detik.com)

ia berhenti di sebuah foto, bapak bersama 6 orang lain dengan pakaian yg sama berpose di sebuah tempat dengan rumah tua di belakangnya, di depannya ada seorang lelaki mengenakan pakaian hitam duduk di depan sendirian, foto orang itu di coret dengan spidol hitam, 

"siapa Mir?" Riko merebutnya namun Mira hanya diam.

Riko mengamati foto itu sebelum menaruhnya lagi, "untuk apa kamu ngubur ini semua."

Mira terus menggeleng, ia tidak tahu harus menjawab apa, semuanya masih samar. 

Riko mengambil sebuah buku tua dari kotak itu, namun Mira justru berdiri, matanya tertuju pada papan tulis terbalik di tembok, "bantu aku angkat papan ini" katanya, Riko tidak mengerti namun ia setuju membantu Mira.

saat mereka membalik papan itu, Riko tercengang melihatnya. "sejak kapan kamu buat ini?" kata Riko mengamati setiap detail yg ada di dalam papan.

Mira mencoba mengingat-ingat, samar -samar semuanya kembali, setiap malam Mira mengerjakan ini, namun ia sendiri tidak tahu menahu kenapa mengerjakan hal-hal seperti ini.

 

Riko mendekati, dirinya masih takjub mengamati setiap coretan dan kertas-kertas yg tertempel, ada banyak sekali tulisan yg Riko tidak mengerti, salah satunya adalah Padusan pituh dan, "Rinjani."

"apa itu Rinjani?"

Mira menoleh menatap buku, mengambilnya, membuka lembar perlembar, sebelum sampai di satu titik halaman, Mira menunjukkan pada Riko, di sana ia melihat coretan gambar dari tangan, seorang wanita berambut sangat panjang tengah duduk meringkuk di kelilingi gambar gadis kecil, di atasnya tertulis jelas "RINJANI" 

meski hanya sebatas coretan. 

Riko bisa merasakan sensasi tidak mengenakan saat menatap gambar itu, ia merasa merinding, Mira menatap papan lagi, menunjuk satu persatu titik yg di hubungkan dengan benang-benang itu, lalu berbicara pada Riko, "istilah ini semua apa ya artinya?" 

Riko menoleh ikut mengamati, banyak istilah yg di tulis dengan aksara jawa di bawahnya Riko hanya membaca beberapa hal yg tidak ia mengerti seperti.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"