Hai penggemar horor, apakah kalian pengen baca-baca ceritanya hantu dari pengarang kisah horor legendaris KKN Desa Penari yang ngeri banget itu.
Kali ini di cerita hantu berserinya ada yang berjudul "Padusan Pituh" seperti apa kengeriannya? Yuk kita baca bareng-bareng gengs.
- Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 4
"Omah Ruwut" (rumah tenung)
Mira berhenti di salah satu kamar, ia penasaran dengan apa yang terjadi di dalamnya, tak ada apapun di sana kecuali sebuah ranjang kosong dengan seorang lelaki yang tengah duduk membelakangi pintu, Mira tertuju pada sosok lelaki itu.
Ia hanya diam, diam, sebelum
perlahan tubuh lelaki itu bergerak, ia memutar tubuhnya perlahan-lahan, Mira memekik ngeri menatap tubuh lelaki itu berputar, menatapnya kosong, seketika pintu di tutup si wanita melihat Mira, "sudah tak bilang, ini omah ruwut mbak".
Mira mengangguk, wajah lelaki itu masih terbayang jelas di dalam kepalanya. "di sini mbak tempatnya."
Mira menatap sepasang pintu, guratan kayu di pintu tampak begitu usang, berbeda dengan pintu-pintu lain di dalam rumah ini, tidak hanya itu, pintu ini sengaja di rantai seakan tidak sembarang orang bisa memasukinya.
"Baduh" katanya sembari menyeringai, "monggo" katanya seraya menunduk mempersilahkan, Mira melangkah masuk, yang ia dapati di dalam ruangan itu adalah sebuah kamar tertutup dengan alas tanah, di setiap sudut Mira melihat gabah padi tergantung, tak hanya itu, Mira juga melihat tebu yang saling di ikat.
ruangan ini lebih terlihat seperti gudang pangan di bandingkan sebuah kamar, wanita itu menutup pintu sebelum merantainya, Mira hanya menatap kesana-kemari sebelum matanya melihat sesuatu di balik tembok lusuh, ada ruangan lain dengan ranjang bertirai transparan,
di dalam ranjang bertirai itu, Mira melihat, seseorang di dalamnya.
"ayok mbak" ucap si wanita, menuntun agar Mira mendekati ranjang misterius itu, "sudah waktunya kamu tahu semuanya."
ruangan itu pengap, sejauh mata memandang Mira hanya melihat tumpukan hasil bumi yang seperti tidak pernah di sentuh, di letakkan begitu saja memenuhi ruangan ini.
"ini semua ucapan terima kasih dari orang-orang" kata si wanita, "ndak usah di perdulikan." Mira berdiri menatap sosok di balik tirai itu, ia berselimut karung gabah, seakan sedang bersembunyi membuat Mira begitu penasaran dengan sosok di baliknya.
"silahkan duduk mbak" ucap wanita itu, meletakkan kursi kayu di depan ranjang sebelum mendekatinya seperti tengah menguping.
"Beliau bilang, selamat datang nduk" kata si wanita seakan menerjemahkan sosok misterius itu, "wes wayahe awakmu menuhi janji bapakmu ambek padusan pituh" (sudah waktunya kamu memenuhi janji bapakmu dulu pada pemandian ketujuh).
Ia kembali berbisik, dan wanita itu mengangguk,
"wes suwe mbahmu matusono nggarahi awakmu lali, sak iki, aku takon, awakmu purun ngelakoni Sirat nang kene" (sudah lama nenekmu membisiki dirimu membuatmu lupa dengan semuanya, sekarang aku tanya, kamu mau saya membuka ingatanmu).
Mira menggelengkan kepala, bingung
"nenekmu" kata si wanita, "dia yang membuatmu lupa semuanya, dia melakukan itu dengan alasan yang hanya dia sendiri yang tahu, sekarang Baduh mau bantu kamu kembalikan sowok yang di tanam" "pertanyaanya, kamu mau apa tidak?"
"Saya di sowok oleh nenek saya sendiri?"
Ia mengangguk, Mira menggelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang dia dengar, "nenek saya sudah lama meninggal, sejak saya masih kuliah."
"begitu" si wanita tersenyum, "jadi karena itu, sebenarnya, aku akan memberitahumu sesuatu dan mungkin ini menganggumu, ingat di mana kamu tinggal dulu?"
tiba-tiba Mira tersadar, ia melupakan sesuatu, benar, rumah, ia tidak ingat apapun tentang rumah.
"kenapa?" wanita itu mendekati, "kamu lupa?"
Mira menatap si wanita, "bahkan kamu tidak akan bisa menjawab pertanyaanku yang ini," "alasan apa kamu tetap membayar kost."
"tempatmu tinggal dulu, padahal, kamu sudah lama tidak tinggal di sana?"
Mira teringat dengan tempat itu, "kost?"
"iya, kenapa?