Sedang hits nih cerita hantu bersambung yang judulnya "Petaka di Cemara Timur". Diketahui cerita ini berasal dari akun Instagra @ardeks yang sampai booming.
Oiya perlu diingat, Kisah dan foto ini berdasarkan 50% kejadian nyata, 30% fiksi, dan 20% asumsi. Demi menghormati privasi warga setempat, bagi yang tahu soal lokasi aslinya, mohon untuk tetap merahasiakannya ya.
Beberapa bulan berlalu setelah aku bertemu Pak Basit dan keluarganya. Mereka menghubungiku lagi, meminta izin mengganti listrik meteran menjadi token supaya lebih irit dan terkontrol. Dengan begitu, aku juga tak perlu membantu membayar.
Aku menyetujuinya. Namun, bulan berikutnya Bu Basit kembali menelepon. Dia mengabarkan bahwa suaminya kembali masuk rumah sakit. Kali ini lebih parah sehingga uangnya habis terpakai. Dia meminta maaf karena belum bisa membayar uang kontrakan.
Kubilang tidak apa-apa. Toh aku juga tidak pernah menagih dan mengandalkan uang kontrakan untuk biaya hidup. Yang penting, rumah itu ada yang merawat.
Kukira masalah sudah selesai. Ternyata belum. Bu Basit menelepon lagi. Kali ini dia berniat meminjam uang untuk biaya pengobatan suaminya.
.
"Tapi jangan bilang-bilang bapak ya Mas. Dia nggak mau selalu merepotkan Mas, tapi ya gimana lagi," ucapnya memohon.
Ketika kutanya soal penyakitnya, Bu Basit lagi-lagi cuma bilang sakit ginjal. Entah kenapa dengan ginjalnya. Ya sudah, akhirnya kubantu sebisaku.
Keadaan pun kembali tenang. Tetapi beberapa bulan setelah itu, aku merasakan keanehan ketika sedang berada di kamar indekos. Malam hari, aku menonton film di layar laptop. Belum selesai filmnya, aku sudah merasa mengantuk. Aku pun tertidur tanpa sempat mematikan laptop.
Saat itulah aku memimpikan Pak Basit. Dia duduk sendirian dengan kegelapan menyelimutinya. Waktu aku datang, kepalanya mendongak dan berucap lirih, "Mas, tolong."
Mukanya terlihat semakin pucat dan tubuhnya sangat kurus. Perlahan dia beranjak berdiri dan menghampiriku dengan tangan berlumuran cairan cokelat seperti air comberan. Baru dua langkah, dia terjatuh tertelungkup. Hanya tangannya yang terjulur panjang berhasil meraih pundakku.
Sontak, aku mundur karena ngeri. Kepalanya yang masih terbaring di tanah mendongak lagi. "Mas, tolong!" teriaknya tiba-tiba.
Aku terkejut, lalu terbangun. Waktu mengambil minum, aku baru tersadar pundakku sedikit basah. Mungkin keringat. Kucolek dengan jari telunjukku. Segaris cairan cokelat menempel di sana.
Keesokan harinya, aku masih tertidur ketika ponsel berdering. Langsung kumatikan karena kukira alarm. Tak sampai semenit, ia berdering lagi. Setelah kuperhatikan, ternyata itu telepon dari nomor yang tak dikenal.
Aku mengangkatnya masih dalam keadaan setengah sadar. "Halo, Mas. Ini Pak RT," kata suara di balik telepon.
.
"Bukan, saya bukan RT. Salah sambung mungkin," jawabku. Kukira dia bertanya apakah aku ketua RT.
.
"Loh, maksudnya saya yang Pak RT. Saya Ketua RT Cemara Timur," sahutnya kesal.
.
"Ooh...Pak RT. Maaf, Pak. Saya baru bangun tidur. Ada apa, Pak?"
.
Apa yang dia katakan selanjutnya baru benar-benar membuat rasa kantukku hilang. Dia memintaku segera datang dan menengok rumah tanpa mengatakan alasannya. "Sudah Mas, datang aja dulu. Nanti saya jelaskan," pungkasnya.
Untung waktu itu Sabtu. Setelah mandi, aku langsung bergegas naik kereta ke Desa Cemara Timur. Sampai di sana, aku terkejut bukan kepalang. Rumahku seakan sudah berubah bentuk.
Rerumputan tumbuh sangat tinggi menjadi semak-semak. Beberapa bagian atap rusak. Sampah berserakan di garasi. Tidak ada siapa-siapa di sana. Benar-benar seperti rumah hantu.
Parahnya lagi, aku hanya punya duplikat untuk kunci rumah, bukan kunci gembok pintu pagar. Hanya ada satu kunci gembok yang dibawa oleh Pak Basit. Ke mana keluarga itu? Kenapa rumahku jadi begini?