Viral Pembalut “Reject” Diobral Secara Online, Inikah Tanda-Tanda Masyarakat Mengalami Period Poverty?

Viral Pembalut “Reject” Diobral Secara Online, Inikah Tanda-Tanda Masyarakat Mengalami Period Poverty?

Kapan Seseorang Dianggap Mengalami Period Poverty

Kapan Seseorang Dianggap Mengalami Period Poverty Pembalut Reject dan Fenomena Period Poverty (via Alomedika)

Tanda-tanda period poverty bisa bervariasi tergantung pada individu dan lingkungan mereka. Namun secara umum gejalanya adalah sebagai berikut:

  • Penggunaan produk perawatan menstruasi yang tidak layak, seperti kain lama atau bahan yang tidak aman, termasuk pembalut reject yang kini beredar.

  • Memilih absen dari sekolah atau tempat kerja karena tidak memiliki produk perawatan menstruasi memadai, dan khawatir hal ini akan mengganggu aktivitas.

  • Diliputi perasaan khawatir tentang kebocoran atau ketidaknyamanan selama menstruasi.

  • Beberapa orang mungkin memilih mengurangi asupan makanan untuk mengurangi aliran menstruasi.

  • Orang yang mengalami period poverty mungkin merasa malu karena situasinya, namun enggan meminta bantuan.

Kondisi-kondisi di atas merupakan tanda bahwa kamu atau orang dekatmu sedang membutuhkan bantuan. Tak hanya dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut juga mungkin terjadi saat seseorang berada di wilayah terpencil atau mengalami bencana alam sehingga kehilangan harta benda.

Apa Penyebabnya?

Apa Penyebabnya? Pembalut Reject dan Fenomena Period Poverty (via NU Online Jatim)

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ada beberapa beberapa penyebab utama period poverty, termasuk:

·         Keterbatasan finansial:

·         Rasa malu

·         Harga produk yang terlalu tinggi

·         Berada di lokasi terpencil atau jauh dari rumah penduduk

·         Mengalami musibah/bencana alam sehingga harus tinggal di penampungan sementara yang fasilitasnya terbatas.

·         Kelangkaan produk.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"