Kisah ini diambil dari sebuah cerita cinta seorang wanita bernama Verra Geraldine yang merupakan customer service di salah satu perusahaan dan juga seorang mahasiswi di salah satu fakultas Psikologi di kota Semarang.
Ceritanya dimulai disini, Pertama perkenalkan namaku Verra Geraldine, disini Ingin kuceritakan sedikit pengalaman yang kini sedang melanda hidupku sebagai pembelajaran untuk aku dan mungkin untuk sahabat semuanya.
Hari ini, tepat 24 bulan lebih aku bersama dengan seorang pria yang teramat begitu sempurna di mataku. Pria yang kukenal lewat teman sekolahku semasa SMA, pria yang sudah mengenalku lebih dari dua tahun yang lalu dan mulai berani menyatakan cintanya 12 bulan yang lalu. Pria itu biasa kusebut Milzam.
Awal aku menjalani kisah, banyak keraguan dan kegelisahan yang melanda. Terlebih saat kuketahui bahwa kami berbeda. Ya, tembok besar menjulang tinggi berdiri di depan mata kami. Tembok besar itu bernama agama. Kami nekat menjalani hubungan ini dengan alasan “lakukan yang terbaik” meski kami tahu, tembok besar itu tidak akan pernah mungkin bisa runtuh dengan sendirinya.
Hampir setiap malam, pikiran itu muncul sebagai beban. Banyak kekhawatiran muncul di kepalaku. Entah akan dibawa hubungan ini. Entah siapa yang nantinya akan mengalah. Atau entah kapan ini akan berakhir, karena kami masing-masing tahu kisah ini takkan berakhir dengan kebahagiaan.
Alasannya tetap sama, aku tidak mungkin mengikutinya. Dan dia tidak mungkin mengikutiku. Begitu rumit rasanya, saat hati berkata tidak, tapi raga ini ingin terus bersamanya.