Dalam Islam, haid merupakan masa di mana seorang perempuan sedang dalam keadaan tidak suci atau 'kotor'. Saat haid, perempuan diharamkan untuk melakukan sejumlah ibadah seperti salat, puasa, berhaji, dan membaca Al-Quran.
Haid atau datang bulan akan datang secara rutin di setiap bulannya. Oleh sebab itu, memasuki bulan Ramadan tentunya para perempuan ini tidak akan alpa akan kedatangan 'tamu bulanannya' tersebut.
Bukan hanya berbicara mengenai ibadah, perempuan yang sedang haid juga akan merasakan kelelahan yang luar biasa. Bahkan banyak yang harus merasakan seharian di ranjang saat haid karena tak bisa bangun dan nggak jarang ada pula yang sampai pingsan. Maka nggak heran, banyak wanita menjadi lebih malas saat datang bulan.
Sebuah riset mencatat, perempuan yang haid kehilangan produktivitas karena gejala yang berhubungan dengan menstruasi. Survei tersebut dilakukan oleh Obstetrics and Gynaecology Research pada 32.748 perempuan yang sedang haid.
Meski begitu, ada beberapa amalan ketika haid yang bisa dilakukan untuk tetap menjaga keimanan serta mendekatkan diri kepada Allah dan dapat dilakukan dengan mudah. Sayang banget kan kalau di bulan Ramadan ini kita mesti bolong-bolong ibadah cuma gara-gara lagi datang bulan.
Berikut ini amalan yang bisa dilakukan seorang wanita ketika haid:
1. Berzikir
Zikir merupakan amal ibadah yang dianjurkan untuk siapa pun dan bisa dilakukan kapan pun. Jenis-jenis dzikir pun ada banyak. Bahkan, ini bisa menjadi amalan yang bisa dilakukan oleh perempuan ketika haid. Perempuan tersebut bisa mengucapkan berbagai kalimah thayyibah seperti tasbih, tahmid, takbir, tahlil dan lainnya sebagai amalan ketika haid yang memberi keberkahan. Zikir juga bisa dilakukan untuk memohon pengampunan pada Allah dengan beristighfar dan bertobat.
Para fuqaha (ahli fiqih) sepakat bahwa tiga poin ibadah, yaitu istighfar, zikir, dan doa tidak disyaratkan yang melakukannya harus dalam keadaan suci dari hadas baik hadas besar maupun hadas kecil. Oleh karena itu, ini bisa menjadi amalan ketika haid yang dilakukan oleh kaum perempuan. Meskipun berhadas besar, tidak ada larangan baginya untuk beristighfar, zikir dan berdoa sepanjang waktu selama mampu. Walaupun tidak boleh melaksanakan salat wajib, tetapi zikir dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya tentu tidak dilarang.
2. Berdoa
Sama halnya dengan berzikir, berdoa biasa dilakukan siapa pun dan kapan pun. Doa bisa juga mengandung ikhtiar untuk mendekatkan diri pada Allah dan menjadi amalan ketika haid. Karena berdoa adalah hal yang Allah perintahkan setiap saat dan bisa dilakukan kapan pun maka perempuan yang sedang dalam keadaan junub diperbolehkan membaca doa apa saja. Saat haid, perempuan masih bisa mengamalkan doa harian seperti al-Matsurat yang merupakan kumpulan doa harian yang diamalkan oleh Rasulullah.
3. Mendengarkan Al-Quran
Amalan ketika haid yang penuh pahala selanjutnya adalah mendengarkan lantunan Ayat suci. Meski tidak diperbolehkan membaca Al-Quran, perempuan yang haid tetap dianjurkan untuk mendengarnya. Dengan tetap mendengar lantunan ayat suci, hati akan merasa selalu dekat dengan Allah.
Terkait dengan ini, ada sebuah hadis dari Aisyah RA yang dia berkata, "Rasulullah saw. meletakkan kepalanya di pangkuanku saat aku sedang haid, dan dia membaca Alquran," (HR Ibnu Majah).
Meski masih ada perdebatan antara boleh atau tidaknya memegang atau mendengarkan Al-Quran, ada baiknya untuk tidak meninggalkan seluruhnya. Sebab, Alquran merupakan pegangan umat muslim yang tidak boleh dilupakan. Jadi jalan keluar yang baik adalah dengan mendengarkannya.
4. Mendengarkan Tausiyah dan Menuntut Ilmu
Perempuan haid diperbolehkan mendatangi kajian-kajian keagamaan, baik untuk mendengarkan tausiyah, menambah keimanan, serta menuntut ilmu. Seluruhnya akan menjadi amalan ketika haid yang selain mendatangkan pahala, juga menambah keilmuan bagi perempuan meski sedang haid.
Imam Muslim mencatat hadis tentang keutamaan orang yang sedang mencari ilmu, yakni: "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah Swt. menunjukkan jalan menuju surga baginya," (HR Muslim).
Selain mendengarkan tausiyah secara langsung ke majlis ilmu, mendengarkan tausiyah sebagai amalan ketika haid juga bisa dilakukan dengan mendengarkannya di radio, menontonnya di televisi, atau streaming di halaman internet tentang keilmuan yang luas, tanpa harus terpatok pada ilmu keagamaan.
5. Bersedekah
Amalan ketika haid selanjutnya adalah bersedekah. Memperbanyak sedekah bisa dengan berbagai cara, mulai dari memberi santunan kepada fakir miskin, anak yatim hingga hanya menebar senyuman kebaikan kepada orang lain.
Dalam hal bersedekah, Rasulullah SAW juga menyerukan dalam sebuah hadis. Rasulullah bersabda: "Wahai kaum perempuan! Bersedekahlah kamu dan perbanyaklah istighfar. Karena, aku melihat kaum perempuanlah yang paling banyak menjadi penghuni neraka." (HR Muslim).
Allah Swt. juga berfirman: "Dan berikanlah infak di jalan Allah dan janganlah engkau menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang yang berbuat baik," (QS Al-Baqarah: 195).
6. Bersilaturahmi
Bersilaturahmi menjadi salah satu amalan ketika haid yang yang paling mudah dilakukan. Melakukan silaturahmi dengan mengunjungi saudara, teman, dan kerabat bisa menambah pahala dan membuka pintu rezeki sesama umat. Bersilaturahmi bisa dilakukan lewat media elektronik, mengunjungi rumah, atau melakukan kegiatan sosial.
Dengan bersilaturahmi, perempuan bisa sejenak meluangkan waktu bersama dengan orang lain dan melupakan sejenak keletihan yang akan terbayar dengan senyuman teman atau saudara tersebut.
7. Menghadiri Pelaksanaan Salat Hari Raya
Perempuan haid boleh dan bahkan dianjurkan menghadiri pelaksanaan shalat Id, hanya saja tidak boleh ikut salat. Ini akan menjadi amalan ketika haid yang tetap mendatangkan pahala meski terbatas karena hanya sebatas menghadiri.
Rasulullah saw. bersabda: "Segenap perempuan tua, gadis dan perempuan-perempuan yang sedang haid keluar rumah. Hendaknya mereka menghadiri amal kebaikan dan (ikut) berdoa dengan orang-orang beriman. Untuk perempuan-perempuan yang haid hendaknya menjauhi tempat salat," (HR Bukhari).
8. Melayani Keperluan Suami