Kisah-kisah dari era Perang Dunia II silam gak ada matinya deh untuk dibahas. Salah satunya adalah kisah seorang 'ratu' yang tinggal di pulau kecil di Samudra Pasifik.
Perempuan itu bernama Kazuko Higa. Perempuan asal Jepang ini pernah menjadi orang paling cantik di pulau kecil yang bernama Pulau Anatahan. Kenapa paling cantik?
Yap, karena Kazuko pernah hidup bersama puluhan laki-laki di pulau tersebut. Dia bahkan tinggal bertahun-tahun di pulau yang jauh dari mana-mana itu. Terpencil banget deh pulaunya.
Pulau Anatahan sendiri terletak di Samudra Pasifik. Luas wilayahnya sekitar 33 kilometer persegi. Pulau itu bahkan punya gunung berapi aktif. Jadi fix, gak bisa ke mana-mana kalo udah sampe sana~
Dalam sejarahnya, pulau ini pernah dikunjungi seorang misionaris Spanyol tahun 1868. Orang itu membawa orang-orang pribumi keluar dari Pulau Anatahan dan mulai membangun perkebunan kelapa yang menghasilkan 125 ton kelapa per tahun.
Kemudian tahun 1899, orang-orang Spanyol menjual pulau itu kepada Jerman dan dijual lagi ke Jepang setelah Perang Dunia I. Setelah di tangan Jepang, pulau kecil itu direnovasi pemerintah Jepang dan mengirimkan seorang lelaki bernama Kikuichiro Higa.
Di pulau itu, Kikuichiro Higa bertugas untuk mengawasi 45 pekerja perkebunan. Dia mengajak seorang saudaranya, Shoichi Higa dan istri mudanya yaitu Kazuko Higa.
Ketika Perang Dunia II pecah, Pulau Anatahan tetap aman tanpa serangan apa pun. Namun lambat laun, Shoichi Higa semakin khawatir akan keselamatan saudara perempuannya yang tinggal di pulau lain, Pulau Saipan.
Shoichi pun meninggalkan Pulau Anatahan dan berlayar ke Saipan untuk mencari Kazuko. Sementara para pekerja diperintahkan untuk kembali ke Jepang.
Shoichi pernah berjanji pada istrinya, Kazuko, bahwa dia akan kembali ke Saipan. Tapi semenjak pelayaran Shoichi meninggalkan Anatahan, tak pernah ada kabar lagi dari Shoichi.
Karena mengira suaminya udah meninggal, Kazuko pun jadi istri Kikuichiro, bos suaminya. Tapi tak lama setelah menikah lagi dengan bos suaminya, pasangan ini mendapat teror bom hingga mereka melarikan diri ke dalam hutan di Pulau Anatahan. Dan ceritanya dimulai dari sini.
Suatu hari pada Juni 1944, Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) menembak jatuh tiga kapal perang Jepang di lepas pantai Pulau Anatahan. Sebanyak 31 marinir Jepang selamat dan langsung berenang menuju daratan Pulau Anatahan.
Marinir Jepang itu kemudian diselamatkan pasangan ini.
Marinir Jepang pun berusaha untuk bertahan hidup di pulau itu mengandalkan sisa-sisa barang dari kapal perang yang tenggelam. Mereka juga hidup dari cadangan hasil bumi di pulau kecil itu. Mereka juga gak lupa untuk mengambil senjata untuk pertahanan.
Meski begitu, Pulau Anatahan tetap damai dan gak terpengaruh sama sekali perang yang sedang berlangsung.