Hai sobat Paragram, kali ini ada sesuatu yang baru nih. Kali ini ada cerita cinta romantis yang anak muda banget.
Buat kalian yang suka banget sama cerita-cerita cinta, kayaknya "I Still Love You" bakalan bikin kalian tersentuh deh. Langsung aja baca yuk.
Cerita cinta romantis: "I Still Love You"
Ilustrasi (reqnews.com)
“Kenangan memang seperti deburan pasir yang sudah ditelan ombak, kita tak bisa mencarinya apalagi mengulang itu semua terjadi tapi yang ku yakini saat ini adalah takdir, ya takdir Tuhan yang selalu menakdirkan semua ciptaannya untuk kebahagiaan.” EPILOGUE
Menjalani pekerjaan seperti ini memang cukup menantang baginya tapi semua itu dia lakukan untuk kebahagiaan dirinya karena itu adalah kesukaannya. Menjadi seorang Wanita Psikolog memang terdengar unik bagi dirinya yang dulu hanyalah seorang yang sangat super duper penakut akan semua hal, mulai dari kegelapan, tantangan, bahkan hal sepele seperti memotong buah dan lainnya terdengar mengerikan baginya karena dia takut benda tajam.
Terdengar sangat gaduh didalam ruangan ini, seru menyeru orang disekitarnya membuat drinya cukup stress untuk menanganinya, “Sudah Cukup!! Harap ibu bapak bertenang, padahal diruangan ini hanya ada kita bertiga tetapi seperti belasan orang yang ada didalamnya ya” Ucapnya, dia bernama Marina ya hanya itu namanya satu kata yang sangat cocok untuk dirinya juga yang cukup sederhana, dia seorang Psikolog muda yang baru Lulus satu tahun yang lalu dan sekarang ia berumur 23 Tahun, cukup menarik. perkataan yang baru saja dilontarkan cukup juga membuat kedua orang yang berada dihadapannya kini terdiam.
“maaf bu, tapi saya tidak bisa tinggal diam apalagi ini masalah anak saya sendiri” ucap seorang ibu yang kira kira berumur 46 Tahun sedangkan suaminya berkisar 49 Tahun. “kalo begitu, ibu bapak silahkan selesaikan masalahnya dirumah, Minggu depan saya sendiri yang akan datang kerumah kalian” ucapnya tegas sembari berdiri . “Baik, maaf mengganggu dan saya akan tunggu. Terimakasih” ucap suaminya. 2 Jam mereka berkonsultasi dengannya dan hanya ada keributan didalamnya, setidaknya Marina sudah menerima semua berkas berkas yang akan segera ia pelajari malam ini.
Kasus kali ini memang cukup rumit karena pasien pertamanya yang diterapi dengan Psikoanalisa dia bernama Fiktor, saat itu Fiktor mengalami halusinasi, mood yang labil, lumpuh di bagian tubuh sebelah kanan, dan berbicara yang sulit dipahami. Karena fisiknya sehat sehat saja, dokter lalu menyarankan Fiktor bertemu dengannya yang juga seorang Psikoanalis.
Hanya butuh beberapa hari, Marina akhirnya datang kerumah Fiktor. Dia di sambut cukup baik oleh orangtuanya dan sepertinya kali ini suasananya membaik. Marina meminta Fiktor untuk berbaring di Kasur dan menceritakan tentang pikiran dan perasaannya. Proses terapi ini dilakukan selama 10 bulan berturut turut, Marina dengan setia selalu menangani tugasnya secara professional.
Selama terapi ini berlangsung, gejala yang dialami Fiktor berangsur membaik. Ini bisa dibilang salah satu bukti awal kemanjuran terapi psikoanalisa.
Marina menulis disalah satu diarynya karena ia menangani pasien pertama dengan melalui metode terapi Psikoanalisa dan menceritakannya kepada kedua orangtua Fiktor bahwa penyebabnya ialah karena Adiknya Fiktor meninggal dan ia tidak terima dengan kenyataan tersebut, hingga dia tertekan dan tidak makan berhari hari jadi Marina sepakat bahwa Fiktor mengalami Histeria.
Akhirnya dengan selama ini perjuangan Marina tidak sia sia, tetapi sepertinya dia butuh cuti untuk beberap hari.
Di sebuah kamar yang hening, Marina sedang mengerjakan pekerjaan di Laptopnya , dia tinggal di sebuah Apartemen yang ia sewa sudah setahun lebih ia tinggal disini.
*bunyi Ponsel berdering*
“Hallo” ucap Marina mengangkat Hp miliknya yang tengah berbaring dikasur. “iya, baik baik ajh kok sehat juga” masih dengan pembicarannya dengan seseorang “Mungkin besok bisa, di Café Marlin jam 10 ya” “oke bye” kalimat terakhirnya sembari meletakkan kembali ponselnya diatas Kasur.
Marlina memang tak butuh banyak teman tapi setidaknya dia memiliki sahabat sahabat yang sejak dulu ada disampingnya hingga sekarang tetapi hanya ada satu orang yang entah dia pergi kemana dan tidak tau juga kabarnya sekarang.
Marlina yang rambutnya selalu digerai dan hanya akan dikuncir ketika ia sedang bekerja itu memiliki kepribadian yang cukup baik dengan masyarakat sekitar .
“Heyyyy apa kabar” ucapnya seraya mmeluk kedua sahabatnya, yang pertama namanya Farah dia bekerja di salah satu Perusahaan swasta dan yang satu lagi bernama Ina kalo dia masih kuliah mengambil fakultas ekonomi di salah satu Universsitas Jakarta.
“kangen banget, padahal baru sebulan gak ketemu” ucap farah yang sekarang mereka bertiga tengah duduk di tempat yang sebelumnya sudah dipesan oleh Marina. Mereka asik berbincang bincang dan tertawa penuh kebahagiaan, tak sedikit pun terlihat wajah suram aau membosankankan diwajah Marina yang oriental dan memiliki senyum yang manis.
Sampai akhirnya yang sedari tadi suasana ria menjadi serius , “rin, mau sampai kapan lo gini?“ ucapan farah terhdapnya cukup membuat dia terengah “What” jawabnya cukup singkat “Kapan lo mau nerima Alvin, lo tau dia rela jomblo sampe sekarang karna lo” ucapan Farah kini cukup membuat Marina merasa bersalah tetap ia memang tak cukup mampu untuk menerima semua kenyataan ini.