Seorang bocah perempuan bernama Basmalla (10), setiap harinya bangun di saat gelap untuk memetik bunga melati yang hasilnya dipakai untuk produksi beberapa brand kecantikan terbesar.
Ya, dilaporkan bila brand tersebut adalah L'Oreal dan Estee Lauder. Hasil laporan dari BBC investigasi itu menyoroti soal eksploitasi anak para petani di Mesir.
Ternyata, distributor melati untuk brand tersebut memperkerjakan anak di bawah umur untuk memanen melati. L'Oreal sendiri memakai melati tersebut untuk memproduksi parfum Lancome, salah satu merek yang dinaunginya yakni Idôle L'Intense.
Ikat Jasmine dan Limone Di Sicilia keluaran Aerin, merek milik Estee Lauder, juga terbuat dari bahan yang sama.
Perwakilan PBB, Tomoya Obokata yang mengatasi masalah perbudakan begitu kecewa dari hasil laporan tersebut.
"Secara tertulis, mereka menjanjikan banyak hal positif seperti transparansi rantai pasok dan melawan segala bentuk kerja paksa anak. Melihat video ini, mereka tidak melakukan semua seperti yang sudah dijanjikan," kata Tomoya mengomentari borok industri kecantikan tersebut.
Beberapa kamera sempat mengikuti kegiatan Basmalla yang bangun di jam 3 dini hari bersama saudara-saudaranya untuk memanen melati.
Hampir setiap petani di Mesir, ibu Basmalla, Heba, bukanlah pekerja tetap dan memetik di lahan milik orang lain dalam skala kecil.
Resikonya adalah ia harus membayar pajak kepada pemilik kebun. Itu sebabnya, ia butuh anak-anaknya untuk bisa mengumpulkan melati yang banyak agar upah yang didapat juga besar.
Melati yang didapatnya bisa mencapai 1,5 kg merupakan takaran maksimal yang bisa diperoleh anak-anaknya dalam sehari. Dan upah yang didapat juga sangat jauh dari harga parfum yang dijual, yakni US$ 1,5 atau sekitar Rp 24.000 setelah dipotong pajak oleh pemilik kebun.
Sementara itu, parfum Idôle L'Intense ukuran 118 ml dijual di Amazon seharga US$ 118 atau hampir Rp 2 juta. Menangani masalah ini, pihak L'Oreal pun melakukan penyelidikan internal dan memastikan bila kegiatan suplier sudah sesuai dengan prinsip yang dianut.
"Pada Januari 2024, mitra kami melakukan penilaian dampak hak asasi manusia di lokasi untuk mengidentifikasi potensi pelanggaran hak asasi manusia dan menemukan cara untuk mencegahnya. dan memitigasinya, dengan fokus pada risiko pekerja anak," ujar L'Oreal dalam pernyataan resminya.
Namun hal ini membuat publik kecewa atas apa yang dilakukan oleh pihak L'Oreal dan Estee Lauder. Itu sebabnya, banyak yang merasa wajar bila Françoise Bettencourt Meyers, cucu pendiri L'Oreal, menduduki urutan teratas sebagai wanita terkaya di dunia.