Setelah sekian lama menjadi pembahasan umat manusia, kini manusia bisa melihat bagaimana rupa black hole.
Sejak pertama kali disebutkan oleh Albert Einstein beberapa dekade lalu, black hole atau lubang hitam hanya bisa diterka-terka oleh manusia. Kini, fotonya tersebar dengan cepat di seluruh dunia.
Foto black hole yang pertama kalinya dalam sejarah ini, seperti dikutip dari Kumparan, ditangkap oleh para astronom berkat bantuan jaringan teleskop bernama Event Horizon Telescope (EHT).
Jaringan teleskop EHT tersebar di seluruh dunia. Setidaknya, ada delapan teleskop yang bekerja sama untuk membuat foto lubang hitam tersebut. Mereka tersebar di beberapa lokasi seperti Amerika Serika, Meksiko, Spanyol, Chile, dan Antartika.
Kedelapan teleskop yang terlibat adalah ALMA, APEX, IRAM, James Clerk Maxwell Telescope, Large Milimeter Telescope Alfonso Serrano, Submilimeter Array, Submilimeter Telescope, dan South Pole Telescope.
"Kita telah berhasil mencapai sesuatu yang dianggap tidak mungkin bisa terjadi satu generasi lalu," ujar Sheperd S. Dooleman, Direktur Proyek EHT.
Nah, untuk menghasilkan foto seperti yang tersebar di media sosial, jaringan teleskop EHT ini menggunakan teknik very-long-baseline-interferometry (VLBI). Teknik ini digunakan lantaran black hole itu memiliki ukuran 3 juta kali lebih besar dari Bumi dengan jarak mencapai 500 juta triliun kilometer dari Bumi.
Teknik VLBI itulah yang membuat delapan teleskop EHT bisa bekerja bersamaan.
Di samping itu, VLBI juga memanfaatkan rotasi Bumi untuk seolah-olah membuat sebuah 'teleskop' seukuran Bumi. Bumi yang seolah-olah jadi teleskop ini punya kemampuan menangkap gambar dengan resolusi angular 20 mikro arksekon.
We are proud to be part of this revolutionary discovery.
— European Commission
The #RealBlackHole image is the result of the large scale collaboration Event Horizon Telescope, where EU-funded researchers have played a key role. #EUResearch #EHTBlackHole
Read more here → https://t.co/p57pVlU0nr pic.twitter.com/yQstgrItlo
Lewat resolusi sebesar itu membuat seseorang bisa membaca koran di New York sementara posisinya di Paris.
Jadi, data-data mental dari delapan teleskop tersebut dikumpulkan dalam sebuah super-komputer. Super-komputer itu dipusatkan di Max Planck Institute for Radio Astronomy, Jerman, dan MIT Haystack Observatory, Amerika Serikat.
Data-data dari delapan teleskop tersebut dikombinasikan hingga akhirnya menghasilkan gambar bersejarah tersebut.
"Terobosan dalam teknologi, konektivitas antara teleskop radio terbaik dunia, dan inovasi algoritma semuanya bersatu demi membuka sebuah jendela baru dalam mempelajari black hole," kata Sheperd.
Jadi kini, umat manusia tahu bagaimana rupa black hole atau lubang hitam yang hanya bisa diterka-terka saja sebelumnya.