Desy Ratnasari ikut memberikan komentar tentang keputusan Lesti Kejora mencabut laporan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap suaminya, Rizky Billar. Belakangan publik kecewa dengan keputusan Lesti untuk berdamai dan menghentikan proses hukum sang suami setelah dinyatakan sebagai tersangka.
Netizen lantas menduga kalau Lesti Kejora mengalami stockholm syndrome yakni kondisi dari korban yang membentuk simpati dan ikatan emosional kepada pelaku. Desy Ratnasari yang merupakan lulusan Psikologi sempat memberikan pendapat terkait stockholm syndrome tersebut. Desy mengaku stockholm syndrome ini biasa terbentuk dari hubungan yang tak sehat.
Akan tetapi, menurut si korban justru sebaliknya. Dia merasa hubungan yang dijalaninya sudah sehat. Biasanya hal ini terbentuk karena sejumlah faktor, misalnya pujian dan perilaku menyenangkan. Biasanya stockholm syndrome ini dialami korban dan pelaku yang berada dalam kondisi setara.
"Relasi yang menurut kita gak sehat, menurut dia dan mereka berdua sehat, dan ini terbentuknya karena ada intensitas, ada pujian, ada perlakuan baik, perlakuan menyenangkan, membahagiakan, tapi di sisi lain, abuse," kata Desy Ratnasari dikutip dari video di YouTube TRANS TV Official.
"Biasanya kalau menurut temen saya yang psikolog klinis, stockholm syndrome itu dua-duanya pelaku dan korban harus berada dalam posisi setara. Mereka sama-sama harus mengalami depresi, stres atau mental ilness yang sama," sambungnya.
Ketika disinggung tentang kasus Lesti Kejora dan Rizky Billar berkaitan dengan stockholm syndrome, Desy Ratnasari tidak ingin asal memberikan diagnosa. Dia justru menyarankan Lesti dan Billar untuk menemui ahli untuk mengetahuinya sekaligus mencari jalan keluar yang terbaik.
"Jadi kalau kita mau menyampaikan sebuah diagnosa apakah Lesti dan Billar begitu, kalau menurut saya ada baiknya mereka datang ke psikolog untuk melihat dan memperbaiki relasi mereka. Karena kita gak bener juga untuk menyampaikan hanya dari satu dua kata kita sambungkan lalu kemudian kita katakan bahwa ini diagnosanya stokholm syndrome," tegas Desy Ratnasari.
Lebih lanjut, Desy justru melihat pelaporan yang dilakukan Lesti Kejora sebelumnya menunjukkan kekuatan untuk melepaskan diri. Mungkin dalam proses pelaporannya, Lesti memiliki pertimbangan lain hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke jalur hidupnya yang lama.