Mereka membongkar kuburan tersebut, mengangkat peti dan membukanya. Mereka menarik mayat yang ada didalamnya keluar, memotong-motongnya menjadi beberapa bagian dan memakannya.
Menyantapnya dengan buas dan lahap untuk memuaskan rasa lapar mereka. Masih bertahan di tempatnya bersembunyi, Sidi gemetar menyaksikan pemandangan menjijikkan istrinya yang sedang mengunyah daging busuk dari mayat itu.
Ketika sudah selesai menyantap semuanya, Tiara dan pria misterius itu mengumpulkan tulang-tulangnya dan memasukkan mereka kembali ke tempatnya, menutupinya dengan tanah. Tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikan, Sidi terpaksa pergi menjauh dari pemakaman itu. Berlari kembali ke rumah dan naik ke ranjangnya, berpura-pura tidur ketika istrinya kembali.
Tiara pun melepas gaunnya dan menyelinap dalam selimutnya, tak mengetahui bahwa rahasia buruknya telah terbongkar.
Sidi Nouman tidak bisa tidur di sisa malam itu, dan di pagi harinya, dia pergi dari rumahnya sebelum Tiara bangun. Dia menuju ke kota untuk bertanya kepada seorang cenayang dan mencari tahu apa yang harus dilakukannya. Dia memberitahu padanya tentang pernikahannya dengan Tiara, kebiasaan makannya yang mencurigakan dan pemandangan mengerikan yang dilihatnya saat di kuburan.
“Istrimu seorang Ghoul,” kata cenayang itu. “Salah satu setan yang berkeliaran di kota ini, membuat sarang mereka di gedung-gedung tua yang terbengkalai dan menyelinap di antara orang-orang untuk memakan daging mereka. Jika mereka tidak menemukan mangsa yang hidup, mereka akan pergi ke makam-makam untuk mencari mayat.”
“Apa yang harus kulakukan?” Sidi memohon dengan berlinang airmata. “Kumohon katakan padaku.”
Cenayang itu kemudian memberinya sebuah botol kecil di tangannya yang berisi cairan berwarna gelap.
“Ambil ini dan pulanglah segera.” katanya. “Ketika tiba saatnya, lempar ramuan ini ke matanya dan kau akan melihat apa yang harus kau lihat …”
Ketika Sidi pulang ke rumah, saat itu tepat waktu makan siang mereka. Istrinya kemudian menyambutnya, dan mengantarnya ke meja makan. Pelayan kemudian menyajikan beberapa makanan di hadapan mereka.
Seperti biasa, Tiara mengeluarkan kotak besinya, mengambil jarum dan mulai mengait nasinya satu demi satu, dan menaruhnya di dalam mulutnya.
“Kenapa Tiara?” kata Sidi pelan. “Apakah ada yang salah dengan makanannya?”
“Tidak, Aku hanya tidak lapar.” jawabnya.
“Mungkin ada sesuatu yang lain, yang ingin kau makan …” Sidi mengatakan itu dengan senyuman sinis di wajahnya. “Dari semua ini, pasti tidak ada yang lebih manis dari daging busuk sebuah mayat …”
Tak lama setelah mendengar kalimat itu, Tiara berubah menjadi kasar. Wajahnya menjadi ungu, matanya melotot seperti ingin meloncat dari tempatnya. Menunjukkan giginya yang bergeretak, Tiara menyeberangi meja itu dan dengan kasar mencoba menangkap Sidi. Tapi dia terlalu lambat.
Sidi telah membuka botolnya dan melemparkan cairan di dalamnya ke mata Tiara. Segera Tiara yang cantik rupawan, wajahnya berubah menjadi hitam.
Kulitnya mulai berasap dan daging yang menempel di tubuhnya, berjatuhan dari tulangnya. Sidi ketakutan menyaksikan wajah istrinya yang mulai meleleh. Wanita itu lalu jatuh di atas lututnya dan tubuhnya hangus dan mencair di depan matanya.
Setelah semua itu, yang tersisa hanyalah kubangan lumpur hitam yang tebal di mana Tiara terbuat.