Pesugihan Gunung Kawi sudah dikenal di kalangan masyarakat. Biasanya seseorang yang berniat melakukan praktik pesugihan di Gunung Kawi harus menyiapkan syarat-syarat tertentu. Jenis tumbal pesugihan Gunung Kawi akhirnya terungkap saat beberapa mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) lakukan penelitian.
Kelima mahasiswa itu adalah Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi, Zulfikar Dabby Anwar, Suntari Nur Chayani, Anggi Zahwa Romadhoni, dan Andini Laily Putri. Mereka adalah mahasiswa dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam penelitian mereka didampingi dosen Destyana Ellingga Pratiwi SP,MP,MBA.
Para mahasiswa dan mahasiswi itu datang langsung ke Gunung Kawi. Melakukan wawancara dengan sejumlah narasumber. Salah satu misteri yang diungkap adalah jenis tumbal. Terdapat konsep harta dibalas nyawa dalam praktik pesugihan Gunung Kawi yang berarti pengorbanan harus dilakukan pelaku pesugihan.
Tumbal pesugihan Gunung Kawi tidak sama atau berbeda-beda. Pengorbanan jenis tumbal itu bergantung dari motif pesugihan yang dijalani orang tersebut. Kebanyakan orang datang ke Gunung Kawi melakukan pesugihan demi dapat kekayaan, naik pangkat, hingga penglaris dalam usaha.
Salah satu tumbal pesugihan Gunung Kawi adalah penumbalan kambing dengan syarat bercorak sabuk melingkar di perutnya. Kambing jenis itu dikenal dengan sebutan wedhus kendit. Memang kambing jenis ini kerap dijadikan saranan ritual dalam praktik ilmu hitam atau ritual tolak bala.
Biasanya kambing ini berbulu hitam, namun bagian punggungnya putih, mirip dengan selendang putih seolah-olah melingkar di badannya. Saat disembelih, kulit kambing diambil dan dagingnya dimasak tetapi tidak boleh dicicipi atau dimakan oleh manusia.