Kisah Hantu Pocong berlanjut, baca kisah sebelumnya di Part 1.
Nonton bola bentar cuk, seru anjirlah. Di usir emak, dia mau nonton sinetron. Oke lanjut.
"Pak mulai jam berapa kelilingnya?"
"Ntar mas Ilham, jam 11 aja"
"Ooh oke pak"
Maklum, ini adalah ronda pertama yang mas Ilham ikutin. Tak terasa sdh jam 11, mas Ilham, pak Sori dan pak Rury bersiap-siap untuk keliling.
Senter butut tak lupa masing-masing pegang, berjalanlah 3 orang pemberani menyusuri gelapnya desa malam itu.
"Ternyata sepi banget ya pak kalo udh malem"
"Iya mas, ya namanya juga desa. Beda kan dengan di kota"
Setiap tiang listrik dipukul menurut jam, apabila sdh jam 12 ya dipukul sebanyak 12 kali.
Setiap rumah sampe kebon di cek-cek dengan senter takut ada maling yang ngumpet, sampe akhirnya ada 1 kebon yang terkenal warga situ angker karena beberapa kali warga melihat penampakan di situ.
Di kebun itu ada pohon singkong, jambu, kecapi dan nangka. Dikebon inilah pak Rury melihat sesuatu, saat senternya mengarah ke pohon nangka samar-samar seperti ada kain putih yang mengumpet dibalik batang pohon itu.
Pak Rury langsung berhenti jalannya, saat itu dia belum sadar apa yang dia liat itu hantu pocong.
"Pak Sori bentar deh, coba liat kesana pak orang apa bukan ya ?"
"Hah ?! Mana pak ?!"
"Ya senter bapak dipake arahin kesana juga dong sayang"
Mas Ilham yang penasaran pun ikut menggunakan senternya ke arah pohon itu. Pak Rury ini tipe yang pelucu kata mas Ilham dan juga kadang bersikap sembarang, tiba-tiba pak Sori teriak ke arah batang pohon tersebut yang buat mas Ilham dan pak Sori kaget.
"Woy siapa itu? Ngapain ngumpet!! Keliatan tuh bajunya, keluar cepet!!"
"Eh pak jgn sembarang manggil, kita kan blm tahu beneran manusia apa bukan itu" kata mas Ilham
Bagaikan sebuah karma, saat mereka bertiga lagi berdebat tiba-tiba sosok itu menongol kan setengah badannya dari balik pohon.
Mas Ilham yang pertama kali liat itu langsung beristighfar keras ngebuat pak Sori dan pak Rury berenti berdebat dan nengok ke arah batang pohon tersebut, sontak aja mereka berdua langsung kabur ninggalin mas Ilham disitu.
Ini adalah pertama kalinya mas Ilham liat penampakan, bukan tak berani namun hanya kaget dan ikut kabur dengan pak Sori dan pak Rury.
"Itu bapak-bapak larinya kenceng banget, sampe ga kekejar ama saya yan" kata mas Ilham.
Gua tanya ke mas Ilham gimana bentuk penampakan itu karna kepo juga.
"Ga kaya yang di pilem-pilem yan, ini ga di iket atasnya. Kebuka gitu lah dan keliatan tengkorak. Tapi samar sih keliatannya karna gelap, cuma matanya merah jelas banget."
Setelah dirasa jauh dari kebon tersebut, mereka bertiga berenti di sebuah perempatan. dengan nafas yang hampir habis mereka duduk disana untuk memulihkan tenaganya, ternyata itu pertama kalinya juga buat pak Rury dan pak Sori melihat penampakan.
Sebelumnya mereka hanya mendengar aja dan ternyata ikut mengalami juga.
"Udh yu kita balik ke pos, engap saya" pak Rury ngajak balik.
dengan berjalan agak cepet mereka menuju pos desa dan juga tanpa ada pembicaraan sedikit pun diantara mereka..
Seperti syok, raut wajah pak Sori dan pak Rury terlihat pucat. Mas Ilham terus berdzikir di dalam hati, dia juga kaget setelah ngeliat penampakan tadi.
"Jagan ada yang bilang-bilang ke bapak-bapak lain ya, takutnya mereka ga mau muter nanti" pinta pak Sori.
3 bapak-bapak lain yang di pos tersebut keheranan melihat mimik wajah mas Ilham, pak Rury dan pak Sori terlihat pucat.
"Ngapa kalian ? Kok pucet ?"
"Hah ? Gpp pak, cuma kedinginan aja mungkin" kata mas Ilham coba rahasiain.
Bapak-bapak yang lain percaya aja karena memang mereka belum tahu akan terjadi terror tersebut dan juga belum pernah liat penampakan pocong itu.
Agar tenang dan ga kepikiran, mereka bertiga akhirnya bermain catur agar tidak keingetan terus.
Selain itu juga ga mau buat bapak-bapak yang lain curiga.
Sekarang adalah bagian kelompok kedua untuk berkeliling, tidak ada nasehat yang kelaur dari kelompok pertama. Jalanlah mereka, mas Ilham berharap mereka ga melihat juga penampakan tersebut.
"Mas saya pulang duluan ya, badan saya ga enak tiba-tiba" kata pa Rury
Ntah emang badannya ga enak atau ketakutan, pak Rury pergi meninggalkan pos dan balik kerumahnya. Sekarang tinggal mas Ilham dan pak Sori berdua.
"Yah berdua kita pak"
"Hehe.. ya gapapa mas, mudah-mudahan aja kita aman sampe subuh ya"
Mas Ilham dan pak Sori kembali melanjutkan bermain caturnya untuk mengusir rasa kantuknya.
Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi, kelompok 2 sudah terlihat batang hidungnya setelah berkeliling desa. Tak ada yang aneh dari mereka, pikir mas Ilham mungkin mereka ga di tongolin penampakan pocong tersebut.
"Aman pak muternya ?"
"Aman mas Ilham, ya cukup kondusif lah malam ini"
Beruntung sekali mereka, mungkin hari ini hari apes mas Ilham, pak Sori dan pak Rury.
"Loh pak Rury mana? Kok ga ada?"
"Iya beliau pamit duluan pak, katanya tibas ga enak badannya"
"Oo begitu"
Sembari menunggu subuh, mereka semua bercerita-cerita tentang kerjaan dan keluarganya.
Tak terasa adzan subuh mulai terdengar, pertanda ronda sudah selesai.
Masing-masing saling pamit untuk pulang kerumahnya dan beristirahat, mas Ilham berjalan menuju rumahnya dan kembali kepikiran sosok penampakan pocong tadi.
Sesampainya dirumah, mas Ilham langsung merebahkan ambil wudhu dan solat subuh. Setelah selesai langsung merebahkan badannya ke kasur, syukur bayang-bayang penampakan tadi perlahan menghilang dari pikirannya.
Hari hari selanjutnya mas Ilham tidak ikut ronda karena banyaknya pekerjaan dia, hari ke empat setelah kejadian penampakan pertama ternyata kembali terjadi lagi.
Mas Ilham yang baru saja sampai rumah pukul 7 malam langsung dikabari oleh mba kirana.
"Mas, tau ga sih kabar terbaru disini ?"
"Kabar apa mah ?"
"Ituloh tadi pagi pas saya lagi belanja, ibu-ibu banyak yang ngomongin kalo ada yang liat pocong mas, takut saya"