Jantung Puspa berdetak kencang, tangannya gemetaran.
"Suara opo niki?"
(Suara apa ini?)
Tanya Puspa
Suaranya makin menggema di telinga Puspa. Makin di dekatkan telinga itu ke daun pintu, suara itu makin jelas,
Tiba-tiba, ada sesuatu yang menepuk pundak Puspa,
"Sek opo kowe?"
(Lagi apa kamu?)
Tanya Sidi
"Hah! Kowe! (Kamu!) Bikin jantungku copot aja!"
Ucap Puspa
"Lagi apa di sini?"
Bisik Sidi
"Ndak, ndak lagi ngapa-ngapain,"
Ucap Puspa
Sidi memandangi daun pintu yang bertuliskan China dengan terjemahan Jawa itu,
"Ruangan apa ini, pus?"
Tanya Sidi
"Ndak tahu,"
Jawab Puspa
"SING BUKA BAKAL TAK TEKONI,"
(YANG BUKA AKAN DI DATANGKAN)
Eja Sidi ketika membaca tulisan itu,
"Maksude opo, yo?"
(Maksudnya apa, ya?)
Tanya Sidi
"Wes, ah, aku ra weruh!"
(Sudah, ah, aku tidak tahu!)
Jelas Puspa
Puspa pun beranjak pergi dan menuju ke kamar, kini hanya Sidi yang masih memandangi pintu itu,
"Omah aneh!"
(Rumah aneh!)
Ucapnya dengan kasar
Sidi pun melangkah menuju kamar, namun ada sesuatu yang membisiki telinganya,
"Tolong bukakan pintu ini!"
"Heh, siapa itu?"
Tanya Sidi
Bulu kuduk Sidi mulai merinding, ada bisikan aneh yang sekelebat terdengar di telinga kirinya,
Dia pun lari terbirit-birit menuju kamar.
Di dalam kamar, Puspa dan Tantri yang sedang membereskan kasur terkejut melihat tingkah Sidi yang seperti dikejar-kejar setan itu,
"Opo opo toh? Mlayu-mlayu koyo kesetanan!"
(Apa apa kah? Lari-lari kaya kesetanan!)
Ucap Tantri
"Kui ... Ono kang bisiki telingku!"
(Itu ... Ada yang membisiki telingaku!)
Jelas Sidi
"Sopo?"
(Siapa?)
Tanya Puspa
"Ra weruh!"
(Tidak tahu!)
Jawab Sidi
"Halah, ngapusi kowe!"
(Halah, bohongan kamu!)
Ucap Tantri
"Sumpah, ra ngapusi!"
(Sumpah, tidak bohongan!)
Jelas Sidi
"Moso?"
(Masa?)
"Iyo!"
(Iya!)
"Pus, pimen?"
(Pus, bagaimana?)
Tanya Tantri
Puspa hanya cuek dan tidak meladeni ucapan mereka berdua,
"Pus! Jawab, toh!"
(Pus! Jawab!)
Ucap Sidi
"Aku ra weruh!"
(Aku tidak tahu!)
Ucap Puspa.
Puspa mengangguk sebagai tanda membenarkan pertanyaan dari Sidi,
"Tapi aku belum tahu kejelasannya, karena kita baru hari ini menempati rumah ini, maka dari itu, aku akan menelitinya lebih jauh,"
Jelas Puspa
"Neliti? Demit? Kowe waras?"
(Meneliti? Setan? Kamu sehat?)
Tanya Sidi
"Yah, bagi kalian itu adalah hal gila, bagiku itu adalah sebuah tantangan,"
Jelas Puspa sambil tersenyum
"Edyan kowe! (Gila kamu!) Mana ada yang mau meneliti setan! Kamu aja, aku gak mau ikut-ikutan!"
Ucap Sidi
"Aku ikut,"
Jawab Tantri
"Tantri? Kowe?"
(Tantri? Kamu?)
Ucap Sidi
"Lagian apa salahnya kita mengenali lebih dalam tempat tinggal kita, bener gak, pus?" Tanya Tantri
"Cakep!"
Jawab Puspa
"Hadeh, terserah kowe kabeh! Aku ra melok-melok! Aku wedi!"
(Hadeh, terserah kalian semua! Aku gak ikut-ikutan! Aku takut!)
Jelas Sidi
Sidi sendiri merupakan tipikal orang yang penakut. hal ini dibuktikan karena diantara ketujuh orang tersebut, Sidi adalah satu-satunya yang sangat tidak menyukai dunia ghaib seperti itu.
Untuk menjadikan rumah baru itu tetap nyaman, Pak Afif memberikan perintah untuk berberes rumah hingga rapih dan bersih.
Sidi, Puspa dan Tantri membersihkan bagian daerah tingkat dua, sedangkan Azzam dan yang lainnya membereskan di bagian tingkat bawah seperti kamar mandi dll
Mereka bergegas membersihkan seluruh ruangan kecuali ruangan yang terkunci dengan tulisan China dengan terjemahan jawa tersebut. karena tidak ada satupun yang berani membuka pintu dari ruangan tersebut apalagi ruangan tersebut memilik throwback (masa lalu) yang belum diketahui
Pak Afif sendiri menyarankan untuk tidak membuka bahkan memasuki pintu tersebut, karena amanat dari Pak Han yang seharusnya ruangan tersebut diratakan namun Pak Han belum sempat untuk mengunjungi tempat tersebut karena beberapa kendala.
Setelah beberes selesai, tiba saatnya malam hari. setiap sholat maghrib, mereka semua berjama'ah di tingkat bawah yang kebetulan disediakan ruang peribadatan yaitu musholla yang cukup mengisi kapasitas mereka yang berjumlah delapan orang.
Selesai melaksanakan sholat maghrib berjama'ah, dari tingkat dua tepatnya daerah kamar Puspa dan lainnya terdengar suara benda berjatuhan .
''DUG!''
''DUG!''
''DUG!''
Suara itu mengangetkan seluruh anak panti yang berada di mushola, suaranya membuat bulu kuduk mereka merinding
Pupsa dan yang lainnya saling berpegangan tangan, jika nantinya terjadi apa-apa, mereka bisa saling melindungi satu sama lain.
Pak Afif mengisyaratkan untuk tidak terkejut dengan suara aneh itu, karena Pak Afif sendiri juga merasakan ada yang tidak beres dengan rumah ini.
Akhirnya, mereka melanjutkan dzikir mereka untuk menenangkan hati yang sedang kacau balau itu. namun beberapa saat setelah terdengar bunyi-bunyian benda dijatuhkan, mereka dengan serentak juga mendengar suara langkah kaki yang menuruni tangga dari atas tingkat dua,
Suara itu seperti memberikan tempo untuk menarik perhatian mereka semua,
''Tuk!''
''Tuk!''
''Tuk!''
"Tuk!''
Alhasil mereka semua saling memeluk satu sama lain karena ketakutan yang luar biasa, Pak Afif masih terus memejamkan mata untuk mentralisir keadaan.
''Sing tenang, sing kalem, penunggu kene nyambut kedatangane njenengan kabeh,''
(Yang tenag, yang kalem, penunggu di sini menyambut kedatangan kalian semua)
Ucap Pak Afifi
Azzam menarik-narik baju Pak Afif,
''Pak, jendelane kebuka ndewek,''
(Pak, jendelanya kebuka sendiri)
Pak Afif tidak menggubris perkataan Azzam, dia terus memejamkan matanya sambil menggenggam kedua tangannya,
Lagi, Azzam menarik-narik baju Pak Afif seraya berucap,
''Pak, ada yang lari-larian di ats, kita takut, pak,''
Ucap Azzam.
Pak Afif sama sekali tidak mengatakan apapun,
Pak Afif beranjak bangkit dari tempatnya dan menuju tingkat dua,
"Pak, mau kemana?"
Tanya Faisal.
"Puspa, ikut saya,"
Ucap Pak Afif
"Ba-baik, pak,"
Jawab Puspa....
Pak Afif dan Puspa menuju ke tingkat dua, langkahnya tampak tegar untuk menghadapi problem terbesar ketika mendapati gangguan di tempat tinggal barunya.
Bersambung.....