Kali ini ada kisah seram dari akun Twitter
@RestuPa71830152 alias Restu Wiraatmaja gengs yang berjudul "Panti Asuhan Bekas Rumah China" gimana kisahnya? Yuk kita kepoin dari cerita Restu.
2012, penghujung bulan.
Panti Asuhan Kasih Anak merupakan sebuah Panti Asuhan yang mengayomi anak-anak yang berbakat. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menghafal Al-Qur'an.
Tidak heran Panti Asuhan itu sering diiming-imingi banyak bantuan sepewrti bantuan sosial, baik bersifat linier yang terjun langsung dari pemerintah ataupun donatur yang mengulurkan rezekinya langsung ke Panti Asuhan ini.
Tercatat ada banyak anak-anak yang menempati Panti Asuhan ini, namun karena mendapatkan tempat baru, akhirnya hanya orang-orang tertentu saja yang terpilih untuk memasuki tempat baru ini.
Terhitung ada 7 orang saja yang terpilih. Mereka adalah orang-orang yang berbakat seperti anak indigo, anak-anak yang memilili kecerdasan linguistik, kecerdasan fisik bahkan kecerdasan dalam menghafal.
"Nah, ini akan jadi tempat kalian,"
Ucap Pak Afif sebagai pengurus Panti itu.
Ketujuh orang itu adalah Azzam,Faisal, Sidi, Puspa, Mail, Aryo dan Tantri.
Mereka bertujuh sudah membawa barang bawaan mereka masing-masing.
Rumah yang akan dihuni ini bertingkat dua, besar dan juga lumayan luas.
Terdapat banyak ruangan yang tertutup dan lengkap dengan tempat Ibadah.
"Rumah ini kok kayak berhantu, ya?"
Ucap Tantri.
"Husst! Ndak boleh ngomong koyo kui (kaya begitu). Gak pantes,"
Jawab Pak Afif.
"Pak, niki omah opo?"
(Pak, ini rumah apa?)
Tanya Aryo....
"Tempat ini dulunya milik orang China, namun mereka berpindah tempat dan kebetulan pemilik rumah itu adalah donatur Panti Asuhan kita,"
Jelas Pak Afif
"Pak, omah niki udu sarang demit, kan?"
(Pak, rumah ini bukan sarang demit, kan?)
Ucap Mail.
"Nopo maneh, toh? Ya jelas bukanlah
Puspa memandangi sesuatu di jendela rumah itu.
"Ndelok opo toh?"
(Lihat apakah?)
Tanya Pak Afif
"Kui, ono sing ngadek nang arepan jendela," (itu, ada orang yang berdiri di depan jendela,)
Jelas Puspa
Tentu saja Pak Afif dan yang lainnya terkejut mendengar hal itu.
Belum lagi Puspa ini adalah anak indigo yang hijabnya masih terbuka,
"Ono opo?"
(Ada apa?)
Tanya Pak Afif sambil berbisik
"Wong wedok kangge klambi ireng, raine ketutupan rema,"
(Perempuan menggunakan baju hitam, mukanya terutup rambut)
Jelas Puspa
Sidi dan Tantri langsung menghampiri Puspa,
"Wes, ojo di deloke, ra elok,"
(Sudah, jangan dilihatin, gak bagus)
Ucap Tantri
"Ono sini maneh,"
(Ada satu lagi)
Ucap Puspa
Azzam langsung menghampiri Puspa,
"Merem matane,"
(Tutup matanya)
Ucap Azzam
Tantri dan Sidi langsung menutup mata Puspa untuk menghindari kekacauan yang akan terjadi jika Puspa menjelaskan lebih detail mengenai sekumpulan sosok yang berada di rumah baru yang akan dijadikan sebagai Panti Asuhannya itu.
"Gimana?"
Tanya Azzam
Puspa mengangguk paham. Karena Azzam adalah yang tertua diantara mereka bertujuh, sebisa mungkin Azzam menjaga mereka semua.
"Ayo masuk,"
Ucap Pak Afif
Mereka bertujuh masuk ke dalam rumah itu sambil menaruh seluruh barang-barangnya di kamar yang berbeda,
Kamar untuk perempuan ada di atas, sedangkan kamar untuk laki-laki ada di bawah.
Faisal merupakan anak Panti yang paling kecil, usianya berkisar 8 tahun. Karena itu Faisal sangat disayang oleh Pak Afif sebab kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
"Faisal tidur sama kak Azzam, ya?"
Ucap Pak Afif
"Iya, pak,"
Jawabnya
"Mail, Aryo kalian juga jaga Azzam, ya?"
Ucap Pak Afif
"Iya, pak."
Pak Afif mengecek kamar atas, dia ingat betul pesan Pak Han (Pemilik dulu rumah ini) untuk tidak membuka ruangan di tingkat dua yang terpasang dupa dan terkunci gembok.
"Puspa, Bapak mau bicara denganmu,"
Ucap Pak Afif sambil menghampiri Puspa
"Iya, pak,"
Jawab Puspa
Pak Afif menuju kantor tempatnya yang berdekatan dengan kamarnya,
Puspa mengikuti dari belakang sambil menggesek-gesekkan kedua tangannya karena dia tidak kuat akan suhu dingin.
"Bagaimana keadaanmu?"
Tanya Pak Afif
"Apik, pak,"
(Baik, pak)
Jelas Puspa
"Nang duwur kui ono ruangan kang ora olih dibuka, ojo dibuka, nggeh?"
(Di atas ada ruangan yang tidak boleh dibuka, jangan dibuka, ya?)
Jelas Pak Afif
"Nopo emange pak?"
(Kenapa emangnya pak?)
"Pokoke ojo dibuka, pesen saking Pak Han, pemilik bengien omah niki,"
(Pokoknya jangan dibuka, pesan dari Pak Han, pemilik dulu rumah ini)
Ucap Pak Afif
"Leres, pak,"
(Mengerti, pak)
Pak Afif mengangguk.
Puspa pun kembali ke kamarnya yang satu ruangan dengan Tantri dan Sidi.
Karena dia penasaran, telinganya dia tempelkan ke daun pintu itu.
Awalnya yang terdengar adalah seperti gemricik air, namun dia tak yakin kalau ruangan itu adalah kamar mandi.
Lambat laun, suaranya tercipta. Dari suara gemricik kini menciptakan suara nafas yang berat.