Kita lanjutkan kisah dari Kisah Mistis Nyata Terbaru: Kena Guna-Guna Part 7 ya gengs~
"Apa itu?" tanya S, wajah cerianya nampak bingung, bibirnya menutup rapat. Sepertinya dia menyadari terdapat pesan tidak baik dari perkataan gue.
"Sebenarnya gue menerima lamaran lu karena gue....."
Gue menjelaskan isi hati selama ini. Termasuk tujuan gue menemuinya hari ini, yaitu minta putus.
"sebelum kita mengakhiri hubungan ini, aku mau nanya."
S terdiam seribu bahasa, air mata mulai nampak di kedua bola matanya, gue asumsikan dia gak bisa menjawab.
"Kenapa keluargamu mengganggu gue lewat mimpi?" Air mata mulai mengalir dari mata S. Gue berhenti sejenak "Kamu dulu pernah bilang banyak pria di keluargamu punya khodam harimau.
Apa salahku hingga keluargamu menganggapku berbahaya, hingga mengirim khodam kalian ke mimpiku?"
Gue bertanya sambil mengelar air mata S menggunakan tisu. "Jika gue punya salah, akan gue segera perbaiki. Cuma gue merasa selama ini tidak punya niaat mengganggu kalian."
S menangkap tangan gue yang mengelap air matanya, dia berkata "kamu bohong kan? Selama ini kamu gak cinta"
"Kamu memacariku karena kasihan padaku. Menurutmu aku menjadikan dirimu sebagai pengganti Q"
Saat dia mulai berbicara terisak, gue melihat semua tamu berdiri lalu keluar dari kafe, meninggalkan kami berdua saja.
"Alyssa aku benar-benar cinta padamu! Apakah segala yang aku lakukan.."
"Apakah segala yang aku lakukan nggak cukup buatmu?!" kata S mulai berteriak. Air mata masih mengalir.
"S, tenang dulu" gue mencoba menenangkan dia.
"Lalu apa artinya semua kebaikanmu saat aku merasa hampa? Kamu mau bilang rasamu padamu cuma cinta monyet?!"
"S, tenang" gue melihat ke sekeliling. Benar2 tidak ada siapa pun di sekitar kami. Bahkan si pelayan yang memberikan kami minuman tak terlihat.
Apakah sejak awal S merencanakan agar kami cuma berbicara berdua saja?
"S, sakit" keluh gue merasakan cengkraman di tangan gue.
S tak berhenti membeberkan kekecewaannya terhadap gue. Cengkraman tangan S sekarang menahan kedua tangan gue. Sakit banget sampai gue inget sekali saat menulis cerita ini.
Gue bahkan bisa inget ekspresi muka S, campuran marah, kecewa, dan sedih. Air mata S hari itu deras.
Entah berapa lama waktu S meluapkan emosi, dia mulai tenang menundukkan kepala. Terus dia kembali menatap ke gue agak seram.
"Kamu tadi bilang tentang keluargaku menganggumu di mimpi kan?"
Gue mengangguk, bingung harus ngomong apa.
Rasa bersalah menghancurkan hati S membuat gue kesulitan membalas perkataan S.
"Kamu betul, sayang. Aku tidak tahu bagaimana kamu menyadari hal ini. Yang mengirim gangguan di mimpimu adalah kakekku".
"ap-??"
Sebelum gue berhasil menyelesaikan perkataan, ada sesuatu yang jatuh.
Sesuatu itu kasat mata, jatuh tepat di kepala gue, membuat kesadaran gue menghilang.
Gue menyesali tidak menunggu A dan Q tiba di kafe. Kejadian setelah ini membekas hingga sekarang.
Gue gak tau berapa lama kehilangan kesadaran, gue cuma melihat segala hal hitam dan mendengar suara-suara agar segera bangun dari tidur.
Gue udah berusaha untuk bangun, namun ada sesuatu seperti dorongan kuat yang menghalangi.
Selain suara-suara yang memaksa gue bangun, gue juga mendengar suara-suara untuk terus tertidur.
Seperti orang yang mengalami schizophrenia terus mendengar halusinasi suara yang suka bertabrakan.
"Halo nona"
Di tengah kebingungan mendengar suara-suara kontradiktif, gue melihat sosok 'Milo' kembali. Bedanya, 'Milo' di sini memiliki mata merah, gigi tajam, & tubuh sebesar 1 meter. Mirip siluman kucing raksasa.
"Sayang sekali saya tidak dapat merubah diri ke wujud asli"
"Apa lu ke sini intuk menyakiti gue?" pertanyaan ini muncul otomatis di mulut. Gue sering denger di cerita2 horor kekejaman pemilik ilmu kejawen terhadap mangsa mereka.
"Tidak, nona. Aku ke sini untuk memastikan anda tidak bangun sebelum ritual selesai"
"Apa gue tumbal?"
'Milo' mendekati gue "Sepertinya anda menganggap saya harimau yang sama"
"Loe bukan 'Milo' yang kemarin?"
"Bukan. Saya adalah harimau lain. Berbeda dengan saudara saya, diri ini tak bisa merubah wujud sempurna" kata dia sebelum duduk di depan gue.
"Anda bertanya menjadi tumbal atau tidak.
Setengah benar, setengah salah. Jika anda benar-benar tumbal, sejak awal majikan kami tinggal mengirim 3 harimau untuk menggigit anda lalu membawa jiwa anda kemari"
"Kenapa loe memberitahu gue ini?"
"Karena sebentar lagi anda akan menjadi
"akan menjadi bagian dari keluarga majikan kami."
Wait a minute, wtf??
"Loe mau bilang gue sedang menjalankan ritual pernikahan?"
"Lebih tepatnya anda sedang menjalani ritual persiapan pernikahan"
"Tapi gue belum setuju menikah!!"
"Anda akan menikahi Tuan S"
Panik. Gue mencoba memaksakan diri untuk bangun. 'Milo' berdiri dan menahan gue menggunakan berat tubuhnya.
"Lepasin! Gue harus bangun!"
"Saya tidak akan membiarkan anda sadar sebelum ritual selesai"
Gue berusaha melawan berat tubuh 'Milo', dia lebih berat dibandingkan kulkas
Melawan 'Milo' yang menahan gue membuat tubuh terasa makin lemas. Biarpun begitu gue merasa secercah kesadaran mulai muncul. Gue harus terus melawan!
Dunia hitam ini bukan mimpi. Ini adalah batas kesadaran dan ketidaksadaran manusia. Si perempuan tidak dapat muncul di sini.
Si perempuan adalah wujud dari mentalitas keberanian, yang artinya kemampuan untuk melawan pengaruh keluarga S selalu ada di diri gue.
Gue tidak dapat merapalkan ayat kursi sebab di dunia ini seakan gue dibuat lupa. Akhirnya gue dalam hati membaca surat-surat kecil.
Satu hal yang sering gue temukan dari orang2 yang mengalami kejadian horor, adalah mereka melupakan Tuhan, kami menyebutnya Allah SWT, di tengah ketakutan, berbeda apabila gue membaca cerita horor dari sedikit orang yang berhasil selamat secara utuh.
Surat-surat kecil yang tidak sampai 10 ayat memperlemah kekuatan 'Milo'. Memang benar di mana pun kita berada, kekuatan Sang Pencipta membuat rintangan menjadi tidak mustahil.
"Berhenti nona kau menyiksaku!"
Teriakan kesakitan 'Milo' tidak gue gubris. Setelah 'Milo' melepas diri...
SetelaH 'Milo' melepas diri dari gue, segera gue kembali berusaha memaksa bangun sambil membaca surat-surat kecil, disusul al fatiha yang kini kembali gue ingat.
Ya Allah maafkan kami para manusia.yang dengan mudahnya melupakanmu di tengah keputusasaan.
Seperti ada dorongan kuat. Gue merasa ada kekuatan hangat mendorong gue melihat cahaya.
Saat itu gue merasa kedua mata terasa berat, sekujur tubuh terasa dingin, aroma kembang rupa menyerebak di sekitar gue.
Gue perlahan membuka mata, dan menemukan diri terbangun di salah satu kamar di rumah S.
"Syukurlah kamu sudah bangun"
Di sebelah gue, ibunya S sedang menangis.
"Dimana...." sebelum gue selesai bicara, ibunya S menutup kedua mulut gue.
"Nak, kita bisa bicara nanti. Sekarang yang penting adalah saya akan membantumu kabur dari rumah terkutuk ini"
Ibunya S, namanya Melati, mengeluarkan sebotol aqua dadi kantong belanja "Nak kamu gak boleh makan atau minum apa pun di rumah ini selama 24 jam. Kamu sudah dimandikan kembang 7 rupa dalam ritual persiapan pernikahan.
Makanan di rumah ini, termasuk masakan saya, akan menahanmu" "Air aqua ini saya beli tadi saat kamu belum bangun. Saya percaya sejak awal melihatmu, kamu bisa menyelamatkan diri dari keluarga ini, berbeda dengan saya"
Gue bukan satu-satunya yang pernah dibikin menjalani ritual pernikahan secara paksa?
Berbisik kecil gue bertanya "kenapa..."
Sambil membukakan botol aqua menggunakan tissu yang juga dikeluarkan dari tenpat belanja, Melati menjawab pertanyaan gue sambil berbisik.
"Kebanyakan istri yang masuk ke keluarga ini, mereka diculik sebelum dibuat menikah secara paksa. Termasuk saya, ibu mertua, dan adik-adik ipar"
"Saya berharap S, anak saya, tidak mengikuti kekejaman meluarga suami yang tega mengikat pasangan mereka ke dalam keluarga, rupanya saya salah"
Selesai menunggu gue meminum air segar botol aqua, Melati meminta gue mengganti baju yang juga ada di kantong belanjaan.
Gye baru sadar sedang memakai kebaya nikah. Melati membantu gue menggangi baju, ada feeling yang mengatakan Melati memang bermaksud baik.
Melati membuka pintu di ruangan ini, tidak ada siapa-siap di luar kamar.
"Sekarang anggota keluarga yang lain menjalani ritual di bawah tanah"
"Saya tidak perlu mengikuti ritual karena sedang haid. Jadi saya dapat menolong kamu sebelum anak saya datang dan...."
Melati nampak kesulitan melanjutkan kata-katanya.
"Tidak apa-apa ibu. Saya sangat berterima kasih." kata gue padanya.
Melati menuntun gue berjalan melewati koridor.
Rumah keluarga S benar2 besar besar. Bergaya Jawa kuno, dipenuhi berbagai hiasan berupa benda2 yang katanya dihuni jin, segala perabotan dari kayu.
Ruangan tempat gue pingsan tadi, pernah diceritakan oleh S sebagai tempat untuk para mempelai wanita menunggu pria menjemput.
Sampai di luar rumah, Melati menyuruh gue segera pergi melewati jalur paling jauh.
"Jangan melewati kebun. Itu tempat para khodam bermain, mereka akan segera melaporkan kamu kabur dari rumah" begitu kata Melati. Dia menyerahkan tas gue.
"Terima kasih banyak, Ibu"
"Apakah saya bisa menyelamatkan anda juga?" tanya gue. Dulu gue suka memiliki firasat Melati selalu meminta tolong, firasat untuk membantu Melati melepaskan diri dari ayahnya S.
"Percuma, nak. Berbeda denganmu, saya tidak sekuat dirimu yang dapat melawan pengaruh untuk bangun.."
"tidak dapat melawan pengaruh untuk bangun dan menyelamatkan diri. Saat itu sama seperti kanu, mertua perempuan saya berusaha membangunkan saya, namun gagal.
Pada akhirnya saya dipaksa untuk.... Melakukan hubungan intim dengan suami, lalu menjadi bagian sari keluarga" Gue terdiam.
Terdapat firasat bahwa gue bisa menyelamatkan Melati. "Tetapi bagaimana saya tau mana jalan yang tidak harus melewati kebun? Hampir semua daerah ini dikelilingi kebun" pancing gue.
Melati terdiam. Dia kemudian memandu arah menuju ke jalanan kecil terburu-buru.
\Saat kami berdua berjalan itulah terdengar suara mobil.
"Alysaa!" panggil A, temen gue.
"Kalian temannya Nak Alyssa, ya? Syukurlah. Saya minta kalian bawa dia pergi dari tempat ini secepatnya"
"Bu, ikut kami" pinta gue. Dari dalam mobil gue melihat Q dan A khawatir.
"Tidak bisa. Saya gak mau teman2mu celaka karena menolong saya."
"Alyssa, ada apa ini?" tanya Q "kami tadi kena macet sehingga harus melewati jalan tikus. Entah kenapa tiba-tiba ban bocor, lalu kami harus ke service, dan kamu tidak angkat-angkat telepon"
"Gue bisa ceritakan nanti"
"Tapi yang penting kita harus menyelamatkan ibu ini juga!" kata gue keoada Q.
"Dia benar. Ibu ini juga harus kita bawa pergi" dukung A yang menjadi supir. Melati terus menolak hingga kami mendengar suara-suara mirip bapaknya S dari kejauhan.
"MAU KALIAN BAWA KEMANA DIA???"
Ketakutan, akhirnya Melati mau masuk ke mobil. A segera tancap gas sebelum bapaknya S berhasil mengejar mobil kami.
"Nak, kalian sudah berusaha menolong saya. Kalian bisa celaka"
Suara Ibu Melati nampal ketakutan & menyesal "Kalian akan celaka seperti keluarga saya"
"Keluarga ibu?" tanya kami bertiga bingung. Kemacetan di jalanan nampak sudah mereka sehingga A bisa melaju di jalan.
"Saya disantet untuk tidak pernah meninggalkan keluarga suami. Jika ada orang luar yang berani membantu saya, hidup mereka akan dipersulit."
A, mendengar perkataan Melati, berbicara "Santet sekuat apa pun, tidak akan mengalahkan Sang Mahakuasa. Santet pasti bisa dilepas. Kami akan membantu anda lepas dari suami."
"Tapi..."
"Ibu, saya sering bertemu dengan korban2 kekerasan. Cara ibu berbicara sama seperti mereka"
A merupakan anggota dari Unit Anti Kekerasan di kampus AJS. Dia sering membantu korban KDRT lepas dari trauma. Kekerasan bisa muncul tidak hanya dari pukulan saja, penghinaan, penculikan, pemaksaan, kata2 kasar, juga termasuk kekerasan.
Gue dan Q mencoba menenangkan Melati. Mengatakan segalanya akan baik2 saja.
Segalanya masih membingungkan gue. S menyantet Q, kakek S mengganggu gue, S mau mekasa gue menikahi dia, kehidupan suram Melati, gue merasa ada satu benang yang belum ditemukan di sini.
A berhenti di depan sebuah pondok pesantren. Ini adalah tempat Q diruqyah dua kali.
Q membantu Melati yang lemas karena ketakutan berjalan keluar mobil, kemudian beberapa santri yang melihat ikut membantu Q.
Gue ikut mereka masuk ke sebuah aula tempat para ustad mengaji.
Sebenarnya sejak menginjak tempat ini, tubuh gue serasa ikut lemas. Tetapi gue berusaha menutupinya.
A mengajak vicara seorang ustad di sana. Ustad itu beristighfar, meminta para santri memanggil santri-santri senior untuk membantu beliau dan ustad-ustad lain melakukan dzikir.
"Ibu tak perlu khawatir. Kami melakukan ini ikhlas, tidak perlu membayar. Setelah ruqyah ibu tinggal di sini saja, kami akan memanggil Komnas HAM agar memberikan ibu perlindungan"
"bagaimana dengan anak-anak saya di rumah suami?"
"Anak2 anda akan baik-baik saja. Sayangnya mereka....
"Sayangnya mereka bertiga terlahir sebagai laki-laki. Kami hanya dapat membujuk anak bungsu anda yang terlahir perempuan untuk pergi dari keluarga itu"
Kami semua kaget. A sama sekali tidak menceritakan tentang anak-anak bu Melati, tetapi beliau tahu tentang mereka.
Saat ini waktu masih menunjukkan pukul 3 sore. Kami diajak melaksanakan sholat asar.
Ibu Melati mengatakan dirinya sudah lama tidak sholat sejak menikahi ayah S. Lagipula dia sedang haid, tidak dapat melaksanakan ibadah shalat.
Untungnya ruqyah mengusir santet diperbolehkan.
Ruqyah mengusir santet diperbolehkan saat wanita haid. Sebab gangguan makhlus halus memang harus dikeluarkan secepatnya, walaupun pasien ruqyah sudah lama hidup berdampingan dengan mereka.
Sambil menunggu kami shalat, Ibu Melati diajak makan oleh para ustadjah. Makanan yang dimasak oleh para ustadjah memang tidak selalu seenak masakan rumah. Di lidah Melati, masakan para ustadjah terasa sangat pahit.
Di situ mereka bisa melihat sedalam apa santet yang menyerang Melati.Para ustad dan ustadjah menyebut santet ini 'Nglamar'.
Selesai shalat, kami mengajak Melati mengobrol sambil menunggu persiapan ruqyah selesai.
Saat inilah Melati menceritakan masa lalunya pada kami.
Melati adalah perias rambut wanita di Jawa Timur. Pertama kali bertemu ayahnya S, namanya Prabu, adalah saat Melati mengantarkan kakaknyanya ke markas Angkatan Darat.