Kisah Mistis Nyata Terbaru: Kena Guna-Guna Part 7 (Hantu Macan Yang Masuk di Mimpi)

Kisah Mistis Nyata Terbaru: Kena Guna-Guna Part 7 (Hantu Macan Yang Masuk di Mimpi)

Kita lanjutkan kisah dari Kisah Mistis Nyata Terbaru: Kena Guna-Guna Part 6 ya gengs~

Malam sebelum bertemu S, gue kesulitan tidur karena gugup. Rasa bersalah + takut terus muncul pada diri gue. Tetapi gue sudah gak bisa mundur lagi, S harus tau perasaan asli gue dan mungkin S akan memberitahu siapa & apa alasan gue diganggu. 

Gue lihat waktu di HP.

Sekarang udah jam 2 dini hari.

Biasanya kalo ngerjain tugas kuliah sampai jam segini gue bakal merasa ngantuk berat, tapi sekarang gak ada tugas kuliah, gue malah gak bisa tidur. Gue berharap Q dan A malam ini bisa tidur nyenyak. 

ilustrasi (Wajibbaca.com)

Setelah gue mencoba memikirkan hal-hal random yang gak berhubungan dengan S, mata gue tertutup.

Selama beberapa hari setelah kejadian bertemu tamu tanpa wajah gue tidak bisa bermimpi. Namun, malam ini gue melihat mimpi aneh lagi, lanjutan dari malam sebelumnya. 

Gue lihat pintu kamar gue udah terbuka lebar. Sosok perempuan sekarang ikut duduk di kasur bareng gue, di luar kamar kami berdua melihat perkebunan luas.

Ada seekor kucing hendak masuk ke kamar. Kucing ini berwarna putih-oren. Sosok perempuan memandang kucing itu tak senang. 

Gue mengingat kata-kata Pak Ahmad bahwa perempuan ini adalah sosok pertahanan alam bawah sadar gue. Sekarang si perempuan menggunakan wujud anak-anak memakai baju masa kecil gue.

Kucing di depan kami sangat mirip dengan peliharaan kakak sepupu dari keluarga ibu yang mati tua. 

Dulu gue sangat suka main bersama kucing ini. Sampai sekarang foto si kucing masih ada di album masa kecil. Kami memanggilnya Milo

"Meoonggg"

Milo memandang gue manja, si perempuan menggeliat makin tak senang. Gue ingin mengetes apakah kucing ini berbahaya atau tidak, jadi gue 

Jadi gue melontarkan tangan pada Milo. Di saat Milo meloncat duduk di kasur bareng kami, si perempuan yang diam terus seakan berbicara ke gue tanpa suara, melainkan dengan batin "Ini bukan kucing".

Gue membalas "iya gue tau" sambil mengelus Milo yang manja. 

"Lepaskan dia sebelum mencakar" kata si perempuan.

"Dia gak akan nyakar siapa pun" kata gue menggendong Milo ke pelukan "Sebab gue tau, Milo tidak bermaksud jahat. Iya kan?"

Baru gue ngomong begitu, kepala Milo berputar 180 derajat ke arah gue "Lama tak berjumpa" kata 'Milo' 

"Hai 'Milo'." balas gue 'Kucing kami sudah mati, kenapa kamu meniru wujud Milo?"

"Anda tahu siapa saya?" tanya 'Milo' melompat dari pelukan gue, ikut duduk di kasur memakai posisi duduk manusia.

Gue menatap ke arah si perempuan "Lu adalah si macan yang diceritakan oleh Q" 

Si perempuan mengangguk, sementara 'Milo' tertawa menjilat tangan depannya.

"Anda sudah tau saya ini makhluk halus tetapi berani mengatakan saya tidak mencakar."

"Majikan lu bertujuan buat mencelakakan gue, dia mengirim lu dan dia yang mengunggangi lu ke mimpi gue." 

"Kalian pasti masuk ke mimpi gue bersama. Tapi malam itu si penunggang menyamar sebagai tamu tanpa wajah, yang artinya lu sebenarnya juga ada di mimpi kemarin tetapi bersembunyi"

Si perempuan berdesis menghina di samping gue.

"Berkat perempuan di samping gue, si penunggang.." 

"Tamu tanpa muka terusir paksa paksa. Angin yang perempuan ini gunakan buat menarik gue, di saat yang sama gue melihat angin itu mendorong tamu tanpa muka keluar dari rumah."

"lalu?" tanya 'Milo'

"Tanpa tamu tanpa muka, kekuatan lu gak komplit. Lu gak bisa melukai gue." 

"Q mengatakan si penunggang membawa cambuk, yang artinya hanya si penunggang yang boleh mencelakakan gue. 

Lu cuma bisa mencakar atau menggigit gue apabila si penunggang mengizinkan loe. Sayangnya si penunggang sudah tak bisa lagi masuk ke mimpi gue berkat perempuan ini." 

"Hanya lu, si macan, yang bisa masuk. Sayangnya lu gak bisa melukai gue, berkat feeling gue yang saat ini lagi gak stabil, lu berkesempatan menampakan diri sebagai sosok kucing yang sangat gue sayang."

'Milo' mengangguk "Luar biasa. Tak bisa saya sangka kamu paham tentang ini" 

"Kami pikir kamu cuma anak muda tak tahu apa-apa tentang gangguan bangsa kami dari mimpi."

Ada hal yang belum gue ceritakan di sini, selama beberapa hari mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaan ke S, gue mendapat konseling gratis dari Pak Ahmad. Beliau menjelaskan arti... 

Beliau menjelaskan arti dari simbol-simbol hewan mistis di Jawa. Menurut Pak Ahmad, selama si harimau tidak membawa senjata di tubuhnya, dia tidak bisa melakukan hal berbahaya tanpa penunggang. Terdapat kemungkinan si harimau muncul dalam wujud hewan lain. Si penunggang adalah jenis... 

Adalah jenis makhluk halus yang sekali diusir tidak dapat masuk kembali ke dalam 'rumah' mangsa.

Kesalahan dari orang yang ingin mencelakakan gue, adalah meremehkan mentalitas keberanian gue. Seharusnya orang yang ingin mencelakakan gue juga memberikan senjata ke harimau. 

Harimau ini adalah jenis makhluk halus kelas tinggi yang bisa masuk keluar ke rumah mangsa berkali-kali. Kelemahan mereka adalah membutuhkan pemberi arah untuk memusatkan kekuatan, jika tidak ada pemberi arah, maka kekuatan para harimau ini akan mencelakakan diri mereka sendiri. 

"Nah, 'Milo'. Apakah lu dengan senang hati mau memberitahu gue siapa yang mengirim lu?"

'Milo' meloncat dari kasur, berjalan keluar ke pintu.

"Saya akan disiksa jika memberitahu anda tentang 'dia'. Namun jika anda benar-benar penasaran, ikutilah saya keluar dari sini." 

"Nggak, terima kasih." Gue sering mendengar cerita nyata dari beberapa saksi yang penasaran pada hal-hal supernatural, mengikuti arahan makhluk halus untuk menemukan jawaban. Kebanyakan dari orang-orang ini mengalami nasib buruk. Si perempuan menatap gue senang, pilihan gue cukup bijak. 

'Milo' terkekeh sebelum sosoknya menghilang masuk perkebunan di luar kamar.

Gue menatap si perempuan serius.

"Lu adalah alam bawah sadar gue. Gue merasa lu sebenernya tau siapa yang mengirim mereka ke sini."

Si perempuan mengangguk.

"S kan?"

Si perempuan diam. 

Ilustrasi (tanahnusantara.com)

"Kalau bukan S, lalu siapa? gue akan menemui dia besok. Jika memang benar dia pelakunya, berarti masalah ini gak akan selesai dengan mengatakan perasaan gue sejujurnya."

Si perempuan berdiri dari kasur. Dia menunjuk ke arah luar perkebunan, 'Milo' kembali muncul dari sana. 

Bedanya, kali ini di leher 'Milo' ada kalung berwarna kecoklatan. Seingat gue dulu sodara kami selalu membelikan Milo kalung cerah, sehingga gue yakin belum pernah melihat kalung tersebut.

"Siapa pun pelakunya, dia bukan dari keluarga gue."

Perempuan mengangguk. 

"Bagaimana nona? apakah anda masih tidak mau mengikuti saya?" tanya 'Milo' dari kejauhan. "Tidak usah, Katakan kepada siapa pun yang mengirim loe, kalo gue siap dengan apa pun yang akan majikan lu lakukan." Cuma ada satu jalan terakhir, yaitu bertingkah seperti orang-orang bodoh. 

Meminta tolong dukun tidak akan menolong, pasti gue bakal diperas. meminta tolong orang awam dengan kemampuan spiritual hanya akan menyeret mereka ke permasalahan gue.

Jalan terbaik di pikiran gue adalah menjadi orang-orang bodoh di cerita horor yang terlalu penasaran. Si perempuan menatap gue sedih.

"Gue percaya sama lu. Apa yang akan terjadi selanjutnya, gue yakin lu akan melindungu gue."

Setelah berbicara dengan si perempuan, gue mendengar suara alarm di HP.

Gue terbangun pada jam 5 subuh, kondisi di luar kamar masih gelap. Gue tak menyia-nyiakan waktu untuk mandi & sholat.

Selanjutnya gue kembali mempersiapkan mental untuk mengungkapkan perasaan pada S, di depan kaca gue susun kata-kata yang tepat. 

Waktu yang ditentukan telah tiba. Gue naik ojol menuju ke kafe punya sodara si S. Gue sengaja dateng sejam lebih dulu buat siap-siap ngomong. Q dan A masih otw ke kafe ini, mereka kena macet di tol.

Gue lihat suasana kafe cukup sepi. 

Di kafe cuma terlihat 2 hingga 5 orang anak muda. Padahal saat weekend apalagi malam minggu ini kafe selalu ramai dari siang hingga malam.

Baru aja gue nginjek pintu masuk kafe, gue mendengar ada suara memanggil.

"sayang kamu datang duluan juga ya"

Eh mampus rupanya si S. 

"Iya sayang aku takut kena macet" jawab gue seadanya.

S mengajak gue duduk di meja paling ujung, paling jauh dari tempat duduk yang lagi dipakai beberapa anak muda.

Kami saling menanyakan keadaan, membicarakan hal-hal random. Gue melihat ke arah HP, ada pesan dari Q. 

Q bilang dia dan A mengambil jalan tikus saking parahnya macet di jalan tol. Kemungkinan mereka sampai di kafe ini 45 menit lagi.

S memperhatikan gue, sebelum dia lihat siapa yang gue chat, langsung gue ganti laman chatnya jadi chat kelompok kerja di matkul gue. 

"sori sayang. Aku tadi kayaknya dapet chat dari kelompok kerja kalau minggu depan harus pergi ke kantor IPP buat ambil data." kata gue ke S.

"Gapapa namanya juga kuliah"

Tak lama kemudian pelayan wanita yang kerja buat sodara S datang membawakan kami minuman. 

Kafe ini punya kelebihan selain wifi gratis dan tempat charger. 

Segala sesuatu yang ada di kafe sodara S terbuat dari kayu jati, termasuk kursi yang kami duduki sekarang.

Dibandingkan kafe, tempat ini lebih mirip seperti rumah adat. Di atas dinding banyak lukisan2 kuno. 

Waktu pertama kali gue dan S kencan di sini, si S bilang hampir semua lukisan di kafe ini dibuat langsung oleh seorang kenalan pelukis Jawa di tahun 50-an supaya tidak merusak konteks kafe yang didesain agar para tamu terutama anak-anak muda bisa menikmati budaya Jawa. 

Gelas berisi es teh manis yang dihidangkan di depan kami terbuat dari kayu yang tidak menyerap air. Cemilan2 di atas meja ditutupi tudung saji murni kayu asli.

"kayanya ada yang pengen kamu omongin" kata S ke gue. Dia meminum es teh manis sambil mencomot snack. 

Gue merasa agak kurang enak, A dan Q belum sampai di sini.

"kita omongin nanti aja. Aku sekarang penasaran kira2 ibumu suka tidak sama hadiah yang akan kukasih"

Gue menunjukkan sebuah jepitan rambut berwarna emas, dulu para wanita Jawa sangat suka memakai ini di sanggul konde. 

"Wah ibuku bakal seneng banget" Pembicaraan kami beralih ke ibu si S. Setahu gue, beliau adalah sosok baik nan lembut (daripada emak gue sendiri). 

Gue serta teman-teman S sering dimasakan makanan olehnya. Entah kenapa setiap kali gue melihat ibunya S, muncul semacam rasa kasihan. 

Gue gak bisa menjelaskan darimana rasa kasihan itu muncul, seakan di mata gue ibu S ini selalu 'meminta tolong' tapi tak dapat menyuarakan. Saat gue bertanya pada Q, dia tidak merasakan hal sama terhadap ibunya S. 

Ibunya S suka sekali pada konde. Beliau mengoleksi banyak jenis hiasan2 pada rambut konde. Menurur cerita si S, ibunya dulu adalah perias di salon sebelum menikah. Bapaknya S bekerja sebagai ABRI di unit AD. Setelah menikahi ibunya S, pangkatnya naik menjadi Bintara. 

Ibumya S berhenti bekerja untuk.mengurus anak-anak di rumah. Bapak S pernah ditawarkan untuk mendaftar tinggal di rumah dinas, namun beliau mengikuti perkataan kakek buyut agar tetap tinggal di rumah lama keluarga S sejak jaman kolonial. Rumah S ada di sebelah kafe, dipisah kebun. 

Dilihat baik2 kebun yang memisahkan kafe dari rumah S agak mirip seperti di mimpi. Gue punya dugaan orang yang berniat mencelakakan gue ada di rumah itu. Keluarga S tinggal bersama keluarga paman, rumahnya bisa dikatakan cukup besar hingga mampu menampung 3 keluarga. 

Sepupu S yang memiliki kafe ini juga tinggal di rumah itu. Hari ini adalah ultah mama S. Beda seperti ultah orang lain, keluarga S yang sudah menikah merayakan ultah di dalam rumah, tidak mengundang orang luar kecuali jika memiliki hubungan darah atau pasangan dari saudara.

S mengatakan pihak ayahnya masih memegang ilmu kejawen cukup kuat. Budaya dari aliran ilmu kejawen ini adalah hari kelahiran merupakan satu langkah menuju kematian, lebih baik dirayakan hanya bersama keluarga saja.

Gue gak bisa memberikan kado ultah langsung kepada ibunya S. 

"Pukul berapa ultah ibumu dimulai?"

"Setelah magrib kami mulai makan2 nasi kuning. Kamu ikut yuk."

"Loh bukankah sebagai orang luar aku gak boleh ikut?"

"Jangan khawatir sayang. Aku dah ngomong sama bokap, dan dia bilang kamu boleh ikut selama nggak membongkar cara ultah kami" 

Gue kebingungan dengar kata-kata S. Apa jangan-jangan keluarga S ada yang mengganggu gue gara-gara si S mau ngajak gue masuk ke pesta ultah ibunya. Tapi secara logika gak mungkin mereka nyantet karena alasan seperti ini. 



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"