Kisah Mistis Nyata Terbaru: Kena Guna-Guna (Final)

Kisah Mistis Nyata Terbaru: Kena Guna-Guna (Final)

Lanjutan dari Part 9

Saya beruntung anak perempuan saya, temannya A, berpikir berbeda."

Temannya A adalah adik perempuan S. Dia lebih percaya pada aliran sunni, kadang dia dan keluarganya suka bertengkar. S sangat sayang pada adiknya ini.

Melalui adik perempuan S-lah si A tahu kalau Q disantet. Masih ada satu benang merah yang belum selesai. Si perempuan yang merupakan wujud mentalitas keberanian gue, bagaimana alam bawah sadar gue bisa bertindak cepat menghindari santet mimpi padahal gue aja gak mengetahui soal ini. Pertanyaan tersebut sampai sekarang belum terjawab. 

Ilustrasi (Kesatu.co)

"Harimau yang menghalangi saya bangun ketika anda berusaha menyadarkan saya di ruang pengantin perempuan, itu milik S ya?" pertanyaan ini meluncur begitu saja.

"Saat saya dan S bertengkar, saya merasa ada benda berat jatuh menimpa kepala saya, tapi tak kasat mata..." 

"Harimau itu, saya tau bisa menerkam kapan saja. Ketika saya ditahan untuk tidak sadar, berat harimau itu sama seperti benda yang membuat saya pingsan. Berarti sejak awal S punya potensi punya ilmu lebih kuat daripada kakeknya, karena harimau itu bisa menyerang tanpa senjata" 

"Maaf nak, maksudmu apa?" tanya Melati syok kebingungan. Dia tidak tahu bahwa anak kandungnya dapat mengendalikan khodam kuat.

"Harimau yang menahan saya memiliki kekurangan merubah wujud sempurna, tapi punya kelebihan berupa kekuatan besar, dia dapat menyerang tanpa pemandu." 

Q dan A tampak tidak mengerti, sedangkan Melati nampak semakin lemas.

"Sejak awal.... Sejak awal sebelum kakek S menyerang saya, harimau milik S sudah ada di sana. Dia yang menghalangi khodam milik kakek S masuk ke mimpi saya, dialah yang membuat cambuk kakeknya S tidak berguna."

 

"Sosok mentalitas keberanian saya, alam bawah sadar muncul melindungi diri saya meskipun seharusnya saya tak tau apa-apa, karena diberi tahu oleh harimau milik S" spekulasi gue makin muncul "Angin kuat yang menarik saya dari si tamu bukan kekuatan si perempuan, melainkan kekuatan S."

 

"S mengusir khodam kakeknya menggunakan khodamnya sendiri. Namun di saat itu si S melihat sosok penunggang menjadi tamu tak bermuka, di situ akhirnya S tau kalo dalam hati saya tidak benar-benar cinta pada anak anda. Sayangnya S menolak untuk percaya hingga sekarang."

 

"Anak anda... Tidak pernah punya niat mendapatkan saya menggunakan santet Nglamar. Namun begitu dia mengkonfirmasi bahwa saya hanya menganggapnya sebagi teman dekat, akhirnya dia menerima usulan kakeknya."

Penjelasan gue membuat semua orang terdiam. 

"Ternyata.... Anak saya selama ini mendengarkan nasehat saya" kata Melati. Terdapat senyuman di wajahnya, kebanggan seorang ibu berhasil mendidik anaknya. "Walau pun dia ikut menjalankan lingkaran setan Nglamar, dia tidak mau Nak Alyssa menderita seperti para wanita di keluarga."

 

"Seandainya S berhati lebih besar, sampai akhir dia tidak akan menerapkan santet" kata Q memegang perut, saat dia disantet rasa mual selalu muncul dari sana. A mengangguk.

Pukul 5 sore seorang ustadjah memanggil kami semua, mengundang kami melakukan ruqyah bersama. 

Sesi ruqyah berlangsung sampai jam 11 malam. Berkali-kali Melati merasakan perih di sekujur tubuh, santet Nglamar sudah masuk terlalu dalam pada dirinya.

Melati diminta untuk menginap di pesantren hingga Komnas HAM Perempuan datang ke pesantren besok.

 

Gue juga disuruh menginap. Pihak pesantren menghubungi ortu gue, besok papa akan datang kemari bersama nenek dan kakek. Mama gue ketika mendengar kejadian ini langsung histeris, ditakutkan sikapnya mengganggu sesi ruqyah kedua besok. Q dan A ikut menginap karena sudah larut malam.

 

Malam menginap di pesantren gue membaca ayat kursi sebelum tidur agar keluarga S tidak mengganggu gue lagi di mimpi. Untuk pertama kalinya gue bermimpi biasa setelah berhari-hari..Sesi ruqyah tadi sore cukup menyiksa dada kiri, gue terus merasakan panas. Sekarang udara terasa sejuk. 

Melati sangat merindukan beribadah. Dia benar-benar senang dapat membaca ayat-ayat di Al quran tanpa takut dihukum oleh Prabu. Sisa santet masih ada di tubuhnya, dia harus menjalani ruqyah sekitar 4 kali lagi. Sebelum tidur Melati juga membaca ayat kursi. 

Besoknya papa berterima kasih kepada Q, A, dan penduduk pesantren. Kakek dan nenek mengajak gue dan Melati ngobrol. Kakek memiliki usaha kopi di Kalimantan, di sana banyak orang Dayak, jika Melati mau dia boleh tinggal untuk bekerja di sana. Orang-orang Dayak sangat ramah. 

Dulu pernah ada pegawai kakek di Kalimantan pindahan Jawa, tubuhnya dirasuki arwah penunggu hutan. Orang-orang Dayak memohon kepada leluhur agak pegawai ini lepas dari makhluk halus asal tanah Jawa, dan sekarang hidup si pegawai normal kembali. 

Menurut mereka gangguan di Jawa tidak dapat berkuasa penuh saat menginjak tanah Kalimantan. Sehingga sangat disarankan agar si pegawai tidak kembali ke tanah Jawa. Peraturan ini juga berlaku di seluruh tanah nusantara.

Melati berkata dia mau bekerja untuk kakek gue setelah gugat cerai selesai. Komnas HAM Perempuan menemukan bukti-bukti bahwa Melati di-KDRT secara seksual. Mereka akan mengirim gugat ke pengadilan lusa. 

Satu-satunya penyemangat Melati di tengah kehidupannya yang suram di rumah itu adalah surat dari si santri, surat ini selalu ia simpan di kantong celana. 

Surat itu kami lihat sudah sangat tua, tintanya tidak dapat dibaca lagi. Melati menyembunyikan surat ini mati-matian dari Prabu. Cuma ini harta yang Melati dimiliki sebelum kembali ke Jakarta sebagai istri Prabu, segalanya sudah kandas dibakar.

Ilustrasi (Kabardewata.com)

Sesi ruqyah kedua berlangsung di siang hari. Panas di dada kiri gue udah gak separah kemarin, Melati masih mengeluh kesakitan.

Komnas HAM Perempuan berencana menyembunyikan Melati di hotel syariah hingga proses pengadilan selesai, Melati setuju. 

Gue pulang ke rumah pada hari selanjutnya. Mama gue histeris meluk-meluk gue, ketakutan gue dikawinin orang seperti S.

Gue meminta maaf pada keluarga karena pacaran di belakang mereka, ortu menasihati (maksudnya memarahi gue) agar selalu mendengar nasehat mereka.

 

Mama bilang ke gue kalau kemarin S, kakeknya S, dan Pak Prabu datang ke rumah menanyakan mana gue & Melati. Mereka ngancem bakal nyantet keluarga gue, mereka bilang gue dah masuk ke dalam daftar keluarga S.

Mama gue menjawab "Terus kenapa? Kalian cuma orang miskin jangan mimpi."

 

Rumah keluarga S memang cukup besar. Tapi dari segi ekonomi, gue lebih tajir. Mama gue punya sifat kayak ibu-ibu jahat di sinetron, suka ngehina pakai aspek finansial.

"Dasar keluarga miskin enak aja ngambil anak orang kaya. Sampai kapan pun kalian gak bakal mewarisi harta kami!!" 

Tetangga kami melihat mama gue nyirem Pak Prabu pakai air dari bekas pot tanaman. Menyuruh mereka pergi sebelum dia panggil polisi. Ketiga pria ini tidak terima satu wanita sendirian nantang mereka, si kakeknya S hampir namper mama gue. 

Sebelum tamperan itu sampai, abang gue yang kebetulan baru pulang kerja langsung menahan badan kakeknya S.

Satu informasi lagi, abang gue anggota pencak silat merpati putih. Dia udah sabuk hitam. Kalau pembaca juga belajar merpati putih, mungkin kalian pernah ketemu sama dia. 

Secara singkat, kemarin keluarga S adu bacot sama mama, terus adu tajos sama abang. Pemenangnya mama dan abang gue, hahaha. Abang gue sudah belajar silat cukup dalam hingga dapat memantul santet yang hampir menyerangnya.

Sebelum keluarga S pergi, abang gue ngancem biar S tidak.. 

Biar S tidak mendekati gue lagi. Jika dia tau terjadi sesuatu sama gue, S adalah orang pertama yang dia cari.

Di rumah ortu ada oleh-oleh dari Jepang, semacam jinja (kuil kecil) berwarna putih. Pagi ini jinja itu berubah warna jadi hitam, menandakan bahwa rumah kami memang diserang.

 

Jinja putih ini menurut kepercayaan Jepang sendiri membawa berkat Dewa Keharmonisan. Apabila jinja berubah warna menjadi kecoklatan, artinya ada arwah jahat masuk ke rumah. 

Jima jinja berubah jadi hitam, berarti ada niat jahat yang hendak menyerang anggota keluarga. 

Tugas dari jinja ini menangkap hal-hal buruk yang masuk rumah, sehingga tidak ada anggota keluarga yang celaka.

Mama meminta papa segera membakar jinja supaya santetnya ikut mati. Setelah itu mama menaruh jinja putih kedua di ruang keluarga. 

Nenek membuat suran pernyataan palsu ke kampus kalo gue sedang sakit jadi nggak bisa masuk kelas selama 3 hari.

Dalam 3 hari itu nenek mengadakan pengajian di rumah ortu gue. Selama 3 hari juga jinja terus berubah warna jadi hitam, menghabiskan koleksi kesayangan mama. 

Di pengajian gue terus diruqyah agar keluarga S tidak dapat mendeteksi gue. Malam-malam gue mimpi melihat si perempuan berdiri membelakangi gue seakan melindungi dari apa pun yang akan datang. Di hari setelah pengajian, jinja berhenti berubah warna, si perempuan tidak muncul di mimpi. 

Pak Ahmad sebagai dosen yang tahu masalah gue ikut pengajian di rumah. Beliau juga melakukan konseling buat memeriksa alam bawah sadar satu keluarga gue buat memastikan mereka tidak diganggu. Sungguh dosen sejati, mau kerja tanpa dibayar.

Pak Ahmad mengatakan kami sudah aman. 

Kakek mengatakan sekarang Melati sedang menjalani pengadilan perceraian. Prediksi ahli hukum adalah Melati berhasil menggugat cerai dan hak asuh jatuh ke tangannya.

Gue denger dari Melati kalau cuma anak perempuannya saja yang mau ikut ibunya pergi ke Kalimantan. 

Gue sering dapet telepon dari S. Nomor gue udah nyebar sehingga gak bisa diganti. Kadang-kadang ada telepon gak dikenal masuk, kata papa jangan diangkat apa pun yang terjadi. 

Orang Kejawen dapat mengetahui lokasi mangsa melalui suara-suara di sekeliling mangsanya saat menelepon. 

Q dan A menjelaskan kondisi gue kepada teman-teman di kampus. Sebagian belum percaya, sebagian udah. Teman-teman kampus sampai menanyakan kebenaran ini ke S. 



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"