Aku memilih tak ikut lelang dan bersegera pulang.
Aku berlari dengan senyum kebahagiaan.
Setibanya dirumah, aku memanggil nama Imah beberapa kali. tetapi, dia tak menyahut.
Aku mencoba masuk rumah dan mencarinya disetiap ruangan. tetapi, Imah tak ada.
Aku berpikir. Mungkin, Imah pulang kerumah orang tuanya.
Aku mandi dan berganti pakaian.
Aku bergegas keluar rumah dan menuju ke rumah mertua.
Sambil berjalan, aku berpapasan dengan beberapa orang.
Aneh, tatapan mereka seakan menyembunyikan sesuatu.
Aku tak menghiraukan mereka. Yang aku pikirkan sekarang adalah menemui Imah.
Tiba dirumah mertua. Aku mengetuk pintu rumahnya. Bu Rani (mertua) membukakan pintu.
Tatapan matanya sama seperti tatapan warga.
"Bu, Imah ada di sini?" tanyaku.
"Udah yuk, masuk dulu!" jawab Bu Rani menyuruhku masuk .Didalam rumah begitu ramai. Keluarga Besar Imah berkumpul.
"Ada apa Bu? Kok tumben pada kumpul?" tanyaku penasaran.
"Sebaiknya, Kau duduk terlebih dahulu!" ujar Bu Rani.
Semua mata tertuju padaku. Tatapan sedih memancar dari mata mereka. Aku bingung, sebenarnya apa yang sudah terjadi?!
"Kamu yang tabah, Istrimu sudah meninggal!" ujar Bu Rani.
"Tidak mungkin. Ibu berbohong kan?" tanyaku tak percaya.
Aku menangis begitu hebat. Aku tak percaya kalau Imah sudah meninggal. Mereka pun mendekat dan memelukku. Suara tangisan memecahkan suasana.