Cerita Seram Simple Man: Pesan Dari Mereka Part 3 (Kejanggalan)

Cerita Seram Simple Man: Pesan Dari Mereka Part 3 (Kejanggalan)

Di cerita Simple Man: Pesan dari Mereka Part 2, nampaknya anak-anak sedang melakukan ritual jalangkung. kelanjutan cerita cerita seram simple man berlanjut~

Cerita Seram Simple Man: Pesan Dari Mereka 

Meski menganggu Dayuh merasakan ada sentuhan mistis disaat ia mengucapkan itu. Seperti intensitas seakan di dalam kamar itu tidak lagi hanya ada mereka bertiga anehnya pensil berhenti tepat di tangan Hendra. 

Hal itu membuat Dayuh dan Tio'lah yang berhak mengajukan pertanyaan pada Hendra disana ia akan berpura-pura menjadi tangan kanan dari mereka yang bersedia. 

"Ayo takok'o" (ayo silahkan bertanya) kata Hendra yang sudah menempelkan pensil pada media kertas itu peraturanya adalah Hendra tidak boleh mengangkat pensil itu dari permukaan kertas ia hanya boleh menggores kertas itu dengan coretan dan membentuk kalimat yang dipertanyakan. 

Ilustrasi (solopos.com)

Meski Dayuh merasa Hendra berpura-pura berperan seakan ia benar-benar di gerakkan oleh kekuatan tak terlihat namun cara Hendra memainkan peranannya benar-benar luar biasa. 

Tanganya gemetar seakan menunggu pertanyaan. 

"nuwun sewu" (permisi) kata Tio "apakah disini ada yang bersedia bermain dengan kami".

Hendra menatap Tio dan dengan perlahan tanganya bergerak menggores pensil dan melingkari satu kalimat dari 2 kalimat yang tersedia di media kertas.

"iya"

Dayuh hanya memperhatikan ia masih belum bisa percaya sepenuhnya apakah harus sejauh ini bagi kedua temannya untuk membuat ia harus percaya dengan hal semacam ini namun tatapan Hendra seakan ia benar-benar serius dengan permainan ini. 

"Asmanipun sinten?" (nama anda siapa?) tanya Tio Hendra kemudian menggerakkan pensil ia melingkari beberapa huruf membentuk sebuah nama terang.

"Sulastri"

Dayuh yang melihat itu tampak curiga seakan Tio dan Hendra sudah merencanakannya. 

"Bagaimana anda bisa meninggal?" tanya Tio.

Kembali meski menolak namun Dayuh penasaran dengan gerak tangan Hendra ia mengikuti setiap huruf yang dilingkari oleh Hendra menyusunnya sehingga membentuk sebuah kalimat.

"Kecelakaan."

"Anda meninggal karena kecelakaan?" 

Hendra menjawab "iya".

Dayuh yang mulai tertarik kemudian mencoba mengajukan pertanyaan itu.

"kecelakaan seperti apa yang menimpa anda?"

Dengan cepat Hendra melingkari huruf-hurug tersebut dan itu membuat Tio tampak menegang saat melihatnya. 

Anehnya ekspresi Hendra yang awalnya tenang tiba-tiba menjadi pucat pasi seakan ia tidak tahu apa yang terjadi.

"Digilas sebuah truk"

Dalam sesaat serangan rasa sakit di kepala Dayuh tiba-tiba terasa seakan ia salah membaca kalimat itu. 

Sontak Tio langsung menghentikan permainan dengan menghempaskan pensil itu dari tangan Hendra sembari berujar dengan nada marah.

"guyonmu kelewat batas Hend!!" (caramu bercanda keterlaluan!!).

Hendra yang sedari tadi diam kemudian berujar dengan nada terbata-bata. "duduk aku" 

(bukan aku).

Siang itu di akhiri dengan Dayuh yang tiba-tiba menjadi diam seakan apa yang barusaja ia lalui tampak nyata meski Tio sudah menjelaskan awalnya itu hanya permainan iseng belaka.

Ada kejadian menarik saat Dayuh membuka jendela dari rumah tetangganya ia melihat- 

ada yang mengintip dirinya dari balik sebuah tirai di jendela seakan ia menunggu moment ketika Dayuh memergokinya. 

Sebelum sosok itu lenyap kembali dari balik tirai itu. Malam tiba lebih cepat Dayuh mengurung diri di dalam kamar ia masih kepikiran permainan teman-temannya meski akhirnya mereka mengaku hanya iseng belaka.

Namun nama dan bagaimana pertanyaan Dayuh seakan improve dari Hendra namun yang menarik pikiran Dayuh adalah sosok pengintip 

seakan sosok itu membuat pikiran Dayuh melayang jauh. di tengah pikirannya yang berkecambuk tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk.

"Tok tok tok"

"Yuh keluar nak mak minta tolong ya" 

Dayuh membuka pintu dilihatnya sosok ibunya ia tersenyum sebelum menyampaikan keperluannya.

"Mak mau ke rumah tetangga sebentar si Hanif sedang tidur di kamar temenin sebentar ya bisa kan nak?" ucap Mak sebelum melangkah pergi.

Ilustrsi (kapanlagi.com)

Dayuhpun masuk ke kamar lalu menutup pintu.

Dayuh melihat Hanif adik perempuanya ia tengah tertidur pulas di atas ranjang orang tuanya. bapak belum pulang mungkin lembur jadi di rumah hanya ada Dayuh dan Hanif.

untuk membuang rasa bosannya Dayuh kembali ke kamar berniat mengambil buku pelajarannya. 

sesaat sebelum menutup pintu kamar orang tuanya Dayuh sekilas merasa ada seseorang ia melintas begitu cepat samar-samar membuat bulukuduk berdiri namun Dayuh menepisnya.

Cepat-cepat ia ke kamarnya sendiri mengambil bukunnya lalu kembali ke kamar orang tuannya, 

namun aneh. 

Manakala Dayuh menyentuh handle pintu kamar orang tuanya yang seharusnya tidak terkunci tiba-tiba terkunci sendiri seakan ada yang sengaja mengunci kamar orang tuannya.

"Mak Mak sudah pulang" teriak Dayuh berharap ibunya lah yang sudah mengunci pintunnya. 

namun hening.

Tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar Dayuh masih mengetuk pintu lalu ia ingat Hanif sedang tidur maka satu-satunya yang Dayuh pikirkan adalah jendela kamar Mak meski terakhir Dayuh melihatnya tertutup mungkin ia bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Dayuh keluar ia harus memutar untuk sampai di jendela kamar Mak yang tepat di samping petilasan rumah tetangganya.

Gelap sekali karena lokasinya yang di penuhi tumbuhan serta pohon besar tidak ada cahaya yang cukup untuk menyinari tempat itu. Dayuh mulai memanjat. 

Ia mencari pijakan kuat untuk kakinya sembari menahan keseimbangan Dayuh mencengkram jendela kayu di antara sela tempat angin masuk.

Disana Dayuh bisa melihat isi kamar Mak meski tertutup tirai bening Dayuh masih dapat melihatnya dengan jelas.

Ia melihat Hanif, Hanif terbangun. Ia tertawa layaknya bayi kecil yang sedang dikudang (di hibur)  tangan Hanif berusaha entah meraih apa suara cekikikan Hanif membuat Dayuh bingung sementara di tempat lain Dayuh tidak melihat satupun orang lain disana.

Sampai sudut mata Dayu melihatnya di meja rias milik Mak ada sebuah cermin disana dari pantulan cermin tepat di depan Dayuh ada sosok berdiri seorang perempuan dengan gaun putih berdiri melihat Hanif wajahnya tertutup rambut panjang.

Ia hanya berdiri saja disana sebelum kepalanya berputar 180 derajat. Hal itu membuat Dayuh tersentak sebelum kehilangan keseimbanganya ia jatuh terjerembab seakan tidak percaya atas apa yang ia lihat sontak Dayuh langsung berlari ia harus masuk ke kamar firasatnya tidak enak dengan adiknya.

Tetapi belum masuk ke rumah Dayuh melihat Mak. 

"kamu darimana Yuh kan emak suruh jaga Hanif" tanya emak wajahnya bingung.

"Hanif mak ada orang di kamar Hanif" kata Dayuh ucapan Dayuh membuat emak panik mereka langsung menuju kamar belum sempat Dayuh mengatakan pintu terkunci tapi pintu terbuka setelah emak membukanya.

Dayuh berjalan masuk ke kamar tubuhnya masih gemetar bila mengingat apa yang barusaja menimpanya ia melihat Emak menggendong Hanif yang tengah tertidur pulas.

Emak pun bertanya kepada Dayuh "mana? gak ada siapapun disini. Kamu alasan ya biar emak gak marah?"

Dayuh hanya menunduk, Dayuh kembali ke kamar masih terbayang jelas sosok itu meski hanya dari pantulan cermin meja rias ia yakin matanya tidak salah menangkapnya.

Meski sulit Dayuh memejamkan matanya ia larut dalam mimpiya sebelum pagi menyambut dari tidur lelapnya. "Kenapa Yuh diem saja daritadi" kata Hendra di sekolah.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"