Jadi ini cerita seram dari sudut pandang ku selama KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama sebulan yang aku alami awal tahun 2019 ini.
Sebenarnya semua percakapan kami memakai bahasa jawa akan tetapi aku malas untuk mengetik dua kali jika harus ditranslate. Jadi aku menulis langsung memakai bahasa Indonesia disini.
Karena di universitasku kelompok dan desa sudah ditentukan dari pihak universitas jadi kita tidak bisa milih sendiri. Saat pengumuman pembagian kelompok dan desa tempat kkn aku senang sekali karena mendapat kota yang lumayan dekat dari rumah. Membutuhkan waktu perjalanan 1-2 jam.
Anehnya setiap aku bilang dapet di kota itu temen-temen selalu bilang, "wah hati-hati banyak begal disitu" Otomatis aku rada ngeri dong, tapi masih berfikir poSitif toh kita ada anak 14 ini. Sebisa mungkin kalau keluar rumah minimal 2 orang mungkin akan aman.
Jadi aku perkenalkan dulu nama anggota kelompokku. Nama disamarkan agar jika teman kelompokku membaca tidak merasa tersinggung
Dya (ketua kelompok) , Dini (bendahara), Alaf (sekretaris), Rosa (sekretaris 2), Shishi, Andy, Ina, Abi, Indah, Siti, Farid, Iga , Kikiy, aku.
2 hari setelah nama kelompok keluar kita berkumpul di kampus, kebetulan Dya dan Andy rumahnya dekat dengan desa tempat kkn diadakan. Aku tidak terlalu ingat tapi Dya ditemani dengan Iga (kalau tidak salah) observasi tempat duluan dan mencari kontrakan untuk ditinggali selama kkn.
Melewati perkotaan dan banyak sekali pabrik yang berdiri ah ini kawasan industri, pikirku banyak cerita seram di sini. Dan semakin jauh kita berbelok ke desa yang semakin sepi, untuk menuju ke balai desa kita harus melewati jalanan sempit yang tidak rata dan dikelilingi oleh sawah sekitar 1 km.
Keesokan harinya Dya ditemani dg beberapa teman mencari tempat tinggal yang cukup jauh dari lokasi balai desa, yaitu di dusun X. Dan kami berempat belas berangkat untuk melihat tempatnya dihari selanjutnya, jalan yang kami lewati menuju tempatnya seperti gunung tapi.
tidak terlalu menanjak dan dikelilingi pohon. Sesampai disana kami observasi tempat, karena rumahnya tepat dipojok jadi disebelah kanan kiri dan belakang rumah hanya ada kebun dan didepan hanya ada rumah si pemilik.
Karena tdk ada kmar mandi didlam rumah dan hanya ada bilik kmar mandi diluar yang letaknya di depan (agak kesamping) dari rumah si pemilik kami agak tidak suka.
Abi sempat bertanya bagaimana untuk sepeda motor diletakkan dimana, "diletakkan di halaman saja tidak apa apa karena disini aman sekali" kata pemilik.
Tapi kita masih agak was-was. Disaat itu dana yang diberikan kampus belum cair alhasil kita hanya bisa booking dgn kata-kata belum memakai uang. Dan akhirnya si pemilik lebih memilih kelompok kampus
ain yang memberikan DP berupa uang. Sebenarnya agak kesal waktu sudah mepet kita malah kehilangan tempat, akhirnya Dini diantar keluarganya dan ditemani dengan Indah mencari tempat tinggal didusun lain dan akhirnya menemukan satu rumah yang dirasa cocok.
Dan sekali lagi kami ber-14 keesokan harinya melihat rumah itu dan akhirnya membuat keputusan bulat untuk menyewa.
Selang 2 hari kemudian diantar oleh keluarga aku membawa barang-barang yang kuperlukan selama disana dengan tujuan agar di hari H pemberangkatan dri pihak kampus aku tidak perlu membawa banyak barang.
Aku, bapak dan ibu masuk kedalam untuk melihat lihat bapak bilang kebelet dan segera melesat kekamar mandi dibelakang, setelah bapak dari kamar mandi beliau bilang "ah merinding aku di belakang, suram juga" memang rumah ini menurutku lembab, bahkan di kamar paling belakang tercium samar samar bau lumut.
Lorong, bgian dapur dan kamar mandi yang terlihat gelap dan suram walaupun memakai lampu. Ini jenis rumah yang memanjang.
Dan kulihat disebelah kanan rumah ada satu rumah lagi tapi seperti tidak berpenghuni, atap yang reot dan bolong-bolong besar, lantai ubin yang sangat kotor dan disebelah rumah itu seperti jalan setapak yang dikelilingi banyak tumbuhan liar.
Kufikir itu rumah kosong tapi ternyata tidak. Tidak lama sesosok nenek keluar dari rumah yang membuatku kaget.