"Walahh, hati-hati mas disini rawan ayo ikuti bapak aja dari belakang, mampir ke rumah bapak, rumah bapak setelah alas roban sini, nama saya pak Rahmat, ini istri saya" ucap bapak-bapak tsb
Singkat cerita aku mengikuti pak Rahmat dari belakang, di setiap tikungan aku lihat pak Rahmat tampak membunyikan klakson motornya.
Kami tiba di rumah pak Rahmat sesaat sebelum adzan subuh berkumandang.
Bu Rahmat tampak langsung ke belakang rumah dan kembali dengan nampan yang berisikan teh hangat 2 gelas.
"Di minum dulu mas" ucap bu Rahmat
"Allahu Akbar.....Allahu Akbar" adzan subuh berkumandang
"Mas ayo sholat subuh dulu" pak Rahmat mengajak kami sholat berjamaah di masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Setelah sholat kami kembali duduk di ruang tamu rumah pak Rahmat. Perlahan pak Rahmat tanya kepada kami.
"Mas-mas nya sebenarnya mau kemana ? Namanya siapa ?" tanya pak Rahmat
"Nama saya Agus pak dan ini teman saya rifkan" jawabku
"Saya mau ke Semarang perjalanan pulang dari perantauan" imbuhku
"Mas nya tadi ada kejadian apa sampai hampir kecelakaan seperti tadi?" tanya pak Rahmat lagi
Aku menceritakan semua hal yang kami temui sejak ban mobilku bocor, warung dan diikuti wanita berjubah hitam tadi.
"Mas.... di dalan alas roban itu tidak ada warung apa-apa, apalagi tambal ban, disana hanya ada hutan mas" jawab pak Rahmat
"Tapi tadi kami menemui itu semua pak" imbuh Rifkan
"Benar mas, tapi bapak sebagai warga yang tinggal tak jauh dari alas roban sangat hafal daerah sini. Tidak ada warung yang berdiri disana" jawab pak Rahmat
"Disana memang sering ada kejadian semacam itu, belum lama ada kecelakaan mobil satu keluarga meninggal disana dan masih banyak lagi cerita pengendara yang diganggu sudah sejak lama" imbuh pak Rahmat
Aku dan rifkan hanya menelan ludah sambil menenggak teh hangat yang dibuatkan bu Rahmat tadi.
"Mending mas sekarang istirahat dulu disini, nanti siang atau sore baru lanjut perjalanan" pungkas pak Rahmat melihat keadaan kami
"Gimana rif ?" tanyaku ke rifkan
"terserahmu aja gus" jawabnya
"Yaudah kita disini dulu sampai siangan nanti, keadaan kita shock dan lelah seperti ini" ajaku dan rifkan hanya menurut
Kami ditunjukan ke kamar anaknya pak Rahmat yang kosong karena sekarang kerja merantau di Jakarta.
Kami tidur melepas lelah disana, siangnya kami bangun dan bersiap melanjutkan perjalanan yang sudah tidak jauh lagi.
"Mas...." panggil pak Rahmat pada kami
"Mas, monggo makan dulu sebelum jalan" ajak pak Rahmat
"Waduh bapak kok repot-repot begini" jawab Agus
Siang itu kami makan bersama dengan bapak Rahmat dan istrinya. Beliau benar-benar baik kepada kami berdua
Sehabisnya, kami pamit dan keluar menuju mobil.
"gus....gusss..... Ban mobilmu masih utuh begini gak ada yang bocor" ucap rifkan
Aku langsung melihat ban mobilku dan ternyata benar ban ku masih normal tidak ada tanda-tanda rusak.
Aku hanya geleng-geleng melihat keanehan yang ditunjukan di depan mataku....
"Pak Rahmat kami berdua pamit, terima kasih sudah menolong kami dan sudah baik kepada kami" ucapku
"Gakpapa mas, saya sama ibu malah senang ada tamu di rumah kami, soalnya kalau tidak ada tamu rumah kami sepi" jawab pak Rahmat
Aku yang mendengar jawaban pak Rahmat terenyuh, "Akankah saat tua nanti aku juga seperti ini ?" pikirku saat setelah mendengar ucapan pak Rahmat
Kami berdua melanjutkan perjalanan, setibanya kami di Semarang aku mengantarkan rifkan ke halte bus yang akan mengantarkannya ke Demak sebelum nanti di jemput adiknya disana
Setelahnya, aku pulang ke rumah dengan oleh-oleh pengalaman yang tidak akan terlupakan sampai kapanpun.
Dan pak Rahmat yang hingga sekarang kami anggap seperti keluarga.
Tamat