Cerita Hantu Ekspedisi Malam Jumat Kliwon (Final)

Cerita Hantu Ekspedisi Malam Jumat Kliwon (Final)

Part sebelumnya

Cerita hantu yang lalu sudah sangat mencekam, ada yang kesurupan, ditambah mas-mas yang dimaksud ndira juga malah ikutan, kayak apa ceritanya, yuk kita kepoin lagi~

Gua kagum ngelihatnya, karena setelah teriak keras tuh cewek jatuh pingsan, kemudian mbahnya bilang sudah selesai, yang kedua ini, mbahnya cuma megangin kepalanya, walaupun mata tuh cowok melototin mbah ini, tapi setelah entah nyabut apa di ubun-ubunnya, pingsan cowok itu jatuh pingsan begitu saja.

Mbah (iyakan.net)

Setelah itu, gua bisa lihat mbah itu ngobrol sama para pengawas, dan kemudian kami meninggalkan tempat itu, turun lebih ke bawah, disana ada surah kampung, gua dan yang lain akhirnya bermalam disana.

"Apa sih yang lu lihat tadi?" kata gua

"Yang mana?" katanya bingung.

"Yang katanya jahat" jawab gua.

"Oh, yang itu. gua gak tau tiba-tiba dia datang entah darimana, karena sebelumnya gua gak lihat dia datang darimana?"

"Maksudnya gimana?" gua bingung.

"Ya, tuh makhluk datang gitu aja, dan hawanya itu bikin merinding". "Orang kaya lu bisa merinding juga," kata gua baru tau.

"Tak kasih tau, tuh cewek jadi rebutan 14 yang masuk ke tubuhnya, tapi nih makhluk, dia sendirian masuk dan gak ada yang ikutan masuk, jadi coba lu simpulin seberapa kuatnya dia sampe bikin yang lain gak berani, padahal itu rame lo."

"Trus, darimana lu tau, kalau ada yang kerasukan"

Ndira diam cukup lama, kemudian dia bilang "ada yang ngasih tau gua"

"Ngasih tau gimana?" tanya gua penuh selidik

"Ya ada yang ngasih tau gua, mbah buyut" katanya.

"Mbah buyutmu?"

"Nggih" jawab Ndira dengan wajah tidak tertarik

"maksudnya, mbah buyutmu disini, dia yang ngasih tau?" Duh macam cerita hantu saja kataku.

Akhirnya setelah gua pojokin Ndira pun menceritakan semuanya.

"Sebenarnya, gua di kasih ini, dan ini itu kaya turun temurun dari keluarga bapak, katanya, buat jaga gua dari kejadian kaya tadi, itulah kenapa gak ada yang deketin gua."

"Mbah buyutmu yang jagain elu gitu?" kata gua

"Nggih, mbah buyut gua yang jaga"

"dimana beliau sekarang"

Ndira ngelihatin gua, "dia di belakang lu, sedang ngendus bau badan lu."

Gua cuma bisa bantah "bercandanya gak lucu sih ini"

horor (yudibatang.com)

"terserah"

Tapi, gua emang ngerasa gak nyaman

"trus, lu bilang mata gua bercahaya, kok gua gak bisa lihat mata lu bercahaya" kata gua.

"Lu sendiri kan yang bilang, ada yang nutup mata batin lu" Ndira diem cukup lama, kemudian ngasih tau sesuatu yang baru gua tau "alasan sekuat apa coba yang bisa bikin mata batin lu di tutup paksa gini."

Gak tau kenapa, pertanyaan Ndira kaya semacam kode tersirat yang bikin gua harus bertanya lebih jauh.

"Maksudnya gimana?"

Awalnya dia ragu, tapi akhirnya Ndira bicara sama gua.

"Ada 2 manusia yang bisa lihat bangsa alus. memperdalam kebatinan dan pemberian langsung dari tuhan."

"Masalahnya, lu masuk ketegori yang kedua" Ndira diem lagi, "dan gak butuh alasan untuk orang yang belajar kebatinan buat nutup mata batinya, tapi, untuk orang dengan kelebihan seperti ini, itu susah buat nutupnya. 

Lu gak inget tahapan bagaimana pas mata batin lu di tutup" tiba-tiba gua inget lagi kejadian waktu itu. 

Waktu dimana gua di bawa ketemu sama orang yang bisa nutup, itu pun di lakukan setelah gua sembuh sehabis khitan.

Gua diem lama, kemudian tanya. "gimana cara lu tau kalau gua dari lahir bisa lihat?" Ndira ngelihat gua kaya penuh selidik. "Lu gak tau apa-apa ya kayanya, apa sengaja gak di kasih tau ya?"

"Gua gak tau apa-apa" kata gua pasrah.

"Pantes lu gak nangakap pesan gua dari tadi" katanya, gua akhirnya tanya apa maksud pesan itu tapi, Ndira menolak ngasih tau lebih jauh.

"Lu pengen tau gimana gua bisa tau lu bisa lihat dari kecil" katanya "tau di belakang mata kamu, tepatnya di belakang kepala kamu, disana ada 2 mata lagi, meskipun lu bilang udah di tutup, tapi masih kelihatan bercahaya, gua asumsiin lu sama kaya gua" katanya.

"Trus"

"Cewek dan cowok tadi beda, mereka kayanya belajar kebatinan dulu, jadi mereka gak bisa lihat gua"

"Satu lagi siapa yang bisa lihat?"

Ndira kayanya nahan diri, buat ngasih tau yang terakhir, jadi akhirnya gua gak maksain

Malam itu, gua pake buat tanya banyak hal, termasuk rupanya, sesama yang di kasih sejak lahir bisa lihat hanya dengan mata, pantes, kebanyakan tiap gua ketemu orang yang tau begituan, mereka selalu memandang gua tertarik, di antaranya, orang yang gua lupa namanya, yang nyuruh gua

nyuruh gua buat tiduran beralaskan daun pisang dan berbantal batang pohon pisang.

(Lain kali gua bakal ceritain, karena ini bakal lama. gak sekarang dulu.)

Disitu juga gua ngomongin makhluk apa aja yang ada disana, Ndira pun ngasih tau gua tentang kesalahan kaprah orang-orang, dimana sebenarnya pocong itu terbang, mereka gak loncat seperti di film.

"Pocong itu terbang, mereka gak lompat, dan kuntilanak sama sundel bolong itu berbeda"

"sundel bolong itu kakinya gak napak tanah, sedangakan kuntilanak, mereka gak terbang, tapi merangakak, lu bayangin, kalau lihat kuntilanak di atas pohon, di pikir mereka terbang, padahal, mereka merangakak ke atas pohon."

Ngobrolin hal itu bikin gua merinding setelah tau banyak hal. Keesokan paginya, Bis kami datang, kami kembali melanjutkan aktifitas Mapala, dan penerimaan anggota baru, sampai akhirnya balik ke Bis sebelum pulang, termasuk berkemas.

Sementara cewek dan cowok yang sempet kerasukan, kami sepakat gak ngmongin itu sama sekali

yang gua tau, si cewek emang lagi ada masalah menurut kabar yang gua denger, sedangakan si cowok, dia lagi sial saja sempet kosong pikiranya, karena kaget mungakin atas apa yang ada disana. 

Di dalam Bus, Ndira balik duduk sama Umil, saat itu, entah kenapa gua udah nebak siapa orang ke 5 itu. Walaupun ini kejadian cerita hantu ini cukup menegangakan, gua dapat pelajaran banyak dari ini.

Sekarang, gua masih sering sih lihat Ndira di kampus, tapi, gua udah gak lanjut ikut Mapala, karena sekarang, gua kerja sambil kuliah.

Terakhir kali kami ngobrol, waktu gua ketemu dia di kantin, Ndira ngasih tau sesuatu.

"Sebenarnya, lu juga ada loh yang jagain, hanya saja, dia jaganya cuma dari jauh" gua yang denger itu pun kaget awalnya, tapi Ndira ngelanjutin "gua rasa, nyokap lu tau sesuatu, coba tanyain beliau."

Namun sampai saat ini, gua belum tanya sama sekali sama nyokap, lain kali mungakin gua bakal tanyain, toh sekarang gua udah nyaman dengan kehidupan gua yang sekarang.

jimat (Merdeka.com)

Terakhir sebenarnya, di kamar gua udah di tanam sesuatu, yang bikin makhluk seperti itu gak bisa masuk.

Makanya, gua paling nyaman ada di kamar, pernah gua usul buat di tanam di rumah, tapi rupanya penghuninya gak terima karena mereka disini lebih lama, akhirnya demi kebaikan bersama, cuma di tanam di kamar biar gua punya ruang privacy, kalau ada waktu gua bisa ceritain.

Intinya, gua cuma mau bilang. mungakin di antara kalian juga ada yang lagi merhatiin atau jagain, apapun itu, lebih baik kalau kita bisa bersikap bijak, dan kalau tidak menganggu, ya biarin aja, yang penting, jangan pernah jauh sama yang buat hidup, kalau kata orang jawa.

"Sing Moho kuoso, sing Nentuno garis uripe menungso."

(Yang maha Kuasa, adalah yang menentukan garis hidup manusia)

gua tutup cerita hantu ini. 

Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"