Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 6 (Bayangan Putih)

Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 6 (Bayangan Putih)

Hai penggemar horor, apakah kalian pengen baca-baca ceritanya hantu dari pengarang kisah horor legendaris KKN Desa Penari yang ngeri banget itu.

Kali ini di cerita hantu berserinya ada yang berjudul "Padusan Pituh" seperti apa kengeriannya? Yuk kita baca bareng-bareng gengs.

  • Cerita Hantu Berseri: Padusan Pituh Part 5

Mira menatap si wanita, ia mengangguk seakan mengatakan kepada Mira tidak akan ada yg terjadi, Mira pun mendekat, ia merasakan tangan mungil itu membelai rambutnya, Mira bisa melihat satu bola mata kecil di wajahnya.

"Ngelawan siji ae sewu nyowo gak cukup, opo maneh koen nduk, sing bakalan ngadepi loro menungso rai iblis model ngunu" (melawan satu saja seribu nyawa gak cukup, apalagi kamu nak, yg akan melawan dua dari mereka, manusia berwajah iblis seperti itu).

Ilustrasi (IDN Times)

Mira hanya diam mendengarkan, rasanya dingin, saat tangan kecil itu menyentuhnya Mira gemetar, sesuatu perlahan-lahan kembali, ia ingat ia pernah menulis sesuatu, tidak hanya satu namun berlembar-lembar kertas, sesuatu yg perlahan menyeruak naik.

"Wes iling?" (sudah ingat?) tanya sosok itu, 

"di bawah ubin Kost saya, di sana semua di tanam" ucap Mira.

Di bantu si wanita sosok itu perlahan membuka karung gabah, dan Mira melihatnya, wajahnya hancur seperti korban kebakaran, kakinya jauh lebih kecil di bandingkan badan dan kedua tangannya yg semuaya kurus kering, ia menatap Mira iba.

"Hitam?" kata si wanita, "inilah akibat bila manusia kalap dengan warna hitam."

"Beliau dulu adalah satu dari orang yg pernah menjaga padusan pituh, meskipun ia tidak mengenal bapakmu karena memang setiap tahun beregenerasi, tapi satu yg beliau tahu."

 

"Bapakmu tidak memenuhi janjinya sebagai seorang Kuncen."

"Kuncen?"

"Setelah ini, hidupmu akan semakin berat nak, sangat-sangat berat sampai kamu ada di titik ingin mati, dan saat hari itu datang, pilihan itu akan muncul dan di sana takdir kami di pertaruhkan."

 

"Tinggalkan adikmu di sini, kami yg akan menjaganya, pergilah ke tempatmu tinggal, cari apa yg harus kamu cari, lalu pergi" kata si wanita.

"Tak jogone adikmu nduk, tujuanmu siji, golekono Rinjani."

"Rinjani?" tanya Mira.

"Pergi" sahut si wanita, Mira meninggalkan tempat itu, 

Mira menemukan Riko tengah duduk, saat ia melihat Mira ia mendekatinya, "Lindu gak papa, dia ada di kamar sedang tidur."

"antarkan aku" kata Mira, "kemana?"

"ke tempat kost'ku, aku mau ambil sesuatu di sana"

"apa?" Riko tampak penasaran.

"takdirku" jawab Mira, 

Malam itu, mobil Riko menembus kabut, belum pernah Mira memaksa dirinya sampai seperti ini, tak ada yg tahu apa saja yg Mira dengar karena setiap kali Riko bertanya, Mira seakan tidak ingin membahas semua itu, ia hanya bilang ada sesuatu yg harus ia pastikan di tempat kost itu.

Ilustrasi (gadis.co.id)

"kenapa gak nunggu besok aja, lagian butuh waktu buat sampe di sana" kata Riko setengah hati, Mira hanya diam ia lebih banyak melamun, "Mir, denger gak sih omonganku!!" sahut Riko namun Mira tetap diam, ia tertunduk sebelum, "Rinjani sudah mulai" ucap Mira seperti berbisik.

 

"Rinjani" kata Riko mengulangi, "kamu gak papa Mir" sahut Riko menyentuh bahu Mira, mobil melaju tenang, jalanan tampak sepi namun ada sesuatu yg membuat Riko merasa ganjil saat mendengar nama itu, Mira tetap tak menjawab, ia masih menunduk sembari terus bergumam aneh.

 

gumaman Mira terdngar mengganggu, Riko terus menggoyang badan Mira, namun gadis itu tetap menunduk. ia terus menerus bergumam sebelum, hening, hening sekali hingga Riko bisa mendengar nafasnya sendiri, Riko tampak merasa aneh, sesuatu telah terjadi, dan itu benar-benar mengerikan.

 

tak beberapa lama Riko melihatnya, sekelebat bayangan putih sebelum menjalar membuat Riko tersadar, di sepanjang jalan tepat di samping ketika mobil melaju, berbaris anak-anak perempuan berambut panjang, berdiri mematung sejauh mobil terus melaju, Riko menoleh pada Mira.

Namun, Mira sudah melotot menatapnya, tersenyum menyeringai layaknya bukan Mira yang ia kenal,

ia mencengkram tangan Riko, membanting setir sebelum mobil terpelanting hebat, Mira berteriak dengan suara paling memekikkan, "OJOK GOWO CUCUKU!!" (jangan bawa cucuku!!) 

untungnya Riko masih mampu mengendalikan mobil, ia menghantam kepala Mira dengan sikunya, meski mobil sempat keluar jalan Riko berhasil menginjak rem kuat-kuat, ia menatap Mira pingsan dengan darah di kening.

"Asu!! meh mati aku!!" (Anj*ng!! hampir saja aku mati!!) 

Riko melangkah keluar dari dalam mobil, ia menatap ke sekeliling, tak di temui lagi sosok anak kecil yang menatapnya di tepian jalan, Riko tampak bingung, kejadian yg baru menimpanya benar-benar kacau, ia mendekati kursi Mira, membuka pintunya, mencoba memastikan keadaannya.

 

"Mir, Mir" panggil Riko, namun perempuan itu tak menggubrisnya, Riko semakin bingung, tiba2 Mira membuka matanya mencekik leher Riko, Riko tercekat kaget sebelum memukul wajah Mira hingga perempuan itu benar-benar tak sadarkan diri, "Mati arek iki" (sial, mati anak ini) batinnya.

 

saat itu juga Riko masuk lagi ke dalam mobil, tanpa membuang waktu ia meninggalkan tempat itu....

ia tahu ada yg tidak beres dengan sahabatnya, dan itu semua sepertinya berhubungan dengan tempat yg akan ia tuju, apapun itu, Riko harus mencari tahu ada apa di sana.... 

pagi sudah datang, sepanjang malam Riko tak beristirahat, meski pertanyaan itu masih berputar di dalam kepalanya ia berusaha sesekali melirik Mira yg masih terlelap dalam tidurnya, ketika jalanan sudah mulai ramai, Mira membuka mata, hidung dan keningnya nyeri, ia menatap Riko.

 

"kenapa?" tanya Mira, ia mengelep darah di hidung dan keningnya, "ada yg terjadi sama aku?"

Riko menatapnya sesekali sebelum tersenyum kembali memandang jalanan, "gak ada kok. semua aman."



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"