Orang Arab atau orang-orang Timur Tengah tahan memakai baju panjang hingga cadar dalam cuaca panas di negara mereka. Bahkan banyak baju-baju panjang warna hitam, dimana warna hitam dikenal sebagai warna yang tidak menyerap panas sehingga saat dipakai yang ada tubuh malah menjadi gerah.
Tahun 1980 pernah ada sebuah penelitian yang dilakukan Tel Aviv University dan Harvard University tentang kebiasaan orang Arab tersebut. Saat melakukan penelitian para peneliti mengukur dan menghitung banyak panas yang dihasilkan dari radiasi, panas yang hilang karena konveksi, dan panas yang hilang akibat pengupan, hingga panas yang dihasilkan metabolisme manusia di bawah panas matahari di gurun.
Peneliti melakukan studi banding dengan salah satu suku di Arab yakni Suku Badui Arab. Para peneliti membandingkan jumlah panas yang dihasilan saat seseorang mengenakan pakaian- jubah hitam orang Suku Badui, jubah warna putih, baju tentara warna cokelat, dan mengenakan celana pendek. Semua keempat jenis pakaian dipakai selama 30 menit.
Lalu apa hasil penelitian yang terjawab? Ternyata pakaian orang Arab seperti jubah putih atau jubah hitam sama-sama menyerap panas. Disimpulkan tidak benar pakaian berwana hitam membuat tubuh lebih gerah dibandingkan saat mengenakan pakaian warna putih yang dianggap membuat tubuh jadi lebih sejuk.
Walaupun dianggap panas, banyak orang Arab memakai baju panjang atau jubah hitam karena bahan pakaian itu ternyata tebal dan longgar. Jadi dengan bahan tebal itu membuat panas terhalang bahan yang tebal sehingga tidak bisa mengenai kulit.
Selain karena jenis bahan yang ternyata tidak membuat suhu badan tambah panas, memakai baju yang terbuka saat cuaca panas tidak disarankan karena panas matahari bisa membuat kulit terbakar. Kondisi tersebut diperparah dengan lapisan ozon membuat sinar matahari yang masuk ke bumi jadi lebih banyak dan memungkinkan terkena penyakit kanker kulit.