Sebagai seorang pangeran, Siddharta Gautama hidup dalam kemewahan dan kelimpahan materi. Namun, pada usia 29 tahun, ia meninggalkan kehidupan istana dan kekayaan materialnya dalam pencarian jati diri dan pemahaman tentang penderitaan manusia.
Selama bertahun-tahun, Siddharta Gautama menjalani kehidupan sebagai pertapa dan mencari berbagai guru spiritual untuk mencapai pencerahan. Pada usia 35 tahun, saat bermeditasi di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, ia mencapai pencerahan yang mendalam dan menjadi Buddha, yang berarti "yang telah mencapai pencerahan."
Ajaran Siddharta Gautama
Setelah mencapai pencerahan, Buddha mengabdikan sisa hidupnya untuk mengajar dan menyebarkan ajarannya kepada orang lain. Ia mengembara di sekitar wilayah India kuno dan mengajarkan Dhamma (ajaran Buddha) kepada para pengikutnya. Ajaran Buddha mencakup empat kebenaran mulia: penderitaan (dukkha), penyebab penderitaan, pembebasan dari penderitaan, dan jalan menuju pembebasan.
Buddha menekankan pentingnya kebijaksanaan, etika, dan meditasi dalam mencapai pembebasan dari penderitaan dan pencapaian pencerahan. Ia juga menganjurkan jalan tengah, yaitu menghindari kelebihan dan kekurangan dalam segala hal untuk mencapai keseimbangan dan keselarasan dalam hidup.
Kehidupan Buddha berakhir ketika ia meninggal pada usia sekitar 80 tahun di Kushinagar, India. Namun, warisannya sebagai pendiri agama Buddha terus berlanjut hingga saat ini, dan ajaran-ajarannya masih diikuti dan dihormati oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Perayaan Waisak untuk Mengenang Siddharta Gautama