Perayaan Waisak sendiri biasanya dilakukan pada hari purnama bulan Vesakha (umumnya jatuh pada bulan April atau Mei dalam kalender Gregorian). Pada hari ini, umat Buddha berkumpul di kuil-kuil atau tempat-tempat suci untuk mengadakan upacara keagamaan, meditasi, dan mempelajari ajaran-ajaran Buddha.
Selama perayaan Waisak, umat Buddha melakukan berbagai kegiatan yang meliputi pembacaan kitab suci, pengumuman ajaran Buddha, penyalaan lilin, dan pemberian sumbangan kepada kaum miskin atau orang yang membutuhkan. Selain itu, ada juga tradisi pelepasan lentera terbang yang melambangkan pencerahan spiritual.
Perayaan Waisak juga sering diiringi dengan parade dan prosesi yang diikuti oleh para biksu dan umat Buddha. Mereka mengenakan pakaian khas dan membawa patung Buddha serta bendera-bendera berwarna terang. Di beberapa tempat, perayaan Waisak juga dihiasi dengan pameran seni Buddha, pertunjukan musik, dan tarian tradisional.
Selain menjadi momen untuk merayakan kehidupan dan ajaran Buddha, perayaan Waisak juga memberikan kesempatan bagi umat Buddha untuk melakukan introspeksi, memperkuat komitmen mereka terhadap praktik spiritual, dan mengembangkan kedamaian dalam diri mereka.
Perayaan Waisak adalah kesempatan bagi umat Buddha untuk bersatu, merayakan warisan spiritual mereka, dan meningkatkan pemahaman mereka tentang ajaran Buddha, sekaligus menjadi momen untuk mengenang Siddharta Gautama, Sang Pendiri agama Buddha.