Kisah Anak Tionghoa Mualaf, Dulu Pedagang Kacang Sekarang Punya Proyek Triliunan

Kisah Anak Tionghoa Mualaf, Dulu Pedagang Kacang Sekarang Punya Proyek Triliunan
Kisah Jusuf Hamka, pria keturunan Tionghoa mualaf yang dulunya pedagang kacang, kini bisa punya proyek triliunan (via instagram)

Sampai saat ini, Jusuf mengaku sering tak percaya atas nasib hidupnya. Padahal dulunya ia hanyalah anak kampung biasa yang rasanya tak mungkin punya proyek triliunan.

"Anak kampung mas, haha. Dulu megang uang Rp15 juta saja kagak bisa. Sekarang malah dikasih proyek Rp15,9 T. Itu siapa yang pintar? Itu semua gara-gara Allah. Keren kan, anak kampung dikasih rezeki kota sama Allah. Kalau mau sedekah, jangan sama orang yang kenal saja," paparnya sembari tertawa.

# Bangun Masjid Sebagai Rasa Syukur

Selama dikenal sebagai seorang mualaf, Jusuf dikenal sebagai orang yang suka berbagi. Ia juga punya cita-cita untuk bisa membangun 1.000 masjid di seluruh Indonesia.

Ia mengaku jika rumah ibadah merupakan tempat yang ia dirikan sebagai bentuk syukur atas kebaikan Allah SWT terhadapnya selama ini.

Kisah Jusuf Hamka, pria keturunan Tionghoa mualaf yang dulunya pedagang kacang, kini bisa punya proyek triliunan (via instagram)

"Membangun masjid ini, selain dari menyampaikan terima kasih pada Tuhan dan tentunya ini bernostalgia saja. Dulu saya waktu masih SD, saya suka dagang es mambo, yang pakai plastik, dagang asongan pakai papan. Sama kacang goreng yang diplastikin," cerita Jusuf.

# Dagang Kacang di Masjid Istiqlal

Siapa sangka jika dulunya Jusuf pernah menjadi pedagang kacang milik orang tua temannya. Ia dan temannya ketika kecil, sering berjualan di sekitar Masjid Istiqlal.

Ketika lelah, Jusuf sering tertidur di serambi masjid. Ia mengaku merasa sangat nyaman karena bisa beristirahat di masjid.

"Itu saya sering dagang bawa ke Masjid Istiqlal. Dan pada saat itu saya pulang sekolah, jam 12 habis makan saya langsung ambil dagangan di tempat ibunya teman saya. Tanpa sepengetahuan orangtua saya itu. Di kala saya lelah, saya tidur di emperan Masjid Istiqlal. Sejuk sekali itu, nikmat sekali, lantainya marmer. Dulu rumah kita masih tanah merah," ucap Jusuf.

# Kebaikan Umat Islam

Selain itu, Jusuf merasa jika ia mendapatkan hikmah besar ketika berjualan di sekitar wilayah umat muslim. Ia sering mendapatkan tip tambahan hingga bisa mentraktir teman-teman lainnya yang juga sesama pedagang.

"Habis tidur kita dagang kepada saudara-saudara umat Islam yang salat di situ. Saya sering dikasih tip. Karena mungkin lihat anak Cina dagang. Ada teman-teman kira-kira lima orang, begitu hitung-hitungan pas pulang, untung saya lebih banyak. Karena saya dikasihani orang, dia kagak. Jadi saya bisa traktir mereka makan," papar Jusuf.

Dari pengalamannya saat kecil itu, Jusuf menjadi sosok yang ikut menerapkan hidup berbagi. Setiap kali berbelanja, uang kembaliannya selalu ia berikan kepada penjual sebagai sedekah.

"Hal ini terjadi pada saya, setiap belanja ya sudah kasih saja lebihnya. Kecil gede, seikhlasnya. Nanti kita ditolong orang. Dulu saya hidup ditolong orang. Saya bantu ibu saya dagang nasi kuning. Saya bawain termos nasi kanan-kiri. Sekarang kita dikasih Tuhan hidup lebih baik," ungkapnya.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"