Yang paling jujur adalah setiap hari kita berbohong. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 1994, mengungkapkan fakta ilmiah tentang orang yang berbohong. Saat seorang publik figur mengungkapkan bahwa satu produk mengubah hidupnya. Menurutmu, itu jujur? Ya, mungkin kamu berpikiran bahwa kebohongan itu adalah sesuatu hal yang negatif. Tapi kenyataannya, orang yang berbohong itu nggak berniat jahat.
Dr. Karl Kruszelnicki, penulis buku Vital Science, mengungkapkan bahwa seseorang berbohong itu mempunyai alasan tertentu. Jika diberi penilaian, kebohongan itu bukan sesuatu hal yang salah atau keliru. Tetapi, kebohongan yang dilakukan seseorang itu untuk mencapai tujuan tertentu.
Kita mungkin nggak begitu paham mengapa seseorang bisa berbohong. Penelitian kecil yang dilakukan Dr. Karl membandingkan 3 kelompok responden. Kelompok pertama diikuti oleh orang yang selalu berbohong. Kedua, diikuti orang yang antisosial dan nggak pernah berbohong. Ketiga, orang yang punya kehidupan sosial yang baik dan susah berbohong. Dari penelitian ini, beliau menemukan bahwa orang yang terus berbohong 20 persen syaraf otaknya terus bekerja.
Dari penemuan Dr Karl tersebut, bisa disimpulkan bahwa orang yang secara konsisten mengucapkan kebohongan otaknya lebih bekerja ketimbang yang tidak. Lalu, apakah berarti berbohong itu baik untuk jaringan otak?
Tentu saja tidak bisa dijawab dengan jelas. Karena kebohongan mempunyai pengaruh besar dalam dinamika kehidupan pribadi dan sosial seseorang.
Seorang anak paling bisa berkata jujur. Misalnya, saat bertemu seorang anak dan dia bilang kalo 'mulut kakak bau, tadi nggak sikat gigi ya'. Seorang anak pada usia 13 hingga 17 tahun paling mudah dikenali kapan saat berbohong. Secara bertingkat setelah usia tersebut, kebohongan akan lebih bisa dipercaya sebagai perkataan yang jujur.