Sebuah kisah sedih viral di media sosial setelah seorang wanita bernama Marwana Nareswari, atau akrab disapa Awa, membagikan cerita kegagalan pernikahannya melalui akun TikTok @me.awa.
Padahal, ia dan calon suaminya sudah bertunangan, melakukan sesi foto prewedding, hingga mempersiapkan berbagai hal untuk hari pernikahan. Namun, semuanya gagal bukan karena kehadiran orang ketiga atau penolakan orang tua, melainkan karena tuntutan adat.
"Gagal nikah karena orang ketiga ❌ karena orang tua ❌ karena adat ✅
"Karena aku berdarah Sulawesi, keluargaku meminta panaik Rp 75 juta untuk pernikahan kami di bulan September," ujar Awa.
Permintaan tersebut membuat keluarga calon suami yang berasal dari Jawa kaget. Mereka menganggap Rp 5 juta sudah cukup untuk mahar, sesuai dengan kebiasaan mereka. Namun karena menghormati adat, keluarga pihak pria akhirnya menyetujui syarat tersebut dan sepakat bahwa pernikahan akan dilangsungkan pada September 2022.
Setelah acara tunangan, calon suami dan ayahnya kembali ke Jawa, lalu Awa menyusul tak lama kemudian. Tapi hingga mendekati bulan September, tidak ada kabar lebih lanjut mengenai pernikahan. Awa pun akhirnya kembali ke Sulawesi pada November dengan hati yang berat.
Setibanya di kampung halaman, Awa menerima banyak tekanan dan komentar negatif karena rencana pernikahan yang tak kunjung terwujud. Keluarganya bahkan merasa malu. Mereka pun akhirnya menjadwalkan ulang pernikahan menjadi tanggal 7 Januari 2023, dan uang panaik sebesar Rp75 juta harus diserahkan pada 25 Desember 2022.
Gbr 2. Kisah wanita curhat batal nikah karena uang panai tidak sesuai (tiktok)
Namun, masalah kembali muncul. “Awal Desember, calonku datang, tapi tanpa membawa uang Rp 75 juta. Sejak itu, keluarga yang awalnya hangat jadi dingin seperti es kutub,” kata Awa sedih.
Dua minggu menjelang batas waktu penyerahan uang panaik, calon suaminya jatuh sakit. Pada 25 Desember 2022, ia masih terbaring lemah dan keluarganya hanya sanggup menyerahkan 20% dari total uang yang diminta. Hari itu menjadi puncak kesedihan mereka.
"Dalam keadaan sakit, calonku diusir oleh keluargaku. Mereka membatalkan pernikahan dan memaksaku untuk putus. Katanya, aku akan dijodohkan dengan pria yang lebih mapan," cerita Awa dengan suara lirih.
Meski terluka, Awa dan calon suaminya berjanji untuk tetap saling mendukung dan tidak saling meninggalkan. Namun kenyataannya, keduanya harus menjalani hubungan jarak jauh tanpa kepastian.
"Hati ini hancur. Selama ini aku tumbuh tanpa kasih sayang ayah dan ibu, dan sekarang harus mengulang luka itu saat gagal menikah dengan orang yang sangat aku cintai," ucapnya.
Pada 4 Januari, sang calon memutuskan pulang ke Surabaya untuk memulihkan diri, dan mereka sepakat untuk tetap berkomunikasi meski harus berpisah sementara.
“Kami memilih fokus bekerja dulu dan tetap menjalin komunikasi dengan baik. Aku hanya ingin menikah secara sederhana, yang penting sah. Aku harap orang tua dan calon mertua di luar sana bisa lebih bijak. Jangan paksakan mahar atau adat yang terlalu tinggi. Ini bukan soal gengsi, tapi soal masa depan anak-anak,” tutup Awa.