Alpha adalah huruf pertama dari alfabet Yunani. Istilah tersebut mulai merujuk pada yang pertama dalam suatu rangkaian atau kelompok, baik secara harfiah maupun metaforis, sejak tahun 1300-an.
Sejak akhir tahun 1870-an, para ilmuwan mulai menggunakan istilah alpha male dan alpha female untuk merujuk pada pemimpin sekelompok hewan. Istilah ini secara metaforis diterapkan pada laki-laki yang dominan secara sosial sejak tahun 1970an dan perempuan serupa setidaknya sejak tahun 1990an.
Pada tahun 1990-an, alpha female banyak digunakan sehubungan dengan perempuan dalam konteks sosiologis atau ilmiah. Orang-orang yang menulis tentang cara manusia berinteraksi dalam komunitas akan menggunakan alpha female sebagai singkatan dari pemimpin de facto dalam hierarki sosial perempuan.
Pada awal tahun 2000-an, frasa alpha female mulai memiliki makna budaya yang lebih besar. Pada awal tahun 2001, perempuan perintis di bidangnya masing-masing disebut alpha female.
Dalam pengertian ini, istilah tersebut merupakan istilah yang positif. Gambaran stereotip alpha female pada masa kini menempatkannya dalam setelan jas dan sepatu hak tinggi, rambut dan riasan rapi, dengan rambut sempurna, percaya diri, dan pekerjaan tingkat eksekutif.
Pada awal tahun 2000-an, konotasi negatif alpha female sebagai perempuan yang pendendam, mengintimidasi, sombong, dan suka memerintah inilah yang menangkap dan mendefinisikan stereotip tersebut.
Penelusuran Google untuk alpha female melonjak pada bulan Februari 2014 dan April 2015, bertepatan dengan momen penting dalam karier pegulat profesional Jerman Marie Kristin Gabert, yang menggunakan nama panggung Alpha Female pada tahun-tahun tersebut.
Saat ini, penggunaan istilah alpha female bersifat kompleks dan sering kali disertai dengan standar ganda. Banyak perbincangan seputar alpha female adalah tentang laki-laki yang terintimidasi olehnya dan perempuan membencinya—atau takut bahwa dia membenci mereka.