Pernahkan kamu merasa sakit saat sedang haid? Sebagian perempuan merasakan nyeri perut saat haid. Kadang-kadang rasa nyerinya semakin parah dari waktu ke waktu. Hati-hati, jangan sepelekan nyeri haid yang semakin parah karena bisa jadi merupakan tanda endometriosis, lho!
Dokter dari Divisi Kesehatan Reproduksi Departemen OBGYN FKUI-RSCM, Achmad Kemal Harzif, mengatakan bahwa nyeri haid sering kali dianggap biasa. Orang yang mengalaminya disuruh segera menikah dan mempunyai anak agar kondisinya membaik. Hayo, siapa yang pernah ngalamin juga?
"Padahal belum tentu itu semua menyelesaikan masalah," ujar dia dalam Virtual Media Briefing bertema "Peluncuran pedoman tatalaksana diagnosis klinis dan manajemen awal endometriosis untuk Asia dan Kampanye #DontLiveWithPain", Selasa (29/3/2022) lalu.
Endometriosis sendiri terjadi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam rahim juga tumbuh di luar rahim. Kondisi itu dapat tumbuh pada organ lain di dalam panggul atau perut dan bisa menyebabkan perdarahan, infeksi, dan nyeri berupa rasa sakit, kram, dan perasaan terbakar.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021 menyebut, prevalensi endometriosis sebagai penyakit kronik progresif dengan rasa nyeri tinggi yang diderita oleh hampir 10 persen perempuan usia reproduktif di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi umum masalah kesehatan ini berkisar antara 3 sampai 10 persen, terutama pada perempuan dalam usia reproduksi.
Lalu, bisakah sakit ini sembuh hanya dengan meminum obat? Obat penghilang nyeri sebagai salah satu senjata mengatasi nyeri bila konsisten digunakan memang tak banyak memberikan efek negatif. Namun, bila ternyata pasien mengalami endometriosis lalu tidak terdiagnosis maka obat hanya menghilangkan gejala tetapi tidak mengatasi masalah penyakitnya.
Kemal mengatakan pentingnya evaluasi nyeri dan mengobatinya agar pasien bisa beraktivitas seperti biasa. Dia menyarankan pemeriksaan atas kondisi nyeri. Di sisi lain, juga perlu ada upaya menilai risiko pasien nyeri dengan endometriosis.
Nyeri haid dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena endometriosis sebesar 8 kali lipat. Darah haid yang banyak berisiko 4 kali lipat pada peluang endometriosis, sementara bila ada gangguan kesuburan meningkat 8 kali lipat kemungkinan endometriosis.
Pada kasus kista, maka kemunginannya terkena endometriosis sebanyak 7 kali lipat. Di sisi lain, nyeri perut diluar haid berpeluang 5 kali lipat dan apabila ada gangguan senggama hampir 7 kali lipat risiko untuk ditemukannya endometriosis dibandingkan pasien tanpa keluhan tersebut.
"Apabila nyeri haid disertai gangguan kesuburan, gangguan senggama harus segera memikirkan kemungkinan endometriosis, supaya bisa ditemukan dalam kondisi masih awal," saran Kemal.