Sorry syndrome mungkin menyebabkan pengidapnya sangat khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Karenanya, mereka sering berusaha untuk meminta maaf sebagai cara untuk menjaga hubungan atau menghindari penilaian negatif. Di satu sisi, terlalu sering meminta maaf bisa membuat seseorang kehilangan identitas mereka sendiri. Mereka mungkin merasa bahwa mereka hanya dikenal sebagai "orang yang selalu minta maaf."
Karena khawatir tentang bagaimana keputusan mereka akan memengaruhi orang lain, orang dengan sindrom ini sering mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan. Mereka mungkin sangat bergantung pada validasi atau persetujuan dari orang lain, sehingga selalu berusaha untuk menjaga agar orang lain senang.
5. Kualitas Hubungan Sosial yang Rendah
Orang dengan sindrom ini cenderung kesulitan untuk mengatakan "tidak" atau menetapkan batasan. Mereka mungkin takut bahwa dengan menolak permintaan orang lain, mereka akan menyakiti perasaan orang tersebut dan akhirnya merasa perlu meminta maaf.
Padahal, di satu sisi terlalu sering meminta maaf bisa menghambat kualitas antarsosial seseorang. Orang tersebut mungkin menghabiskan terlalu banyak waktu dan energi memikirkan tentang permintaan maaf mereka daripada berinteraksi dengan orang lain.
Nah, itu tadi beberapa ciri sorry syndrome yang bisa bikin seseorang nggak capek minta maaf terus-menerus. Kamu juga begitu nggak? Jika kamu mengenali kondisi seperti di atas, terapi atau konseling psikologis dapat membantu mengatasi kecenderungan ini. Selain itu, pengidap juga perlu belajar mengelola perasaan bersalah dan kecemasan dengan cara yang lebih seimbang.